Selasa, 26 Juni 2012

Cerpen

Lemparan yang Sia-Sia

"Ayo kak ayo bangun!" Seru Alex untuk membangunkan kakaknya yang sedang tertidur lelap.

"Kamu apa-apaan sih, masih ngantuk nih" ngaungan sang kakak yang merasa sangat terusik. Tapi Alex tetap memaksa dan malah mengeraskan suaranya.

Liburan sudah tiba, sang kakak yang berjanji akan mengajak adiknya ke gunung pagi ini harus terpaksa terbangun dari paksaan sang adik. Jarum jam sudah menunjukkan pukul lima lewat lima belasan, padahal waktu berangkat harus tepat jam lima lebih empat puluh lima, yang sudah di tentukan teman-teman Riko.
Dengan buru-buru sang kakak bergegas menuju kamar mandi
.
"kamu ini gimana Ko, katanya berangkatnya jam enam kurang, tapi sudah jam berapa ini ?!" Sentak ibu

Sang kakak cuman bisa senyum meringis sambil mempercepat langkahnya menuju kamar mandi.
Alex yang sudah bangun dari jam empat tadi terus menunggu sambil menyiapkan persediaan  yang harus dibawa untuk ke gunung, ia sendiri yang menyiapkannya tanpa bantuan sang ibu.

Ibunya yang tau itu sengaja membiarkannya, Alex memang anak yang cepat tanggap dan tegas walaupun umurnya masih tujuh tahun.

Tak terasa kakaknya sudah selesai mandi dan sarapan pula, lalu ia mengangkat tasnya menuju ke depan, lalu ibunya mendekati dan memeriksa apa saja yang dibawa anaknya. Disana terlihat ada senter, pakaian, sebotol minuman dan sebuah kamera yang diterima dari kado ulang tahunnya tahun lalu. Sang ibu pun tersenyum dan berpesan agar hati-hati dan jangan jauh-jauh dari sang kakak

"Kalau ada apa-apa bilang ke kak Riko" ucap ibu sambil mengelus-elus kepala Alex

"Ma, aku berangkat dulu" ucap tiba-tiba Riko sambil menyangking ranselnya.

Lalu ibu menengok jam yang ada di atas

"Sudah jam enam lebih ko, kamu enggak ditinggal teman-teman kamu ?" tanya ibu

"Aku kesana pakek motor ma, aku sama Alex berangkat sendiri, soalnya lainnya sudah berangkat duluan" jawab Riko

"Kamu itu bangunnya siang banget pula, ya udah jaga adik kamu, hati-hati di jalan!" kata ibu dengan disusul senyuman lebar dari Riko.

Kedua anak tersebut lalu berpamitan ke mamanya. Sang ayah yang lagi keluar kota hanya bisa berpesan yang di titipkan oleh sang ibu.

"Ayo Lex!" ajak sang kakak

Riko dan Alex berangkat dengan mengenakan motornya sendirian, tanpa bersama teman-temannya yang sudah berangkat terlebih dahulu.

*****

Udara masih dingin, dengan sinar matahari pagi yang menemani mereka dalam perjalanan ke gunung, jalanan masih tidak terlalu ramai oleh kendaraan lain, maka Riko mempercepat laju motornya untuk segera menyusul teman-teman yang ada di depan.

"BRAKKK !!! suara tabrakan yang terjadi antara motor Riko dan Alex dengan mobil yang menabrak mereka dari belakang

Mereka berdua jatuh menyusur ke tanah dengan badan mereka yang tergelimpang menuju ke samping jalan. Badan sang kakak harus terhenti karena menabrak pohon besar yang berada di samping-samping jalan. Alex terjatuh juga, ia menggelundung ke sisi kiri jalan, ia terjatuh tapi tak sejauh sang kakak. Sedang motornya jatuh ke semak-semak.

Alex yang melihat kakaknya terjatuh dan tak sadarkan diri berusaha bangkit, tangannya terasa perih lalu ia lihat tangan kirinya, kulitnya sudah terkelupas akibat aspal jalan saat terjatuh tadi, darah segar mewarnai tanganya.

Setelah bangkit ia menengok mobil yang menabrak dirinya, tapi sayang karena kondisi jalan yang sepi dan mereka berada di jalan hutan pula mobil itu malah mempercepat lajunya dan segera menghilang.

Alex berjalan buru-buru ke sang kakak. Sang kakak yang terjatuh cukup parah terdampar dengan tak sadarkan diri, kepalanya menabrak pohon hingga berdarah.

"Kak bangun, kita dimana?!" Tanyanya sambil menggoyang-goyangkan tubuh kakaknya sambil menangis.

Alex yang menyadari kakaknya tak sadarkan diri, ia lalu mengusap air matanya sambil berlari menghampiri tasnya yang tergeletak di jalan. Lalu ia ambil dan membuka tas itu, ia ambil kapas untuk menutupi darah yang ada pada kepala sang kakak. Ia mencoba menyeret badan Riko untuk lebih menengahkan badan sang kakak. Walaupun badan Alex masih kecil dia berusaha dengan kuat tenaga memindah badan kakaknya yang jauh lebih besar.

Alex lalu menuju ke pinggir jalan, meminta bantuan jika ada orang atau kendaraan yang lewat, tapi suasana dari tadi sepi. 

Akhirnya dari kejauan terlihat mobil mendekati, tangannya bersiap untuk melambai, dengan lambaian ia berharap mobil itu berhenti, tapi sia-sia, mobil itu terus melaju. 

"Kok gak berhenti? apa aku gak keliatan?" di dalam benaknya ia berkata.

Lalu ia melihat sebuah kayu di samping ia berdiri, tak jauh darinya. Ia ambil dan lalu ia memanjat di atasnya. Tak selang lama ada mobil lagi. Dengan lambaian dan ia sudah berdiri di atas kayu tersebut, tapi mobil itu tetap saja melewatinya tak mau berhenti.

Alex berpikir lagi bahwa mungkin supirnya tak melihat dirinya, dia lalu berpikir agar mobil berhenti dengan lambaian plus bersuara.

Mobil ketiga datang, ia tetap berdiri di atas kayu tersebut dan melambai-lambaikan tangannya serta dengan suara.

"STOOOOOP!!!" Dengan sekeras-sekerasnya ia mencoba memanggil supir tersebut agar mobil itu mau berhenti. Seperti percobaan kesatu dan kedua, mobil ini tetap melaju melewatinya. 

Alex mulai kesal, ia lalu duduk sejenak. Matanya melihat ke sang kakak, ia tetap tidak sadarkan diri.

"Pokoknya yang kali ini harus berhenti !" katanya dengan penuh keyakinan.

Ia melihat ada mobil yang mau melintas lagi, ia buru-buru menolehkan kepalanya ke kanan dan kiri, ia melihat ada batu lumayan besar, segera ia mengambil batu tersebut. Saat mobil berwarna hitam itu mendekat.

"BRAAKKK!!!"

Alex tak tanggung-tanggung langsung melempar batu yang sudah di genggamnya dengan sekuat tenaga ia bisa melemparnya.

Mobil akhirnya berhenti, batu itu mengenai kaca depan hingga kacanya retak. Orang yang mengendarai Sedan hitam tersebut lalu mendekati Alex dan langsung marah-marah. 

Alex langsung menendang laki-laki itu dengan kaki kanannya, sesegera itupun ia lari ke kakaknya. Walaupun tendangan Alex tidak terlalu menyakitkan, tapi orang tersebut malah tambah kesal, dan ingin mengejar anak kecil itu. Setelah Alex berada pas di samping kakaknya, tangannya lalu menunjuk ke arah kakaknya.

Laki-laki itu terdiam, langsung menghentikan langkah larinya, seolah-olah kini dirinya yang salah. Degup jantungnya berdebar sambil melihat ke arah orang yang telah terjatuh tak sadarkan diri itu dan ke arah anak kecil yang berdiri disampingnya.

Dengan perasaan deg-degan lalu ia menghampiri kakak Alex.

"Kenapa ini dek? ada apa yang sebenarnya terjadi?" ungkap bapak itu sambil mendekati dan berusaha membangkitkan Riko. Keluarga bapak itu yang dari tadi hanya melihat dari dalam mobil juga ikut keluar. Anak laki-laki yang lumayan besar menghampiri sang ayah.

"Ayo yah, kita bawa ke rumah sakit!" ajak anak itu ke bapaknya.

Tanpa berpikir panjang, bapak itu langsung juga ikut membantu untuk menggotong ke dalam mobil. Alex pun ikut membantu, ia berada di belakang, mencoba memegangi kaki si kakak, dengan tatapan menuju ke arah sang kakak pula. Dia hanya bisa diam, tapi di dalam hatinya ia berdo'a agar si kakak tidak apa-apa. Air matanya pun tak terbendung mengalir, tak tega lihat kondisi yang terjadi terhadap kakaknya, lalu seorang ibu menggapai dan merangkul Alex. Air mata anak itu semakin mengalir, lalu ia memeluk sang ibu yang tidak ia kenalnya.


*****

Setelah Riko dibawa ke rumah sakit, dan semua keluarga itupun sudah tau apa yang sebenarnya terjadi, hingga mengapa ia sampai melempar sebuah batu untuk menghentikan sebuah mobil. 

Lalu salah satu dari pihak keluarga tersebut menelepon keluarga Alex yang didapat dari ransel Riko. 

Tak selang lama, ibunda Alex datang, sedang sang papa masih dalam perjalanan pulang dan harus terpaksa meninggalkan pekerjaannya yang berada di luar kota. Dengan langkah cepat ia melaju. Alex yang melihat ibunya langsung berlari mengahmpiri sang ibu. Ibunya lalu menghampiri putra kecilnya dan memeluknya.

"Ibu kenapa nangis ? aku sama kakak lo gak apa-apa" kata Alex

Sang ibu pun segera mengusap air matanya

"Mama gak apa-apa kok, tangan kamu kenapa? coba mama lihat!" seru perempuan itu.

"Tadi banyak darahnya, jadi sama dokter di kasih perban deh" ujar bocah itu.

Mama itu memeluk dan menggendong Alex, lalu ia menghampiri keluarga yang sudah membawa kedua anak mereka kesini. Bapak itu lalu menjelaskan mengapa ia sampai bisa menolong dan sampai bisa membawa kedua anaknya kemari.

Setelah tau bagaimana ceritanya, dan tau yang dilakukakan anak kecilnya itu, ibu pun menoleh ke Alex.

"KAMU HEBAT DEK ! " sambil tersenyum manis ia berikan kata-kata itu ke bocah ciliknya, dengan tetesan air mata yang tiba-tiba saja mengalir.

*****

Setelah sekian lama menunggu, dokter sudah keluar dengan berita yang tidak diketahui oleh ibu dan Alex begitupun dengan satu keluarga itu.

"Ibu dari saudara Riko ?" tanya dokter.

"Iya dok, gimana kondisi anak saya?!" jawab ibu Riko.

"Maaf, kami tidak bisa menolong anak anda. Pendaraan otak di kepala sudah terlalu parah karena kecelakaan tadi. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi tuhan berkata lain, maaf ibu". Terang dokter.

Suasana langsung sunyi henyap. Ibu lalu melihat Alex, bocah itu menangis dalam pelukan sang ibu, suara rengekannya kali ini lumayan keras, ia tak percaya sang kakak sudah tiada. Ibu segera memeluk erat bocah ciliknya.

"MAAFIN AKU KAK!"