Novel J-50k12

TIKUNGAN KEHIDUPAN



BAB I


    Setya anak kelas 3 SMA Bina Mandiri Medan, anak yang sangat pintar yang selalu mendapatkan beasiswa di sekolahnya, terlihat sedang serius mengajari Arini, seorang sahabat yang kepintarannya tempatnya paling dibawah setelah Aldo dan Rina. Keempat sahabat ini selalu kompak baik saat dalam susah maupun senang. Arini “Gimana tugas ini, dari dulu kok pas saat mata pelajaran Bahasa inggris g bisa paham dengan mudah ke otakku ya ?? ”.
    “Dari dulu kayaknya semua pelajaran kamu sama saja deh, sama-sama agak lemot maksudnya”. Aldo menjawab dengan agak menyindir Arini,
    “Hahaha, sudah macam pintar-pintar saja belagak kau itu Al” jawab Setya membalas sindiran Aldo
    “Cuman bercanda saja aku kawan, cuman main-main biar tidak terlalu tegang saja”. Jawab Aldo dengan senyumannya
     “Ngomong saja kalau aku ini anak yang kurang pintar alias bodoh” Arini pun membalasnya dengan agak emosi dan kerutan di dahinya
    Setya pun menenangkan situasi dengan perkataannya tenang “Sudah-sudah, kalau kalian tambah ribut saja tambah tak selesai-selesai tugas ini". Eh Rin , kamu dari tadi kok tidak ada suaranya, kenapa kamu, kok gak kayak biasa-biasanya". Lanjut Setya dengan keheranannya
    Rina tidak menjawab langsung pertanyaan Setya karena dia sedang melamun tidak jelas "Hey Rin!" Tandas Aldo sambil menggoyang-goyangkan tubuh Rina, teman-temannya pun juga agak heran kenapa dengan Rina padahal biasanya dia selalu terlihat paling semangat kalau pas di kelas
"Eh tidak apa-apa, maaf-maaf aku g fokus" Jawabnya dengan cepat dan kaget
"Ada masalah kamu ? share ke kita dong kalau ada apa-apa, Setya dan Aldo pun langsung menfangguk secara bersamaan.
"Aku tidak apa-apa" Jelas Rina
    "Apa kamu sedang sakit Rin ? muka kamu tidak kayak biasanya tuh" Tanya aldo sambil agak keheranan
"Aku tiba-tiba kangen mama" mama Rina telah tiada sejak 2 bulanan lalu "dari pada ngurusin aku mending    kita lanjutin tugas dari Pak Irjul" Jawab Rina dengan agak intonasi yang di berat-beratkan  "Beneran aku tidak apa-apa " Lanjutnya sambil meyakinkan sahabat-sahabatnya.
    Ketiga sahabatnya itu pun menepuk pundak Rina dan memberi support kepada Rina.
Pak Irjul guru bahasa inggris mereka pun menyuruh untuk segera mengumpulkan tugas bahasa inggris itu karena bel pulang tinggal sebentar lagi akan berbunyi "Oke Student ! Tolong kumpulkan tugasnya karena sebentar lagi bel pulang akan berbunyi" Semuanya pun bergegas untuk mengumpulkan tugas yang mungkin membuat semua siswa di situ agak puyeng, terlihat dari wajah-wajah mereka yang terlihat agak kucek.
Benar, bel pulang pun segera berbunyi, semua siswa termasuk Setya, Aldo, Arini, dan Rina segera berkemas memasukan buku dan perlengkapan lainnya ke tas mereka masing-masing dan ketua kelas mereka segera menyiapkan untuk berdo'a.
    Semua siswa pun bergegas segera pulang termasuk ke empat sahabat ini dan seperti biasa mereka pulang dengan bus, mereka berjalan secara bersama-sama sambil berbarengan di selimuti canda tawa dari mereka termasuk Rina, entah kenapa Rina sangat berbeda dari tadi pas saat mengerjakan soal bahasa inggris terlihat sangat lemas, tapi sekarang malah ia yang paling terlihat bahagia dan tawanyapun terdengar yang paling keras dari yang lain, ketiga sahabatnya pun tidak merasa bahwa Rina berbeda 180 derajat dari tadi, mereka terus berjalan hingga akhirnya sampai di Halte yang biasa mereka menunngu Bus.
Akhirnya bus yang di tunggu-tunggu pun datang, mereka bergegas naik.
    Mereka turun secara terpisah-pisah karena rumah mereka yang berbeda-beda, kecuali setya dan Aldo rumah mereka saling berdekatan. Saat di dalam bus pun mereka tetap melanjutkan obrolan dan canda tawanya.
Tiba saat yang pertama turun adalah Rina. "Teman-teman aku duluan ya" kata Rina kepada ketiga sahabatnya itu dengan senyuman yang terlihat  semringah dan dengan tangan yang melambai-lambai ke mereka, Setya, Aldo dan Arini pun membalas dengan  senyuman dan lambaian pula.
    Tak selang waktu lama kini giliran Arini harus turun "Setya, Aldo aku turun duluan" kata Arini dengan senyuman manisnya itu, ke dua cowok sahabatnya itu pun segera membalas sapaan berpisah Arini.
Tiba saat Setya dan Aldo yang harus turun, mereka berdua segera menuruni bus itu.
Pada saat mereka sudah nyampek di bawah mereka pun masih asyik mengobrol, "Eh Al, kamu g ngerasa ada yang beda dengan Rina?" Tanya Setya ke Aldo
    Aldo pun menjawab dengan sebuah kerutan dan di lanjutkan dengan perkataan "Maksudlo?"
"Iya, perasaanku kayak gimana ke Rina, ada yang berbeda aja" Ungkap Setya dengan menatap lurus ke depan.
    "Kamu suka ya ke Rina?" Jawab Aldo dengan senyuman dan sambil melihat wajah Setya.
Setya pun menjawab dengan kerutan kening yang terlihat agak gimana di tambah matanya yang sambil melirik ke Aldo "Ngaco' loe, bukan gitu hari ini Rina itu berbeda, berbeda banget malahan dengan kemaren, apa dia punya masalah ya? dia tadi di kelas sangat lesu sekali mukanya, katanya sih kangen mamanya, tapi pas saat habis pulang mulai dari gerbang sekolahan sampai mau turun bus, dia menjadi sangat bahagia terlihat dari senyumannya itu"
    "Ya maklum, nyokap dia kan baru dua bulan tidak ada, jadi mungkin Rina masih tidak bisa nerima keputusan tuhan ini" Tandas Aldo
    "tenang saja kal`u ada masalah pasti Rina akan cerita ke kita kok, yakin aku" Terusnya sambil menepuk lengan Setya.
Setya pun segera membalas dengan senyuman lirih "Bener juga sih, tapi aku juga kasian ke dia Al"
    "Jangan-jangan kau punya rasa ya ke dia, hayoo ngaku aja!" dengan pd dan entengnya Aldo menanyakan hal tersebut dengan senyuman bibir agak tipis.
"Hahaha ... Ngaco' loe" jawabnya dengan suara tinggi.
    "Jujur aja deh kawan, ya sudah aku duluan pulang sudah ada di depan rumah ni" Kata Aldo sambil memukul pundak sahabatnya mulai dari SD itu.
"Oke kawan" tandas Setya.
"Hati-hati tersesat ya, hahaha" jawab Aldo sambil tawa guyonnya itu.
    Setya pun segera menjawab sambil senyuman meringisnya "Hahaha aneh-aneh saja kau". Percakapan mereka hari ini pun usai.
    Pada malam hari, tepat jam 08.00 malam setya mendapat telepon dari Arini bahwa Rina mengalami kecelakaan dan saat ini keadaannya masih sangat kritis,
"Setya, Rina kecelakaan" Ucap Arini sambil suara yang agak terengah-engah
Setya sontak kaget "Beneran loe rin ?"
    Dengan suara tergesah dan bingung, Arini pun mengatakan "Iya, aku dapat kabar ini dari keluarganya, sekarang dia ada di RSU Teladan Medan, cepet kontak Aldo, nanti susul aku ya di rumah, cepat! "
"iya-iya, akan ku beritahukan segera ke Aldo segera, kamu tunggu di depan rumah mu" Tanpa menunggu jawaban Arini, Setya pun segera mematikan teleponnya, dan mengabarkan berita ini ke Aldo dan segera menjemput Aldo".
    Setya pun menyusul Aldo dengan motor ayahnya, lalu dia menyusul Arini dengan kecepatan yang tidak biasa. Mereka tiba di depan rumah Arini dan terlihat di depan rumahnya sudah terlihat Arini yang sudah menunggu. Mereka Bertiga langsung pergi ke rumah sakit, Setya yang menggonceng Arini melesatkan speed motornya dengan sangat cepat. Aldo yang mengendarai sendiri sampai tertinggal jauh dan terngangah melihat Laju motor Setya. 10 menitan mereka akhirnya sampai di RSU Teladan, mereka segera berlari dan mencari tempat dimana Rina berada, setelah tau mereka segera bergegas ke ruangan itu, di depan ruang itu sudah ada Ayah, adik dan kakak Rina.
    Kakaknya menjelaskan ke tiga sahabat Rina itu yakni Setya, Aldo dan Arini bahwa kejadiannya bermula saat Rina mau ke supermarket masih tidak jelas apa yang mau di belinya, kecelakaan terjadi saat motor yang di tunggangi Rina itu menabrak bak sisi belakang truk, karena terlalu cepat mengendarai motornya dan tidak sempat mengerem Rina pun menabrak truk itu. Truknya pun tidak mau berhenti, dia lari dan sekarang entah ada dimana. "Kita doakan saja semoga tidak ada apa-apa dengan Rina" Jelas kakak Rina.
"Tragis banget!" Kata Setya dengan memukul dinding Rumah Sakit itu, dan terlihat kecemasan dari ketiga sahabat ini.
    Mereka semua pun berdoa dengan penuh harap bahwa Rina akan baik-baik saja.
Satu jam kemudian akhirnya dokter keluar dan dokter itu terlihat berbicara dengan ayah Rina dengan tangan berada di pundak sang ayah. Semua yang melihat mereka pun semakin terus berharap bahwa dokter itu membawa pemberitahuan yang menyenangkan pastinya.
Mereka pun sudah selesai tampaknya, dokter itu pun lekas pergi dan sang ayah segera menghampiri Adik, kakak Rina begitu dengan ketiga sahabatnya, "Rina sudah menyusul ibunya" Dengan tangisan bapak itu berbicara. Semua sontak terdiam lesu dan masih tidak percaya bahwa ini adalah kenyataan yang di luar dugaan semua. "Ini semua sudah kehendak tuhan, dan hak nya pula dia mau mengambil Rina" Tandas bapak itu.
    Semua pun larut dalam tangisan duka. Masih tidak percaya ! itulah yang di pikirkan Setya, mengapa harus secepat ini kau mengambilnya ya Allah, dalam hatinya ia berkata.
Semua pun mencoba ikhlas yang terjadi kepada Rina.




BAB II


    Di keesokan harinya, kematian Rina di umumkan oleh pihak sekolah melalui pengeras suara, sebagian besar dari semua siswa sudah mengetahui hal itu dan sebagian kecil adapula yang kaget mendengar berita duka tersebut karena masih belum mengetahuinya.
    Hari ini Setya, Aldo dan Arini tidak masuk karena akan menghadiri pemakaman Rina.
    Banyak teman-teman dari sekolah mereka yang melayat, begitupun dengan guru-guru maupun staff. Mereka semua terlihat ikut bersedih atas meninggalnya Rina.
    Setya, Aldo dan Arini tidak langsung ke rumah Rina, setelah ia menghadiri pemakaman, mereka bertiga langsung berkumpul di suatu taman yang di depannya ada danau. "Mengapa harus secepat ini kau meninggalkan kami Rin?" Tanya Arini dengan desahan tangisnya.
Mereka pun masih seakan tidak percaya, mereka mencoba ikhlas atas kepergian Rina yang sangat mendadak ini.
    "Padahal sebentar lagi kita UAN dan kita berjanji lulus dengan senyuman bersama" Tandas Setya sambil menutup mata dan genggaman tangan yang sangat kuat.
    "Tidak hanya itu kita juga berjanji untuk merayakannya di tempat ini" Terus Aldo.
    Mereka larut dalam duka yang sangat mendalam. Menyalahkan ! itulah yang di pikirin Arini "Siapa yang harus di salahkan ? Tuhan kah ? mengapa harus secepat ini si ?" dalam hatinya ia berteriak. Tapi Setya dan Aldo mencoba untuk ikhlas walaupun aslinya di hati mereka juga berpikir sama dengan Arini, tapi memang terlihat bahwa Arini yang terlihat paling kehilangan, karena ia telah mengenal seorang Rina sejak SMP dan di bangku SMA mereka juga selalu sekelas bersama, dia terlihat sangat kesal, marah, sedih tapi di benak hatinya berkata "Marah ke siapa? Kesal ke siapa ? ini semua jelas bukan milik hak ku untuk menyalahkan, apalagi menyalahkan tuhan, bila kau ambil Rina berikan hamba keteguhan yang sangat kuat,  tuhan! aku tidak sanggup merasakan takdir ini" Ronta arini di hatinya.
    Setya dan Aldo mencoba menenangkan Arini, karena mereka berdua bisa membaca jelas apa yang ada di hati Arini.
   kedua cowok itu memukul bahu Arini "Sabar ya, kita juga sangat kehilangan sesosok Rina, ini semua sudah jalan yang di atas untuk mengatur semua ini dan kita tidak mempunyai hak sama sekali untuk menentangnya" Jelas Setya.
   Arini pun tiba-tiba bangkit dan memeluk Setya dan Aldo, "Walaupun Rina sudah tiada, tapi aku yakin Rina ada di sini dan sekarang sedang memeluk kita juga" tegas dia,
   "Iya, pasti, kita berempat akan selalu bersama apapun yang terjadi" Tegas Setya juga.
   Setelah sekian lama, waktu pun sudah sore mereka akhirnya memutuskan untuk pulang.
   "Pasti, ayo kita pulang sudah sore ni" mengajak Setya dan Arini sambil memegang kedua pundak sahabatnya itu.

***

   Di hari pertama masuk sekolah tanpa seorang Rani, ketiga orang itu menjalani dengan kesut wajah yang jelas sedang bersedih, terutama Arini, dia terlihat sangat-sangat pendiam dari biasanya, sekarang dia pun duduk sendirian, Setya dan Aldo yang duduk di bangku belakang pasnya tidak berani mengganggu cewek itu.
   "Hey Set, gimana tuh si Arini, dia kayak masih tidak terima dengan kenyataan yang terjadi" Ungkap Aldo sambil melirik wajah Setya.
   "Dia butuh waktu, biarkan dia menenangkan dirinya dulu" Kata Setya dengan memegang pundak Aldo
   "Tapi kan nanti pas pelajaran, dia pasti tidak bisa konsen" Tanya Aldo sambil menaikkan alis matanya.
   "Iya juga, apa aku duduk di bangku Rina aja sementara, biar aku bisa sebangku sama Arini, biar dia tidak terlalu kesepian" Jelasnya dengan kerutan dahi dan wajah mengarah ke Aldo.
   "Up to you !" jelas Aldo dengan menaikkan kedua bahunya.
   "Baiklah sebelum bel masuk bunyi aku tak pindah dulu". bergegas ia mengambil tasnya. Tapi ternyata Arini tidak membolehkan siapapun duduk di tempat Rina, termasuk Setya yaitu yang notabennya salah satu sahabatnya sendiri.
   "Aku duduk di sini ya Ar?" toleh Setya ke wajah Arini.
   "Kamu gak tau apa, di situ ada Rina gituloh" Jawab Arini dengan melirik wajah Setya. Dengan jawaban itu sontak Setya kaget.
   "Aku serius ini Ar!" Jawabnya dengan mengerutkan dahi.
   "Siapa juga yang bercanda, aku juga serius tau ! " Tegas Arini dengan sedikit nada kesal. Tiba-tiba Setya menoleh ke Aldo.
Aldo pun cuman bisa tersentak terdiam sambil matanya lurus ke arah wajah Aldo. Kedua cowok itu kaget dan sangat keheranan mereka merasa bahwa Arini sudah harus di awasi dengan ketat. Terlihat isyarat dari Aldo bahwa Setya tidak usah duduk di bangku Rina, "Comeback Comeback Comeback !" begitulah yang ada di hati Aldo. Setya pun mengerti apa yang dimaksud cowok itu, lalu bergegaslah ia pergi ke bangkunya kembali.
   "Kayaknya Arini sudah kelewatan deh" Ungkap Setya dengan memandang keheranan ke arah wajah Aldo.
   "Kita harus awasi selalu dia" Jelas Aldo dengan menatap tajam balik Setya.
Bel masuk pun berbunyi, semua siswa pun segera memenuhi tempat duduknya masing-masing, tapi Arini masih terlihat melamun, tatapannya lurus ke depan sambil tangannya berada di depan dadanya, tapi ternyata tidak hanya mereka berdua yang mengamati Arini, tapi semua anak di kelas itu juga sedang melihat Arini, Kebanyakan dari mereka melihat dengan wajah merasa kasian ke Arini. Mereka semua ingin membantu tapi sekarang bukan waktu yang tepat, dan memilih untuk diam di tempat saja. 
    Tak selang waktu lama P.Arif guru Fisika pun datang, salah guru berstatus killer di sekolahan.
    "Eh ! ada P.Arif datang tuh Ar" Desah Setya, tapi Arini tidak mendengar itu, lalu dengan terpaksa Setya pun melempar sebuah kertas yang di lemparnya ke Arini,
   "Apa sih ?" Ungkap Arini dengan kesal.
    "Liat di depan kelas tuh siapa?" Tandas Setya dengan wajah kesal juga.
    "Eh iya" jawab tenang Arini. Di saat pelajaran fisika itu pun terlihat Arini sama sekali tidak fokus, catatannya pun cuman segelumit, tanpa ia sadari P.Arif telah memperhatikan dia dari tadi, tiba-tiba guru itu mendekati bangku Arini yang berada di depan nomor dua dari depan, tidak seperti biasanya, pak Arif itu pun tiba-tiba menatap wajah Arini, yang saat itu tatapannya sedang lurus ke bawah, Arini pun jelas sontak kaget. Guru itu pun tidak memarai Arini dia cuman menanyakan keadaannya sekarang.
   "Sakit kamu ? ke UKS sana !" Perintah beliau.
   "Tidak apa-apa pak" Lanjut Arini sambil tersipu malu, karena ia juga menjadi tontonan utama di kelas.
   "Kalau tidak apa-apa, kenapa kamu dari tadi tidak memperhatikan pelajaran sama sekali" Terang guru tersebut, "Eh dhia, tolong kamu antar Arini ke UKS cepat!" terus beliau sambil memegang pundak Dhia yang ada di bangku depan Arini.
   Tanpa protes pun Arini menuruti perintah yang di suruh oleh gurunya itu. Kedua cowok yang ada di bangku belakang, Setya dan  Aldo itu pun merasa agak lega dan merasa cemas kepada keadaan Arini, "untung saja Guru ini tidak marah, tumben-tumben banget" Bisik Aldo menyeruh ke Setya.
   "Mungkin dia juga mikir, kalau Arini itu masih sedih karena Rina" Bisik Setya balik.
   Keadaan ini sempat membuat kedua sahabat cowok Rina gusar tidak karuan, tapi setelah yang ada di depannya terjadi membuat perasaan mereka lega.
   Pelajaran yang menguras otak itu pun dilalui mereka dengan keadaan bimbang, bingung dan cemas karena mereka juga memikirkan keadaan Arini.
   Bel istirahat pertama pun berbunyi, lekas mereka berdua menata buku-buku dan perlengkapan sekolah lainnya ke dalam tas dan segera berlari menuju UKS untuk melih`t keadaan sahabatnya. Mereka pun kaget dan bingung saat melihat Arini sedang tidak sadar, entah karena tertidur atau pingsan. Kedua tatapan cowok itupun langsung tertuju ke Dhia yang ada di samping Arini, tatapan mereka secara spontan pula, hingga membuat cewek itu kaget.
   "Eh kenapa Arini ?" tanya Aldo dengan menatap tajam Dhia.
   "Tenang aja, Arini tidak apa-apa, dia cuman tertidur bukan pingsan, dia tadi pusing terus di beri obat, effect dari obatnya mungkin, santai aja" Tandas Dhia dengan lirikan tajam matanya yang telah membuat hatinya tersentuh karena tatapan mendadak dan tidak menyenangkan yang di berikan oleh kedua cowok itu.
   "Oh syukurlah, aku titip Arini ya, tolong jagain dia, sabelumnya thanks banget karena sudah bantuin, aku mau ke kantin dulu ya, aku laper ni" Ungkap Setya dengan senyum lirihnya. Tapi senyuman itu di balas Dhia dengan kerutan dahi dan mata yang menyipit cuma sebelah.
   "your welcome" Jelas Dhia dengan senyum terpaksanya.
   Kedua cowok itupun langsung pergi ke kantin, merasa lega karena Arini tidak apa-apa. Setya dan Aldo lalu membeli makan dan minum untuk mereka, mereka juga mendiskusikan tentang Arini, bingung mau di apakan Arini, supaya dia tidak terlalu sedih terhadap takdir yang terjadi pada Rina. "Gimana Set, sampai kapan kita harus diemin Arini terus, kasian aku kalau pas liat dia" Jelas Aldo sambil menyedot es teh yang di pesannya tadi.
   "Kita tunggu maksimal satu minggu, kalau ia masih tetap kayak gini kita harus ngomong langsung ke dia, aku juga merasa sangat kasihan ke dia" Ungkap Setya dengan menatap wajah Aldo.
   Kedua anak itu terus segera menghabiskan makanan yang ada di depan mereka masing-masing, waktu istirahat mereka untuk makan cuman sedikit karena tadi mereka harus melihat kondisi Arini di UKS. Tak selang waktu lama bel masuk pun terdengar, tapi Setya dan Aldo masih belum menghabiskan semua makanan yang ada di mejanya, kedua cowok ini pun tergesa-gesa untuk makan.
   Jam kelima pun akhirnya dimulai, tanpa ada kedua sahabat perempuan yang duduk di depan bangku mereka, Mereka menjalani sisa pelajaran sampai jam istirahat ke dua dengan tanpa semangat, melihat guru yang sedang menerangkan di depan tapi pikiran mereka berada di luar kelas, mencatat dengan sangat slow seperti mengangkat pensil dengan berat dua puluh lima kilograman, yang parah Aldo malah menulis di buku pelajaran Bahasa Indonesia dan sekarang mata pelajaran yang berjalan adalah waktunya matematika, be lucky karena ia tidak ketahuan Bu Arna.
   Jam istirahat pun berdering, mereka segera mengamankan semua peralatan sekolah ke dalam tasnya 
masing-masing, mereka segera cabut ke UKS, terlihat Arini sedang tiduran dan di temani dhia,  kali ini dalam keadaan mata terbuka. "Gimana Ar ? sudah baikan ?" Jelas Setya dengan meninggikan alisnya.
   "Masih sedikit pusing sih, tapi tak apalah" terang cewek itu dengan sedikit agak menutup kedua matanya.
   "Aku tidak apa-apa, kamu pergi ke musholla saja, kamu sholat dulu aja nanti kalau ada guru yang sedang merazia dan kalian ketahuan tidak sholat nanti kena hukul suruh sholat di lapanga basket loh".
   "Hehehe iya deh, gue sholat dulu" ungkap Setya dengan senyum lirihnya."Ayo Al" dan dengan menepuk 
pundak dari Aldo.
   Sehabis sholat mereka pun tidak ke kantin, mereka masih tidak terlalu lapar, mereka memutuskan untuk di 
UKS saja dan menemani Arini dan Dhia. "G ke kantin loe ?" tegas dhia sambil melihat wajah Setya dan Aldo.
   "Gak ah, tadi sudah makan pada jam istirahat pertama" Lirik Setya ke Dhia sambil senyuman sok manis.
   "Eh Ar, aku sama Setya di sini aja ya, nemani kamu dan Dhia" Tanya Aldo ke Arini dengan mengangkat 
Alis mata yang tinggi.
   "Iya gpp, tapi jangan rame" Saut Dhia yang ada di samping Arini.
   "Iya-iya, lagian cuman pas jam istirahat ke dua saja kok" lirik Setya ke Dhia dengan gerutan di dahinya. Sekarang di UKS sudah agak rame karena di tambah dengan kedatangan dua cowok itu. Mereka 
semua mengobrol seala kadarnya, karena mereka tau bahwa kedaan Arini sekarang masih down. Di sela-sela 
waktu terlihat canda gurau dari mereka, khususnya Aldo yang berkali-kali berhasil membuat Arini bisa senyum
kembali.
   Setelah beberapa lama bel masuk berbunyi, itu mengisyaratkan bahwa jam ketujuh mau di mulai. Setya dan 
Aldo pun bergegas comeback ke kelas mereka."Arini, Dhia ! aku sama Aldo balik ke kelas dulu ya!" Tandas 
Setya ke kedua cewek itu "Titip Arini lagi ya..."
   Tiba-tiba Aldo pun memutus perkataan Setya "Aku di sini saja ya" senyum memohon ke Setya. Tapi Setya 
pun tidak langsung menjawabnya tapi langsung menarik tangan Aldo dan menggeretnya untuk kembali ke kelas, 
karena Setya tau bahwa tujuan Aldo di UKS tidak semata-mata karena ingin menemani Arini dan Dhia karena 
sebenarnya ia dari tadi juga sedang memandangi cewek yang bertugas di UKS pas berada tidak jauh dari mereka. Dengan berat hati Aldo pun mengikuti Setya ke kelas.
   Di jam terakhir ini Setya dan Aldo tidak terlalu lemas seperti pada jam kelima sampai jam istirahat ke dua. 
Mereka pun sedikit agak fokus sekarang walaupun keliatan wajah mereka sudah agak kucek, karena maklum 
hanya sebagian kecillah siswa di seluruh Indonesia kalau jam terakhir-terakhir gini pas waktu siang pula ada siswa yang masih terlihat fresh and get spirit di kelasnya.
   Bel bertanda pulang pun berbunyi, perasaan lega terlihat pada wajah Setya dan Aldo, walaupun jam terahir terlihat cukup sangat-sangat lama dan melelahkan. Mereka buru-buru memasukkan peralatan sekolahnya untuk segera menuju ke UKS. Setelah sampai di sana mereka kaget karena tidak ada Arini, cuman ada Dhia. "Eh, dimana Arini ?" Tanya Setya dengan agak kebingungan menatap Dhia.
   "Ow Arini, dia sudah pulang duluan tadi dia di telepon ayahnya lalu di jemput" terang Dhia, dengan santai.
   "La kamu kok g masuk kelas?" tanya Setya keheranan dengan kerutan di dahinya.
   "Hehe, nanggung, di UKS aja enak" lirihnya dengan senyum tersipu malu. 
   "Oh ya udah, kita pulang duluan ya" ucap Setya
   "Iya-iya, hati-hati" ungkap Dhia dengan senyum di bibirnya yang agak melebar sedikit.
   "Oke ! Sekali lagi thanks banget ya" jelas Setya dengan melambaikan tangan ke dhia. Dengan terpaksa 
mereka kali ini harus pulang dengan cuman berdua saja. Dhia pun membalas dengan lambaian dan senyuman juga.
   "Kita ke rumah Arini atau langstng pulang saja Set?" Tanya Aldo
   "Gak usah, dia pasti butuh waktu istirahat, nanti kita malah ganggu dia lagi, kita cabut pulang langsung" Tandas Setya. 
   "oh, ya udah" terang Aldo sambil mengangguk, anggukan kepala.
    Setelah sampai rumah masing-masing, Setya mencoba menelepon Arini tapi tidak di diangkat. Mencoba di sms pun tidak muncul-muncul balasan yang terlihat di hp Setya. Cowok itu menunggu sambil tiduran hingga cukup lama tidak ada balasan juga, sampai akhirnya ia tertidur. 
   Baru di malam hari bunyi hp Setya berbunyi menunjukkan telepon masuk dan dilihatnya dari Arini segera cowok itu mengangkatnya. 
   "Ya! ada apa Ar ? di telepon, di SMS g ada jawaban, kamu ini! aku nungguin dari tadi" 
   "Maaf-maaf, aku tadi ke dokter, terus setelah nyampek rumah aku minum obat eh langsung terasa berat mata aku, Ketiduran deh, hehe maaf ya" jelas Arini entengnya.
   "Sekarang gimana kondisimi mu?" tanya Setya dengan sedikit kekhawatirannya.
   "Sudah mendingan, gak tau bisa masuk apa gak besok" terang Arini
   "Bagus lah, kamu istirahat dulu aja, aku juga belum belajar ni, semoga cepat sembuh kawan" terang Setya.
   "Amin, amin thanks very much ya sobat" jawab Arini dengan tersenyum agak tersipu malu.

***

   Keesokan harinya Setya dan Aldo menunggu Arini di depan kelas sambil nongkrong bersama teman-teman cowoknya. Ada sekitar setengah jam mereka di situ tapi ternyata cewek itu tidak muncul sama sekali. Setya dan Aldo pun mencoba untuk menghubungi Arini, tapi tidak ada satu tanggapan pun yang di terima dari cewek itu. Tapi waktu menunjuk lima menitan sebelum masuk, ada telepon dari Arini.
   "Setya, aku gak masuk sekarang, masih pusing aku" Ungkap Arini dengan suara yang sedikit lemas.
   "Masih belum bisa masuk kamu ? yaudah gak apa apa deh, kamu emang butuh istirahat yang total" Terangnya.
   "Papi tadi sudah ngirim surat dari dokter, kalau ada pengumuman beritahu ya" Tambah Arini
   "Pasti ! sudah ya Ar, sudah mau masuk ni"
   "Oke, sekali lagi thanks ya, banyak ngerepotin kamu dan Aldo aku jadinya" ungkap Arini, Tanpa menjawab omongan Arini, Setya pun langsung memutus terleponnya, karena bel masuk sudah berbunyi, Setya dan Aldo segera masuk ke ruang kelas dan menuju ke bangku mereka, begitu juga dengan semua siswa yang masih ada di luar.
   "Gimana keadaan Arini?" Tanya aldo sambil menoleh ke wajah Setya
   "Dia masih sedikit pusing, dia tidak masuk sekarang" Jelas Setya tanpa menoleh ke arah Aldo lalu mengeluarkan perlengkapan buat mata pelajaran pertama, bahasa Indonesia.
   "Terus-terus" dengan menggoyangkan badan Setya
   "Terus bagaimana? ya cuman gitu doang tadi" dengan lirikan mata Setya ke muka Aldo. 

   Tak lama berselang pak Sofyan, guru bahasa indonesia yang sangat gokil itupun datang, yang di setiap waktu mata pelajarannya pasti semua muridnya terbahak-bahak tidak karuan, entah itu dari cerita beliau maupun saat ada salah satu murid yang menjadi bahan atau sindiran guru tersebut, memang sih bisa seisi kelas jadi rame tapi kalau menjadi sasaran bahan lucuan guru tersebut bisa memuat mati kutu dan malu benar pastinya. Saat guru itu datang semua murid yang ada di kelas langsung terhenyap, walaupun guru tersebut sangat humoris, tapi kalau pas memarahi siswa yang berbuat salah terhadapnya bisa membuat anak itu bakalan langsung insyaf seketika selesai di hajar bertubi-tubi oleh kata-kata maupun sindirannya yang sangat-sangat tidak mengenakan di hati juga bisa sangat menusuk rasanya, dan akan menjadi pengalaman yang terburuk yang tidak akan terlupakan, walaupun begitu tidak ada satupun siswa yang dendam kepadanya.
   "Wah sekarang waktunya bahasa indonesia sampai jam istirahat pertama, enak ni" Ungkap Aldo dengan bisikan ke Setya.
   "Iya, pokok kita tidak ngelakuin kesalahan sekecil apapun saja, pasti deh kita bisa terlihat riang samapi nanti" tandas Setya dengan menaikkan kedua matanya.
   Benar tak butuh waktu lama untuk guru tersebut, tidak ada nyampai satu menitan pak Syofyan sudah membuat seisi kelas untuk menahan tawa, karena selepas ia duduk, guru itupun langsung memberi sapaan ke Ari saja, anak yang duduk paling depan sendiri, pas tepat di depan bangku Rina dan Arini. Itu terlihat karena pak Sofyan memandang lurus tepat ke arah Ari.
   "Hey!" itulah sapaan beliau ke Ari, di ikuti wajah guru itu dengan senyuman yang lebar dan dengan mata yang sedikit agak menyipit pula. Bhuda yang duduk sabangku sama Ari keliatan sangat menahan geli. semua siswa yang berada di kelas itupun sontak juga menahan tawa mereka, sedangkan Ari cuman bisa memberi senyuman sok manisnya yang sengaja di buat-buatnya untuk membalas sapaan gurunya tersebut dan di ikuti dengan anggukan kepala Ari.
   "Sudah selesai tugas rumahmu?" terus pak Sofyan ke Ari.
   Dengan santai pula dia menjawab pertanyaan guru tersebut dengan perkataan "Iya", karena ia memang sudah menyelesaikan tugas rumah itu tersebut. Tapi berbeda dengan dengan Riko, teman sekelasnya yang duduk di deretan paling belakang sendiri.
   "Mampus gue!" desis Riko dengan diimbangi wajah cemas, tegang dan kecemberutan yang jelas di wajahnya.

   "Ada apa rik?" tanya Ilham teman sebangkunya yang mendengar perkataan pelan itu.
   "Aku lupa ngerjain tugas dari pak Sofyan" 
   Ilham pun tidak menjawabnya, tidak tau harus membantu dengan apaan, karena pasti Riko akan mengalami hari-hari sialnya, menjadikan kamis ini sebagai hari yang kelam di pengalaman hidupnya.
   Pak sofyan pun memberi salam ke siswa yang ada di kelasnya, kali ini untuk semua dan dengan salam wajar, yang biasanya di pakai oleh kebanyakan guru-guru. Setelah salam ia pun tidak memberi catatan ataupun lainnya, tapi langsung mengecek tugas siswanya apa sudah ngerjakan tugas yang sudah di berikannya lima hari lalu, mengecek satu persatu dari depan menuju deretan paling belakang.
   Semua deretan depan aman, begitu dengan yang kedua, ketiga sampai ke enam, tapi pas deretan ke tujuh atau deretan yang berada paling belakang sendiri, guru itupun mendapati ada siswanya yaitu Riko yang tidak mengerjakan tugas yang diberikannya.
   "Kenapa kamu tidak ngerjakan?" dengan pandangan tajam, marah tepat ke arah Riko.

   "Ketinggalan pak" jawab Riko dengan tundukan kepalanya yang seakan-akan ia telah menyesal.
   "lima hari tidak cukup?" terus guru tersebut
   "Cukup pak"
   "Lalu kenapa kok tidak ngerjakan" terus guru tersebut dengan wajah yang sangat kesal, marah, kedengkian, dendam masih tepat ke arah Riko sampai setelah cukup lama dengan ekspresi tidak enak lainnya bagi semua siapapun yang ada pada posisi saat menjadi RIko. Keadaan ini cukup lama mungkin dua puluh menitan pak Syofyan itu menandangi Riko, tapi guru itu tidak sampai mengeluarkan siswanya, dia menyuruh untuk tetap mengerjakan dan mengumpulkan tugasnya tapi tugas itu di salin delapan kali lipat.
   Proses permbelajaran bahasa indonesia tetap seperti hari-hari kemaren, diiringi dengan kelucuan kisah maupun ulah pak Sofyan hingga sampai waktu bel istirihat pertama berbunyi. Setya dan Aldo terlihat ikut larut dalam tawa kelas, walaupun mereka masih dalam kesedihan duka karena sahabatnya. Berbeda dengan Riko, walaupun ia terkadang ikut tertawa oleh pak Sofyan tapi masih terlihat jelas kusut di kepalanya, walaupun tidak separah waktu ia kena pas kena marah pak Sofyan, hati Riko pun masih terlihat jelas masih trauma dan kapok atas kejadian pelajaran bahasa indonesia tadi.
  "Eh kamu tidak sakit a Set?" tanya Aldo
  Setya pun kaget dan melirik wajah Setya dengan kesal "Maksudlo?"
  "Iya kamu enggak pusing gitu atau sakit perut" dengan senyuman terlihat dari Aldo dan sambil menatap Setya.
  Tiba-tiba Setya pun tersenyum dan tau apa tujuan sahabatnya itu, dia tidak menjawab pertanyaan sahabatnya itu tapi langsung menarik tangan Aldo dan mengajaknya ke kantin. Aldo pun langsung kaget dan mengikuti langkah Setya dari belakang.
  Setiba di Kantin Setya langsung memesan minuman, beda dengan Aldo, dia langsung duduk saja.
  "Gak makan atau minum lo?" tanya Setya setelah ia mengambil minuman yang telah ia pesan nanti.

  "Gak!" sentaknya "enakan ke UKS" ungkap Aldo kesal dengan pipi yang di menggembungkan pipi seperti anak kecil yang lagi ngambek.
  "Aku tau maksud lo ke UKS" Senyum Setya sambil mau menyedot minuman teh manisnya.
  "Hehe, bantuin aku ya sobat" Ungkap Aldo sambil tersipu malu tapi dengan ekspresi memelas juga.
  "Oke tapi ada gituannya" ungkap Setya dengan lirikan senyum.
  "Baik! gue traktir lo harh ini, cuman minum..." dengan cepat Aldo mengetahui apa yang di maksud cowok itu. tapi Setya langsung memotong perkataan Aldo. 
  "Bukan hari ini saja tapi sampai seterusnya" 
  "Ya jangan setiap hari kale" suara Aldo langsung agak lemasan dan diteruskan dengan senyuman dan juga anggukan dari Setya bahwa mereka sudah deal.
Setya pun setuju untuk mau ngebantuin sahabatnya untuk PDKT sama anak yang ada di UKS kemarin. Yang mereka tau dari cewek itu cuman ia kelas satu, karena yang bertugas untuk jagain ruang-ruang tertentu contohnya termasuk UKS adalah anak dari OSIS, kalau anak OSIS pasti g mungkin kelas tiga, pilihannya sekarang dia anak kelas satu atau dua. Lalu mereka mengingat-ingat lagi kemarin dan akhirnya mereka menemukan jawaban yang pasti, mereka tau cewek itu masih kelas satu karena pas saat kemaren mereka ada di UKS yang jaga itu ada dua, satunya cewek itu dan satunya lagi cowok, mereka pun juga tau kalau cowok itu kelas dua, jadi dapat di pastikan cewek itu masih kelas satu. Kedua cowok itupun akan mencari seluk beluk cewek itu lebih lengkap lagi.
   Tak terasa bel masuk sudah berbunyi, mereka berdua bergegas untuk masuk ke kelas. Setya dan Aldo berjalan ke kelas mereka dengan menggerakan kepala ke kanan dan ke kiri, dengan harapan melihat cewek itu, dengan jalan pelan-pelan dan teliti mereka berdua tidak mendapati cewek itu, sampai hingga mereka ada di depan kelas. Terlihat wajah Aldo yang sedikit cemberut,
   "Masih ada hari besok kawan" support Setya ke sahabat cowoknya itu.

   Tapi Aldo masih penasaran dengan sesosok cewek yang dianggapnya mungkin seorang bidadari yang turun dari surga, kayangan, langit ke tujuh atau apalah. "Tapi tak apalah, masih ada hari panjang menanti di depan" di dalam hatinya itu ia berbicara. Setya pun terus menepuk-nepuk bahu sahabatnya itu.
   "Sabar, sabar, sabar" jelasnya
   Setelah mereka duduk, tak selang waktu lama pelajaran selanjutnya siap dimulai. Sekarang waktu pelajaran yang paling membuat kantuk di kelas yaitu sejarah, dan pelajarannya pun sulit untuk di pelajari maupun di pahami. Tampak di wajah hampir keseluruhan siswa yang menunjukan suasana bosan, tapi juga ada sebagian dari mereka yang tampaknya antusias terhadap pelajaran ini, salah satu siswa dari sebagian kecil itu ialah Setya, dia tetap terlihat enjoy dia memang anak yang rajin, hampir setiap semua bidang pelajaran ia menguasai penuh, sering merajai kelas dengan peringkat satunya setiap raportan di adakan.
   "Eh lo, gak ngantuk apa, serius amat ngeliat guru itu" cetus Aldo sambil melirik wajah Setya.
   "Mau UAN ni, sudah kelas tiga kita itu, masih malas-malasan aja kau itu, ketinggalan pelajaran syukur kamu" jawab Setya tanpa melihat sedikitpun wajah Aldo dan tetap konsen ke depan.
   "Ow gitu" jawab santai Aldo dengan meletakkan kepalanya di atas meja, Setya pun cuman bisa melirik ke arah Aldo dan pas liat Aldo tiduran karena kebosanannya Setya pun hanya bisa mengangguk anggukan kepala, "Pingin lulus apa gak sih anak ini" jelas Setya di dalam hatinya.
   Kejenuhan terlihat di hampir sudut kelas, mereka ada yang mengakpresiasikannya dengan mengobrol sendiri, mencoret-coret tidak jelas atau menggambar di buku mereka, tiduran samapi ada juga yang tidur beneran, yang main game hp pun juga ada, mereka merasakan di kelas mereka sangat boring sekali, cuman ada beberapa yang memperhatikan itupun dalam skala kecil dan dapat di hitung dengan jari, belum yang memperhatiin dengan melamun, very-very boring pokok deh.
   Waktu istirahat ke dua pun berbunyi, perasaan legayang ada di hati mereka, waktu begitu sangat terasa cepat bagi mereka yang tidur pulas, semua siswa pun segera berhamburan ke luar, anak laki-laki ke musholla sedangkan anak cewek mayoritas ke kantin, sambil menunggu anak laki-laki selesai sholat.
   Setya dan Aldo pun selesai menunaikan kewajibannya, mereka hendak ke langsung ke kantin tapi Aldo mengajak Setya untuk berjalan ke kantin dengan melewati ruang UKS, barang kali ia melihat cewek idamannya itu. Tapi setelah ada di depan UKS cowok itu pun terhenti, dia melihat ke dalam ruang UKS tapi tidak ada sesosok cewek itu.
   "Mungkin masih di mushollah, nanti saja kita liat lagi, kita tunggu sambil makan" jelas Setya dengan mendorong badan Aldo.
   Aldo pun cuman bisa pasrah, lagi-lagi ia langsung down, kali ini ia tidak cuman nitip duduk saja di kantin, ia terpaksa memesan makanan karena ia sangat kelaparan begitupun dengan Setya, mereka memesan makanan yang sama, yaitu dengan menu soto dan es teh manis buat Setya dan es teh jeruk buat Aldo, mereka melahap makanan itu dengan sangat cepat, sambil di selangi dengan obrolann kecil dari mereka, tapi tiba-tiba Arini menelepon Setya.
   "Aku tadi lihat Rina" ungkap Arini dengan suara yang masih agak lemas, pertanyaan itu pun langsung membuat kedua sahabat cowoknya tersentak kaget, Aldo mendengar berita itu karena Setya menspeaker telepon dari Arini, tapi menggunakan volume handpone yang kecil, biar tidak terlalu kedengaran dengan teman di sekitar mereka. 
   "Jangan bercanda kamu, itu mungkin cuman halusinasi kamu saja Ar" jelas Setya yang sambil memegang sendoknya tetap pada tangannya.
   "Mungkin iya sih, aku tadi liat cewek mukanya mirip sekali dengan Rina, aku melihatnya sedang jalan di depan rumah, aku mau manggil dan menangkap anak itu tapi jalan dia cepet banget, sampai gak bisa ngejar aku..." jelas Arini
   "Kamu istirahat dulu saja Ar, biar kamu cepat sembuh" ungkap Setya ke cewek itu.
   Sedangkan Aldo yang cuman bisa mendengar, itupun agak samar-samar hanya bisa melongoh ke arah wajah Setya sambil memainkan soto dengan mengaduknya melalui sendok yang ia sedang pegang.
   "Iya" jawaban singkat yang di berikan Arini kepada kedua sahabatnya itu, lalu Arini langsung mematikan telepon tersebut dengan seketika. Kedua cowok itupun sekarang cemas karena keadaan Arini yang tidak sembuh-sembuh malah ia katanya melihat sesosok mirip Rina di depan rumahnya.
   Mereka pun memastikan untuk menjenguk keadaan Arini selepas pulang sekolah nanti. Setya dan Aldo segera menghabiskan soto dan minumannya masing-masing, dan segera kembali ke kelas mereka untuk mendiskusikan masalah Arini. Ternyata rencana mereka gagal, karena bel masuk sudah berbunyi saat mereka sudah ada depan kelas mereka, Setya dan Aldo pun lupa kalau mau lihat cewek intaian Aldo di UKS, terpaksa mereka harus menundanya lain kali.
   Jam ketujuh pun di mulai, hari ini waktunya ekonomi, IPS lagi. Seperti biasa terlihat berbeda keantusiasan dari Setya dan Aldo, tek perlu di pertanyakan lagi siapa yang terlihat rajin dan terlihat sebaliknya. Apalagi sekarang jsm ketujuh dan kedelapan. Di pastikan banyak yang tidur beneran di kelas.
   Sesampai tiba bel pulang, mereka berdua segera memasukkan buku, perlengkan sekolah lainnya ke dalam tas. Mereka segera bergegas ke rumah Arini. Seperti biasa, mereka naik bus dan perjalanan ke rumah Arini pun sejalur sama arah pulang mereka. Sesampai tiba di jalan tujuan, mereka turun dan jalan cepat dengan agak lemas pula, karena jam sudah menunjukkan ke arah tiga lebih, mereka bergegas meempercepat langkah mereka, hingga tiba akhirnya di depan rumah Arini. Setya dan Aldo langsung menekan bel yang ada di atas pintu, tak lama berselang pintu itu terbuka, dan ada sesosok pembantu Arini.
   "Arini ada bik ?" terang Setya sambil nafas yang terengah-engah.
   "Ada-ada, dia ada di kamarnya mas Setya mas Aldo, di panggilkan kemari atau ke sana sendiri?" jelas bibik tersebut.

   "Kita ke kamar Arini langsung aja bik" ujar Setya dengan senyum dan anggukan.
   Mereka pun segera mengetok pintu kamar Arini.
   "Ar! kita Setya dan Aldo, lagi tidurkah?" kata Setya.

   Pintu itupun langsung di buka oleh Arini, dan menyuruh mereka masuk ke kamarnya. Keadaan Arini sangat lemas dan rautan di wajahnya masih terlihat agak pucat. Setya dan Aldo pun kaget dengan kondisi sahabatnya itu. Setelah sekitar satu jam lebih sedikit, mereka ijin pulang dengan alasan karena hari sudah sangat sore. Mereka buru-buru untuk pulang. Setelah ke luar dari pagar rumah Arini, mereka berjalan ke arah perjalan pulang dan sambil menunngu ada bus atau angkotan umum lewat.
   Tak lama kemudian mereka berjalan, akhirnya yang di tunggu-tunngu itu datang, mereka segera menyetop Bus itu. Mereka terlihat sangat capek dan ingin segera sampai rumah. Setelah sampai tujuan mereka bergegas pulang, waktu terlihat sudah mau gelap, dan vajah mereka terliat sangan kucek sekali,  Setya dan Aldo pun akhirnya berpisah. 
   Sesampai di rumah, Setya langsung melepas seragamnya, dan segera langsung mandi sambil mencuci pakain kotornya yang kemarin. Ia selesai keluar dari kamar mandi sudah selesai adzan maghrib, ia segera solat dan langsung belajar. Jam setengah sembilan ia pun sudah terlelap ketiduran, memang hari ini hari yang sangat melelahkan bagi Setya maupun sahabat cowoknya Aldo.


***

   Pagi yang cerah, dengan wajah yang cerah juga dan semangat yang ada pada diri Setya, dia terbangun sebelum alarm nya berbunyi pas pada jadwalnya bekerja. Dia bergegas mandi dan terus melakukan kewajibannya yang lain. 
   Kali ini ia berangkat dengan di Aldo, cowok itu membawa motor. Di perjalanan yang lumayan cerah ini, mereka langsung pergi ke sekolah, mereka terlihat agak santai, tidak seperti hari-hari kemarin saat mereka harus ka halte dulu, baru naik bus. Setibanya di sekolah Aldo lalu memarkir motornya dan lalu berjalan menuju ruang kelasnya, tapi pas ada de tengah-tengah perjalan ia sontak terhenti dengan perasaan senang bercampur tegang,  detakan jantungnya tiba-tiba menjadi sangat kencang. Aldo melihat cewek yang ada di UKS kemaren itu, tapi Setya cuman bisa terdiam saja, ia tidak tahu kalau cewek itu ada di sekitarnya. Aldo pun memukul-mukul pundak Setya yang ada di sampingnya pas.
   "Hey, itu" dengan senyum lebar dan keadaan nervous Aldo pun menunjuk-nunjuk cewek itu biar Setya sadar apa yang membuatnya sontak terdiam.
   Setya pun kaget, ia baru menyadari bahwa cewek itu ada di depannya. Aldo cuman bisa diam, bingung mau ngapain, ia mau berkenalan tapi sangat gugup. Sedangkan Setya tidak tau harus berbuat apa. Tiba-tiba saja cewek itu melirik ke arah Aldo dan Setya, Aldo tampak tidak bisa menggerakkan tubuhnya sama sekali. Cewek itu terus melirik ke kedua cowok itu, memikirkan apa yang sedang di lakukan mereka disini dan mau ngapain ngeliatin aku dari tadi dengan tatapan yang mencurigakan, ungkap cewek itu di hatinya.
   Setya pun akhirnya ikut gugup juga, karena ia juga di lirik oleh cewek itu, lirikan dengan penuh kecurigaan kepada mereka. Cewek itu tiba-tiba langsung pergi masuk ku kelasnya. Aldo pun langsung bingung mau ngapain, mau kenalan aja sudah nervous betul. Aldo pun menarik-narik baju Setya, tampak dia menyalahkan Setya karena dia tidak bisa membantu apa-apa sahabatnya, karena ini adalah kesempatan yang pas untuk melanjutkan ke gerbang pendekatan.
   Mereka terpaksa memutuskan kembali untuk perjalanan ke ruang kelas mereka. Aldo sangat kecewa, kenapa ia tidak berani untuk mendekati cewek itu, padahal ia masih kelas satu pula, ada perasaan menyesal di hatinya. Ini bagaikan peluang emas yang ada di mulut gawang dengan tanpa penjagaan dari kiper, tapi ia gagal untuk memasukkannya.
   "Sungguh terlalu" bentaknya di dalam hati.

   Setya dan Aldo tiba di depan kelas mereka, mereka langsung duduk di bangkunya masing-masing. "Di kejadian tadi kita juga dapat informasi tambahan, kita sudah tahu kelas cewek itu, secara pasti pula" Ungkap Setya.
   "Tapi kalau aku berani kenalan tadi, pasti dapat informasi yang lebih banyak, untuk PDKT pun semakin mudah" kata Aldo dengan melirik Setya "Lo tadi juga gak ngecoba bantuin apa gitu, cuman bisa diam aja" terusnya.
   Kedua cowok itupun akhirnya bedebat dan saling menyalahkan, karena Setya juga terima dengan aggapan sahabatnya itu. Perdebatan mereka selesai saat terdengarnya bel masuk. Bangku depan mereka pun masih kosong sama seperti kemaren, ini menandakan bahwa Arini masih belum masuk.
   Di hati Aldo pun terus menedangkan kata "Masih ada hari besok, sabar". Walaupun begitu, di dalam hatinya sampai yang terdalam dia bertanya "sampai kapan?".
   Hari ini tampak sangat tidak dinikmati oleh Aldo, penuh kesialan, kejengkelen, penyesalan yang sangat mendalam. Sesampai pulang sekolah pun ia masih memikirkan kejadian tadi pagi. Penyesalan masih menghantuinya. "Penakut!" Sontak hatinya dengan kegelisahan yang terlihat di wajahnya, lalu ia memejamkan mata, menarik nafas panjang-panjang dan mengeluarkannya dengan berat, sambil genggaman tangannya yang sangat kuat.
  Cowok itu bertekad kalau besok dia menemui cewek itu lagi, dia akan memanfaatkan moment itu sebaik mungkin, mencoba untuk memberanikan diri, menyiapkan mental, dia lalu berpikir positif bahwa ia pasti yakin akan mendapatkan nama dia, besok juga, tandasnya.
   

BAB III


   Di pagi yang tang masih petang, Aldo sudah terbangun dari tidurnya, memejamkan mata sejenak, apa yang harus ia lakukan sesampai di sekolah nanti saat ia berpapasan dengan cewek itu seperti kemarin. Menyiapkan mental, kali ini harus berhasil. Tidak menggunakan prinsipnya lagi bahwa ada hari esok, sabar ! . Aldo lalu berdiri dari tepat tidurnya, membayangkan sejenak lagi, setelah selesai dia langsung mandi, di kamar mandi ia juga sambil membayangkan nanti, harus bagaimana? sehingga membuat waktu yang sangat lama di kamar mandi.
   Ayahnya tiba-tiba mengetok pintu kamar mandi itu.
   "Al ! Cepat, ayah mau kerja ni" ucap ayahnya sambil mengetok-ngetok keras pintu itu.
   Aldo terkaget, "Oh iya-iya pa" dia lalu menyadari bahwa yang menggunakan tempat ini bukan hanya dia seorang. Dia mempercepat untuk segera menyelesaikan waktu yang terbuang banyak di kamar mandi.
   Selepas ia keluar, ia kaget ternyata yang mengantri sudah banyak, ayah dan juga kakaknya melirik dengan wajah seakan-akan kesal, karena mereka berdua telah lama menunggu Aldo "Hehehe Maaf-maaf" ucapnya dengan tersenyum malu. 
   Dia bergegas untuk menyelesaikan kewajiban lainnya dan segera sarapan pagi. "Kenapa kamu Al?" tanya mamanya. Aldo pun kaget dan dia langsung mengerutkan dahinya.
   "Kenapa apanya ma?" dia bingung, karena tidak tahu apa yang di maksud mamanya.
   "Kenapa kamu tadi, saat di kamar mandi kok lama?" 
   Aldo langsung tersenyum malu, "hehe gak apa-apa ma".
   Cowok itu bergegas untuk menyelesaikan makan paginya. Dia langsung buru-buru berangkat, sama seperti kemarin, ia membawa motor ke sekolah, "mumpung tidak kepakai" batinnya. Ia pamitan ke semua penghuni rumah dan tak lupa mencium tangan kedua orang tuanya "Aku berangkat ma! pa! semua! assalamualaikum"
   Aldo langsung menjemput Setya, cowok itu menunggu di depan rumahnya, setelah ia melihat sahabatnya Aldo, dia melihatnya dengan wajah yang tidak enak. "Kok lama sih, sudah mepet nih" ungkap Setya dengan nada kesal.
   "Santai aja, nutut-nutut, fak mungkin telat kita" jelasnya dengan senyum santai ke wajah Setya.
   Mereka langsung cabut berangkat, maunya Setya tadi pas saat menuju ke sekolah sambil ke rumah Arini, tapi karena Aldo datangmya sudah telat banget terpaksa rencana itu gagal.
   Mereka akhirnya sampai di sekolah, dan cepat-cepat Aldo memarkirkan motornya di tempat biasa. 
   "Eh tunggu Set, kita jalan lewat kayak kemaren" tatapan Aldo ke Setya langsung ceria.
   "Sudah siap lo?" lirik Setya ke cowok itu.
   "Gak usah banyak omong, kita langsung jalan!" ungkapnya dengan yakin kalau ini semua akan berjalan seperti yang ia harapkan. Aldo langsung menepuk pundak Setya dan cowok itu langsung berjalan di depan Setya, dengan dada yang di tegakkan, tapi dada itu semakin menurun saat perjalan kedua cowok itu semakin lama semakin mendekati TKP, kelas yang cewek yang di taksir Aldo. Aldo yang tadi sangat tenang sekarang menjadi sangat gugup. Sangat beda dengan tadi. Setya yang ada di sampingnya kali ini terlihat sangat santai, dia melihat sahabatnya Aldo dengan siap mensupport sejuta cara, tidak seperti kemaren.
   Tiba pula yang di tunggu-tunggu, Aldo dan Setya berada di depan kelas yang tampaknya sudah menjadi perjalanan yang harus, wajib di lewati saat ada di sekolah.
   Mereka melihat cewek itu di depan kelasnya, terlihat sedang meraut pensil dan di bawahnya ada tempat sampah. "Ayo!" bisik Setya dan dengan sedikit agak mendorong ke tubuh cowok yang ada di sampingnya. Tak usah berpikir-pikir lagi, Setya langsung tancap gas dengan berjalan agak cepat dan dengan perasaan deg-deg an, kaki yang berjalan cepat itu tiba-tiba menjadi sedikit agak lamban, cewek tiu lagi-lagi melirik ke Aldo, dan terus ia menoleh ke arah Setya, cewek itupun kaget dan langsung menghentikan pekerjaanya di depan tempat sampah itu, dia langsung bergegas masuk ke kelasnxa, ia takut karena menurut cewek itu kedua cowok yang ada di depan kelasnya sangat mencurigakan, makanya dia takut dan segera masuk ke kelas. Aldo pun sontak menghentikan langkahnya, tatapannya langsung kosong, dengan segera sahabatnya langsung mendekati Aldo dan menyuruh aldo supaya segera menyusulnya juga, dia juga mendorong tubuh Aldo. Aldo pun langsung terdiam membisu, tak tau apa yang harus di lakukan.
   "Ayo Al, cepat susul dia"
   "G usah! kita langsung ke kelas saja" ucap Aldo dengan tatapan tatapan kosong ke depan, Setya langsung diam terperangah sambil melihat sahabatyna itu.
   "Mana semangatmu yang tadi pagi, ayo cepat keburu bel nih" dukungan Setay tanpa henti yang di hantamkan ke sahabanya.
   Aldo langsung berjalan, tapi ia berjalan lurus saja tidak berani untuk masuk, Setya sontak terdiam dan heran juga kasian melihat cowok itu, dia bergegas lari dan menyusul sahabat cowok satu-satunya itu. Setya tak henti-hentinya memberi support ke Aldo samapi di kelas.
   "Kenapa lo Al, habis di putusin ya" sautan tiba-tiba yang di terima untuk Aldo, dengan di lanjutkan tawa dari orang banyak, kata itu berasal dari Erick, yang duduknya ada di belakang, Erick bersama teman-teman sekelasnya melihati Aldo, Aldo tidak memberi tanggapan kata-kata apapun, cuman langsung mengerutkan keningnya. Setya yang juga mengetahui hal itu, segera menepuk-nepuk pundak Aldo, "Sabar, sabar, sabar!" bisiknya, dia aslinya juga ikut tersenyum di belakang Aldo saat teman-teman sekelasnya menertawakan sahabatnya sendiri.
   Selepas ia duduk, Aldo pun langsung menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkan dengan udara yang sangat kencang. Teman-temanya yang menertawakan Aldo, langsung mendekat ke bangkua Setya dan Aldo. "Habis putus kamu Al ? cerita dong ke kita" kata erick, teman-temanya pun langsung mencari tempat posisi yang enak dan nyaman, mereka siap untuk menjadi audiens yang baik.
   Aldo pun langsung melirik tajam ke arah biang dari ini, siapa lagi kalau Erick. Erick pun senyum-senyum geli, dia duduk juga seperti teman-temannya, dengan sikap tenang, diam, karena Aldo hanya bungkam mulut, Mereka semua lalu memohon, dengan wajah melas dan kedua tangan di letakkan di dagu dengan wajah sok manis seperti gaya-gaya girlband sekarang ini, kayak Cherrybelle gitu, lalu mereka berkata secara bersamaan dan kompak mantap "Plllliiiiiiiissssssssssssss" sontak semua yang ada di kelsa khususnya para anak-anak wanita langsung menoleh ke bangku Setya dan Aldo. Mereka menampakkan ekspresi yang berbeda-beda ada yang senyum kegelian, tertawa ngakan, mengerutkan kening ada juga dengan sambil menyipitkan matanya, dsb.
   Setya tidak bisa menahan moment lucu ini, dia terus menahan tapi akhirnya dia tertawa juga, Aldo pun juga tidak bisa menahan, dia tersenyum dan dia terpaksa menjelaskan konflik sebenarnya, tapi belum selesai cerita bel berbunyi, mereka pun bubar dengan terpaksa "Hallllaaaaaaa!" ucap mereka dengan nada yang seakan-akan telah kecewa berat, Aldo pun tersenyum-senyum malu, tapi Aldo berjanji meneruskan pada jam istirahat nanti.
   Mereka baru tersadar bahwa sahabat ceweknya yairu Arini tidak masuk lagi, mereka berdua langsung saling memandang, di keluarkannya ponsel Setya, mumpung guru masih belum datang. Setya segera mencari nama Arini di kontak hp nya, terus langsung menelepon, tapi tidak ada respons sama sekali darinya, terus-mencoba tapi hasilnya nihil, usaha Setya berhenti saat guru yang sedang mengajar masuk dan bersiap memulai pelajaran.
   Saat proses pembelajaran ada perasaan tidak enak yang mengganggu Setya dan Aldo, entah karena Rani atau rebab lain, yang membuatnya tidak bisa fokus. Hingga samapi jam istirahat pertama mereka masih dalam keadaan yang sama.
   Bel istirahat berbunyi, teman-teman sekelas Setya dan Aldo khususnya para kaum cowok langsung mengerubungi bangku mereka, Aldo pun mengerutkan keningnya tinggi-tinggi, dengan terpaksa Aldo menceritakan masalahnya tadi, Setya yang ada di sampingnya langsung berdiri dan memberi tahu ke Adlo kalau ia mau keluar, dia mau menelepon Arini, mencari tahu kondisinya sekarang.
   Aldo menceritakan ke teman-teman sekelasnya dengan secepat-cepatnya, cowok itu aslinya mau ke kantin tapi terpaksa harus membatalkannya. Selepas cerita dari Aldo selesai audiens pun tertaktub-takjub, malah mereka akan mensupport cowok itu, Aldo yang menyadari hal ini tertegun, dan berterima kasih ke mereka atas dukungannya. Tapi di hatinya berkata bahwa akan berusaha sendiri, tanpa ada campur tangan dari yang lain, mereka boleh membantu tapi cuman sebatas dukungan motivasi semata, bentak cowok itu di hatinya
    Waktu istirahat sudah habis, karena waktu istirahatnya di gunakan hanya untuk bercerita ke teman-temannya, Aldo terpaksa menahan lapar sampai jam pulang, karena sekarang tidak ada jam tambahan siang. Dengan menahan lapar ia jadi tidak fokus. Setya yang menyadari hal itu membelikan Aldo seiris roti yang di belinya dari kantin secara diam-diam, lalu membawa roti itu ke kelas.
   "Nih!" sambil menyodorkan roti itu ke arah Aldo
   "Wah! buat aku ni" wajah Aldo yang tadinya agak pucat langsung berubah menjadi terang
   "Mau apa g?" dengan melirik Aldo
   Di sautnya langsung roti itu, "Makasih-makasih kawan, lo emang sahabat yang sangat baik" ujarnya dengan senyuman yang lebar. Walaupun roti itu tidak bisa membuat perut Aldo kenyang tapi setidaknya ada penahannya sampai jam pulang nanti.
   Dengan kondisi kayak gini Aldo bisa lebih fokus ke pelajaran, selama jam pelajaran ia terlihat agak serius sampai-sampai Setya yang ada di sebelahnya pas keheranan, merasa semangat Aldo yang bukan biasa-biasanya, apalagi jam segini, kalau waktu pagi sih sudah biasa itu.
   Bel pulang berbunyi, Setya dan Aldo bergegas memasukkan buku dan peralatan lainnya ke dalam tas. Tiba-tiba Aldo ngomong ke Setya untuk pulang lewat depan cewek itu lagi. Setya yang mendengar hal itu langsung mengangguk-anggukan kepalanya.
   Dengan langkah yang agak lumayan cepat, mereka berdua akhirnya sampai di depan kelas itu, Aldo melihat ke dalam kelas tapi sudah tidak ada penghuninya sama sekali, "its ok, ayo buru-buru pulang sudah ngomel-ngomel perut aku ni" ungkapnya dengan menepuk bahu Setya. Setya semakin merasa heran dengan Aldo, kok tidak biasa-biasanya.
   "Eh lo, kok kayak beda bener kamu ya dari kemaren-kemaren" ujar Setya ke Aldo. Aldo pun langsung tersenyum.
   "Jangan banyak nanya, tak tinggal baru rasa kamu" dengan langkah yang semakin cepat Aldo segera mengambil motornya, ia dan Setya langsung pulang ke rumah mereka masing-masing.
   Setiba di rumah, Aldo langsung ke kamar dan menggantung seragamnya, dan bergegas ke meja makan,  langsung di ambilnya apa yang ada di atas meja, tidak peduli apakah itu makan kesukaanya atau tidak, pokok perut terisi dan kenyang. Ibunya yang melihat hal itu, tersenyum ke arah anaknya itu. Berbeda dengan Setya, ia pulang langsung menghampiri ibunya dan mencium tangan orang yang telah mendidik dan membesarkannya, lepas itu masuk ke kamar dan ganti baju, ia langsung melaksanakan kewajibannya sebagai muslim, barulah setelah itu ia makan.
   Dari sini kita bisa lihat bedanya Setya dengan Aldo, walaupun sangat berbeda mereka berdua sangat kompak jika bersama, hal itu yang membuat hubungan persahabatan mereka sangat unik, mereka sering berselisih karena berbeda pendapat, tapi akhirnya masalah itu pasti dapat di pecahkan, mdreka sudah seperti adik kakak.

***

   Dengan keadaan posisi tangan di dada, Setya yang terbangun tiba-tiba ingat Rina, dia kangen benar ke sosok sahabat ceweknya itu. Setya memejamkan matanya sebentar, di hati ia berteriak-teriak "dimana lo, sekarang gimana keadaanmu, apa yang sedang terjadi denganmu di alam sana, kangen banget gue Rin, semoga saja kamu tidak apa-apa di sana dan bisa hidup tenang di alam sana, jauh dari kami, sahabatmu" bentuk kangen dan serta seutas doa yang di buatnya untuk Rina. Mata Setya terbuka seketika di ikuti dengan mengalirnya tetesan air, dia segera mengusapnya dengan tangan. Dia bergegas bangun dari kasur, langsung pergi ke kamar mandi untuk mandi.
   Kali ini ia akan berangkat sambil menengok keadaan Arini di rumahnya, Sehabis mandi dan melakukan kewajibannya sepeti biasa, ia langsung menelepon Aldo kalau nanti pas berangkat mereka berdua juga menjenguk Arini, "Kita berangkat agak pagian ya, minimal lima belas menit dari jadwal kita berangkat, kamu bawa motor kan Al?" jelasnya sambil dengan keadaan masih di meja makan.
   "Iya-iya, bentar lagi ku susul kamu Set"
   Mereka berdua berangkat agak masih pagi, sehingga acara mereka ke Arini bisa di laksanakan. Tibalah di rumah cewek itu, Setya dan Aldo segera menuju pintu.. 
   "Assalamualaikum" ucap kedua orang itu dengan mengetuk pintu yang sudah terbuka. Tak butuh waktu lama, pembantunya segera menghampiri mereka dan menyuruh untuk masuk, Arini ternyata ada di ruang makan, bersama keluarganya sedang menyantap makan paginya, mereka berdua terus menunggu di ruang tamu.
   Arini menyapa kedua sahabat cowoknya. "Eh Setya, Aldo, ada apa?" sapa Arini ke kedua cowok itu.
   "Gimana kondisi lo Ar, sudah bisa masuk apa gak?"
   "Aku sekarang masuk, aku bareng papa, kamu duluan aja, nanti kita ketemu di sekolah lagi". Setya dan Aldo segera pamit dan meneruskan perjalanan mereka.
   Seperti biasa, setelah mereka memarkirkan motor, mereka menuju ke depan kelas yang sekarang menjadi laluan wajib pagi bagi Aldo. Aldo barada di posisi depan seperti hari-hari biasa saat mau ke lokasi tersebut. Pada saat mereka ada di tujuan, Setya dan Aldo kaget karena cewek itu kerumuni dan di goda sama anak laki-laki, cewek itu sangat merasa terganggu tak pikir panjang mereka langsung segera menghampiri dan melindungi cewek itu. Dengan cepat cewek itu ada belakangnya Setya dan Aldo.
   "Eh siapa lo?" tanya salah satu cowok yang sedang menggoda cewek taksiran Aldo.
   "Gue pacarnya, mau ngapain lo?" katanya dengan tangan melindungi cewek itu. Cewek itupun kaget dia langsung mengerutkan keningnya rapat-rapat. Mereka semua percaya karena cewek itu memegangi perut Aldo dengan tangannya sangat rapat, cewek itu sangat ketakutan. Akhirnya mereka bubar, dan meminta maaf, setelah semua pergi cewek itu masih dengan posisi memeluk badan Aldo.
   "Eh, sudah tidak ada tuh" ungkap Aldo.
   "Eh iya" cewek itu tersenyum geli malu ke Aldo. Setelah memandangi wajah Setya dan Aldo, cewek itu merasa tidak asing dengan wajah itu, dan setelah di ingat-ingat cewek itu kaget. "Kamu!" terusnya dengan mengerutkan dahinya. 
   Aldo pun mengangkat kedua pundaknya, tiba-tiba Aldo mengajak Setya untuk bergegas cabut, tapi dengan sekejap cewek itu segera menghentikan kemauan Aldo.
   "Eh tunggu-tunggu! thanks ya buat tadi, kenalin gue Sella, anak kelas sepuluh A, sekali lagi terima kasih ya" dengan mengulurkan tangan ke arah Aldo.
   Aldo melamun sejenak karena merasa ini just dream, lalu segera di sambarnya tangan itu dengan lembut.
   "Gue Aldo, salam kenal" cowok itu sangat gugup dan senang karena merasa antara percaya dan tidak. Jabatan mereka agak lama, mereka berdua sambil tatapan mata sejenak, jabatan itu akhirnya tiba-tiba terputus karena bel masuk sudah berbunyi. Setya dan Aldo segera mau lari ke kelas tapi lagi-lagi ia mencoba menghentikan, tapi kali ini gagal, mereka keburu lari.
   "Eh, yang satunya lagi siapa itu" teriak Sella ke Setya dan Aldo.
   "Gue Setya, salam kenal juga ya" jawab Setya dengan keras.
   Aldo dan Setya tersenyum dan melambaikan tangan mereka ke cewek taksiran Aldo yang akhirnya mereka tau kalau namanya Sella. Cewek itupun segera membalas lambaiannya mereka dan dengan di lanjutkan senyuman yang manis dari Sella. 
   Setya dan Aldo terus lari, sesampai di depan kelas mereka menghentikan langkahnya, dengan nafas terengah-engah. Membuat teman-teman yang masih ada di depan kelas mereka terheran-heran. "Kenapa lihat-lihat semua, masuk sana sudah masuk nih" dengan nafas Aldo yang terengah-engah tadi dan sambil menahan senyum yang sangat bahagia. Teman-temannya yang melihat mereka hanya bisa mengerutkan dahi mereka.
   "Ayo masuk Al" dengan melirik ke Aldo.
   Aldo mengangguk-angguk kepalanya dengan nafas yang masih tersendak-sendak. Aldo segera bangun menghampiri Setya dan menepuk pundak sahabatnya itu "Ayo Set!".
   Aldo masuk ke kelasnya dengan wajah yang cerah, bahagia, dan senyuman di bibirnya yang masih belum hilang. Teman sekelasnya termasuk Arini yang sudah ada di bangkunya terheran-heran, setelah Setya dan Aldo duduk di bangkunya masing-masing, Aldo pun menoleh ke arah teman-teman cowoknya yang ada di belakang dengan senyuman dan masih dengan nafas yang terengah-engah. Teman-temannya pun menanggapi dengan jawaban wajah yang berbeda-beda, ada yang menjawab dengan senyuman balik, dengan kerutan di dahinya dan masih banyak yang lain.
   Pertanyaan tiba-tiba muncul dari Arini yang ada depan bangku mereka. Setya dan Aldo tidak menjawabnya karena guru sudah akan datang dan mereka masih capek karena lari-lari dan dengan senyuman yang terbahak-bahak tadi. Mereka berjanji akan menceritakan nanti.
   Aldo terlihat sangat bahagia, dia teringat-ingat moment tadi, di kelaspun dia senyum-senyum sendiri, Setya yang ada di sampingnya ikut senang dan lega melihat sahabatnya itu, ini menandakan kesempatan Aldo melakukan pendekatan ke Sella juga terbuka lebar, apalagi yang mengejutkan yang memperkenalkan duluan si dia, ini sungguh di luar perkiraan.
   Bel istirahat berbunyi, Setya dan Aldo mengajak Arini ke kantin. kedua cowok itu mau jelasin di kantin sama ngisi perutnya. Setiba disana mereka langsung memesan makanan. Sesuai janji di awal, kalau Setya mau ngebantu Aldo untuk mencari asal usul lebih dalam si Sella dia harus mentraktirnya.
   "Lo pesen apa Rin?" tanya Aldo.
   "Terserah kamu saja" jawab Arini dengan nada datar.
   "Lo Set?" sambil melirik ke arah Setya
   "Aku juga terserah lo aja, kan yang nraktir sana, gue apa adanya" senyum geli Setya.
   Aldo pun mentraktir mereka dengan nasi campur dan minumnya es teh. Arini yang hanya diam saja dari tadi, merasa tambah heran, sebenarnya ada apa ini. Setelah pesanan jadi, dan Aldo segera mengambilnya makanannya, kali ini ia seperti menjadi pembantu dadakan, untuk sahabat its ok lah ujarnya. Setelah semua siap, Aldo menceritakan semua yang terjadi ke Arini dan sambil menyantap makanan masing-masing.
   Setelah mendengar apa yang sebenarnya terjadi, Arini terbahak-bahak, kedua sahabat cowoknya langsung mengerutkan dahi mereka secara bersamaan.
   "Kok ketawa sih, ngakak lagi?" tanya Aldo dengan heran.
   "Hehe, lucu aja, naksir anak kelas sepuluh lagi, tapi aku akan mensupport lo kok Al" ujar cewek itu dengan masih mempertahankan tawanya, Arini pun tertawa kegelian. Melihat tawa Arini, Setya dan Aldo juga merasa lega, dia tampaknya sudah tidak terlalu memikirkan Rina. Kedua cowok itu terus saling lirik, mereka tersenyum karena Arini bisa menjadi dirinya seperti biasa-biasanya.
   Di pelajaran tadi, Arini juga sudah bisa sedikit agak konsen dan dia biasanya juga ikut tertawa saat di kelas. Tapi masih belum seratus persen lah, dia masih terlihat sedih, tapi tak apalah dengan berjalannya waktu semua akan kembali normal ujar Setya di hatinya.
   Bel masuk berbunyi, Aldo pun segera membayar semua yang ada di meja. Mereka bertiga bergegas masuk ke kelas, yang sekarang tanpa adanya Rina.
   Teman-teman laki-laki sekelas mereka yang masih merasa penasaran dengan maksud tatapan Aldo ke mereka tadi pagi menunggu di bangku Setya dan Aldo, mereka segera ingin tau apa perkembangan terbaru, terupdate, hot news dari Aldo, tapi mereka tidak mendapatkan hasil apapun, karena guru sudah masuk ke kelas, Aldo pun tersenyum geli, begitu juga dengan Setya dan Aldo.
   Sekarang waktunya biologi dan di susul dengan bahasa indonesia. Di waktu pembelajaran biologi semua siswa di kelas tidak terlalu antusias, pingin cepat segera ganti jam pelajaran. Di tambah pelajaran Biologi yang tidak mengenakan, begitu juga dengan gurunya. Di pergantian jam kelima menuju jam ketujuh atau jam terakhir terasa sangan lama. Semua siswa mendengarkan dengan apa adanya, dengan mata menjurus ke depan tapi pikiran ada di luar kelas, di luar sekolah ada juga yang ada di alam mimpi.
   Waktu yang di tunggu-tunggu telah tiba, bel pergantian jam pelajaran berganti, dengan bersamaan mereka bersorak kegirangan.
   "Horeeee!"
   Guru yang ada di depan tersenyum sambil menggeleng-gelengkan, di susul tawa dari semua siswa.
   Pak Sofyan guru yang di tunggu kedatangannya dari tadi sudah masuk, kelas sontak hening, semua menunggu apa yang akan dilakukan guru itu. Setelah memberi salam ke semua murid, langsung pak Syofyan memanggil Riko untuk kedepan kelas. Riko langsung menarik nafas berat-berat, detakan jantungnya berubah menjadi sangat cepat, wajahnya yang tadi ceria sekarang berubah menjadi pucat. Dia segera maju kedepan dengan langkah yang perlahan.
   "Sudah tugasmu" tanya pak Sofyan dengan pandangan tanpa ke arah Riko, tapi malah ke buku yang sedang di pegangnya.
   "Sudah pak!" dengan suara terbata-bata dan anggukan kepala Riko.
   "Semua?!" terus guru itu tetap pada pandangan ke buku yang ada di tangannya.
   "Iya pak".
   "Ya sudah duduk sana!". Riko langsung terdiam sejenak, dan melihat ke arah pak Syofyan, "G denger kamu" terus beliau, Riko langsung kembali ke tempat asalnya dengan menarik nafas yang sekuat-kuatnya dan menghembuskan dengan pipi yang di gelembungkan. Dia masih terlihat sangat tegang, teman-temannya terlihat sangat lega karena cowok itu terlepas dari hukuman.
   Kelas pun langsung hening, baru tidak ada lima menit pak syofan di kelas, sudah membuat kelas jadi kayak gini, super tegang.
   Guru itu langsung memberi catatan dengan mendikte muridnya. Guru mendikte tidak terlalu banyak, sampai satu jam pelajaran saja, satu jamnya ia buat menerangkan sambil cerita. Disinilah enaknya guru itu, beliau menerangkan pelajaran tersebut dengan memasukkan kisah-kisah atau cerita yang ada manfaanya, baik itu dari pengalaman hidupnya maupun juga dari buku dan kitab yang sudah di bacanya.
   Kalau Pak Syofyan menceritakan semua pasti menyimak, kalau ada yang sedang ngobrol atau ngomong sendiri pasti ia tau. Ceritanya kadang-kadang bisa membuat anak didiknya menangis, merenung, menjadi sadar bahwa hidup ini tidak mudah, mereka semua harus berusaha dan senantiasa berdoa kepada yang di atas, motivasi-motivasi ini yang sangat di sukai siswanya saat di ajar Pak Stofyan.
 

BAB IV 


   Seminggu selepas sepeninggal Rina, hati Setya, Aldo begitu juga Arini terlihat sudah agak ikhlas menerima takdir ini, mereka tetap akan mengingat Sahabat itu, sampai kapanpun.
   Mereka memutuskan untuk mengunjungi ke makam Rina, suasana begitu hening, penuh keharuan, Setya, Aldo dan Arini saling bergandengan satu sama lain, Setya yang paling dekat dengan nisan Rina mengulurkan tangan kirinya dan memegang ke nisan sahabatnya itu. Mereka semua menundukan kepala, tak ada kata yang sama sekali terontar, semua berbicara di hatinya, mendoakan dengan kata-kata yang tidak dapat di ucapkan oleh lisan, hanya tuhan yang sangat paham dengan isi hati mereka. Tetesan air mata berjatuhan dengan deras dari sahabat-sahabat Rina.
   Secara bersamaan Setya, Aldo dan Arini membuka mata dengan pelan-pelan, Setya melihat ke wajah Aldo dan Arini, di teruskan dengan anggukan kepala yang di ajukan ke kedua sahabatnya. Aldo dan Arini membalas anggukan itu, beserta senyuman tangis mereka segera berdiri dan beranjak untuk pulang.
   Dengan langkah yang semakin menjauh dari makam Rina, mereka bertiga sangat terlihat sedih, mereka semua sangat kangen dengan Rina.
   Kenangan lalu bersama Rina kini menjadi kenangan yang tidak akan pernah di lupakan, saat mereka sedang bersama, saat sedang bahagia, sedih, mereka kini menyimpan kenangan itu ke memory yang tidak mungkin bisa di hapus.

***

   Pagi yang masih petang, Setya sudah terbangun, dia terbangun karena mimpi, mimpiin Rina. Di dalam mimpi itu ia berpesan untuk apapun yang terjadi Setya, Aldo dan Arini harus tetap bersama.
   "Pasti Rin! kita akan selalu bersama, tidak hanya bertiga tapi juga dengan lo Rin, berempat !" jelas ia. Cowok lalu memegang dadanya, detakan jantungnya sangat cepat, dia bingung dan tidak tahu apa yang membuatnya jadi begini. Setya yang terbangun sebelum kumandang adzan subuh, tidak bisa tidur lagi sampai mau berangkat ke sekolah.
   Kali ini Setya berangkat seorang diri, tidak bareng Aldo, karena Setya berangkat sangat pagi-pagi sekali. Sambil berjalan ke halte ia sambil mengirim pesan ke Aldo.
   "Eh gue berangkat sendiri, lo gak usah ke rumah, langsung berangkat aja" jelas isi dari SMSnya. Dengan langkah agak santai dengan sambil membawa buku, ia menuju ka halte. Selepas ia sampai, tak lama kemudian bus datang, segera ia naik.
   Di dalam bus ia duduk dengan membaca pelajaran yang akan nanti di pelajarinya di kelas, selama perjalanan ia terus sambil membaca, hal ini membuat matanya jadi berat, dia merasa ngentuk, Setya menghentikan membaca buku pelajaran dan menggantinya dengan sebuah komik, tapi tak berselang lama dia  memutuskan untuk menghentikan membaca, dia mencarimencari akal biar ngentuknya bisa hilang. Cowok itu mencoba untuk melihat keluar jendela, memandangi rumah-rumah dan jalan aspal yang tebal tapi malah ngantuknya tambah berat. Perjalanan ke sekolah masih lumayan jauh, beru dapat setengah perjalan, dengan mata yang berat ia jadi malas untuk ngapa-ngapain, mata Setya semakin mengantuk dia berusaha untuk mempertahanka biar tidak tertidur di bus, dia lalu berdiri lalu pindah ke belakang sendiri, tiba-tiba dia melihat teman sekolahnya, ia lalu mengajak mengobrol anak itu dan hasilnya pun ternyata berhasil, dia bisa sampai tujuan dengan tanpa tertidur di dalam bus.
   Setya segera turun, dan mempercepat langkahnya untuk menuju ke kamar mandi, Setya mengusap-ngusap matanya biar bisa menghilangkan rasa kantuknya dan wajahnya biar jadi agak fresh seperti biasanya.
   Setelah beberapa menit di kamar mandi dia keluar, sekolahnya masih agak sepi, bel masuk pun masih cukup lama, dia menuju ke depan kelasnya sambil memikirkan apa yang enaknya di lakuin, Setya juga mengirim sma ke Aldo dan Arini, sudah ada dimana, tapi tak ada balasan cepat dari mereka, Setya bingung mau ngapain biar kantuknya tidak datang lagi, sambil berjalan ia melihat ke sekelilingnya, menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, tujuannya arahnya langsung tiba-tiba berhenti saat melihat di lapangan basket, dia mendapatkan ada anak yang sedang bermain bola basket, Setya segera menghampirinya, ada anak lima di situ, di tambah Setya jadi berenam.
   Mereka memutuskan untuk bermain three on three. Walaupun Setya terlihat yang paling bodoh dalam game itu, dribble saja masih asal-asalan tapi anak itu sangat menikmatinya. Setya sangat menikmati, sampai-sampai tidak menyadari kalau sekolah sudah ramai, pdrmainan berakhir dengan di bunyikannya bel masuk dari guru piket.
   Semua murid segera masuk ke kelas, begitu juga dengan semua anak yang ada di lapangan basket. Terlihat Setya mengeluarkan keringat yang banyak, sehingga baju sekolahnya jadi basah, terutama bagian dada dan bagian belakangnya.
   "Eh jarang-jarangnya lo maen basket, pagi-pagi gini salah" ucap Aldo.
   Setya yang masih berjalan dan mendekati bangkunya tidak menjawab langsung pertanyaan cowok itu, ia duduk sejenak sambil mengambil buku yang terdapat di depan Aldo lalu mengibas-ngibasnya ke wajahnya dan badannya.
   "Gue tadi berangkat pagi-pagi sekali, di bus aku ngerasa ngantuk, pas aku nyampek di sekolahan suasanya masih sepi, makanya gue main basket biar kagak ngentuk lagi" jelas Setya dengan mengipas-ngipaskan buku itu ke arahnya.
   "kenapa sih lo tadi berangkatnya pagi-pagi sekali, gak bareng gue lagi" terus Aldo.
   "Tadi pagi gue bangun pagiiiii sekali, sebelum subuh mata gue sudah melek kok, terus aku mau tidur lagi tapi gak bisa, ya jadinya berangkat pagi-pagi aja, sambil bisa ngerasakan udara pagi" ungkapnya
   Pilihan Setya untuk menghilangkan rasa kantuknya selama ini sukses, tapi dengan badan yang berkeringat, membuatnya tidak nyaman. "Tak apalah pokok aku tidak ngantuk lagi, walaupun bajuku basah semua" ucapnya di hati.
   Jam pertama waktunya matematika, dengan badan begini, Setya berharap tidak akan mengganggu fokusnya. Di waktu awal-awal pembelajaran bu Isma sudah memberikan tugas yang banyak, semua siswa sekelas mengeluhkan kejadian ini.
   "Yaaaaaa bu, barusan masuk sudah ngerjakan tugas sebanyak ini" ini versi kebanyakan kaum cewek. Yang para kaum cowok
   "Uwalah bu bu, pagi-pagi sudah ngerjakan tugas".
   Setya yang langsung membuka halaman soal yang di suruh tersebut, lalu melihat-melihat sekilas dari atas sampai bawah, di ambilnya langsung buku tugas matematika dan pulpennya, Setya langsung mengerjakan soal-soal tersebut. Sampingnya, Aldo melirik ke sahabatnya itu, di hatinya ia tertegun dan terheran-heran di hatinya.
   "Lancar banget anak itu ngerjainnya" lirikan yang penuh mengharapkan.
   Aldo yang melihat Setya langsung tidak mau kalah, walaupun awalnya dia mau mencontek sahabatnya, dia sadar bahwa dirinya sudah kelas tiga, sebentar lagi mau UN, di bukanya bukunya dan langsung menyusul Setya. Arini yang tiba-tiba menengok kebelakang, melihat hal itu, merasa heran "Aldo tuh? kok jadi begini dia?" kata hati Arini dengan kerutan di dahinya. Cewek itupun juga tidak mau kalah, dia langsung menghadap ke bukunya kembali, lalu lekas mengerjakannya.
  Suasana begitu hening, seperti pas saat ujian, sampai jam matematika berakhir semua sudah selesai dengan tugasnya.
  Bel pergantian jam pelajaran sudah berbunyi, Bu Isma yang mengecek tugas mereka cuman baru dapat sebagian dari murid saja, oleh karena itu guru itu akan membagikan hasilnya di pertemuan yang selanjutnya. Segera guru tersebut meninggalkan kelas, di ganti dengan pelajaran Fisika masih dengan menguras otak.
  Setelah di beri tugas banyak di pelajaran matematika, semua siswa di kelas berharap tidak ada tugas lagi, minimal cuman mencatat sajalah. Guru fisika itu datang, dengan wajah heran ia melihat ke siswanya.
   "Pagi-pagi kok sudah lemes semua?" tanya pak Arif ke semua muridnya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
   Tanggapan lalu banyak bermunculan. Ada yang bilang
   "Pagi-pagi sudah dapet rezeki banyak pak, Pagi-pagi sudah di suruh ngerjain tugas, Belum sarapan pak dan sebagainya".
   Guru tersebut tersenyum, "kita ulangan harian hari ini" ucap pak Arif dengan santainya.
   Kelas pun semakin ricuh, semua suara protespun semakin membahana, mereka tidak setuju sama sekali, tapi dengan kata yang singkat semua kelas langsung hening.
   "Yang gak mau keluar, yang ikut tetap di bangkunya" dengan mengeluarkan kertas lembaran soal ujian tersebut. Semua kelas langsung diam membisu, tak ada komentar yang terungkap, semua menurut dengan terpaksa.
   Setelah semua soal di bagikan ke satu-persatu anak, segera pak Arif  memulai. Ujian harian yang sangat mendadak ini membuat semua kelas merasa kalau hari ini adalah bad day. Kelas menjadi sangat tegang, apalagi pak Arif kalau sedang mengawasi, pandangan selalu menatap ke mereka, seolah-olah mata beliau lebih dari dua, ada mata tersembunyi gitu, tak ada yang berani tengok kanan maupun kiri, pandangan tujuan fokus ke lembaran soal. Semua pasrah pada diri sendiri, dari pada nanti ketauan nyontek, lembarannya kalau gak di ambil paksa ya di sobek, so ! gak ada nilai.
   Jam istirahat berbunyi, berarti waktu ujiannya sudah habis, pak Arif menyuruh bangku yang paling belakang sendiri untuk mengambil lembaran yang ada di deretnya masing-masing. Semua begitu pasrah, terus berdoa supaya keberuntungan selalu di samping mereka.
   Setelah guru tersebut keluar, Setya, Aldo dan Arini pergi ke kantin, mereka semua strees, otak begitu bekerja keras dari tadi, penuh rumus-rumus. Mereka segera memesan ke bu tatang salah satu penjual yang ada di kantin, tempat kesukaan mereka di situ dari kelas satu sampai sekarang. Yang mereka omongkan pastinya tentang pelajaran tadi.
   "Eh gimana ulangan lo tadi Set?" tanya Arini.
   "Lumayan, apalagi gue tadi sudah agak-agak lemes, tenagaku hampir habis karena main basket tadi pagi, fokus semampunya" ungkap Setya.
   Mereka bertiga terus mengobrol sambil menghabiskan makanan masing-masing, setelah bercerita tentang jam pelajaran satu sampai keempat yang sangat menguras otak, Aldo tiba-tiba mendiskusikan tentang Sella, dia ingin Setya dan Arini membantunya. Hampir tiga hari Aldo tidak melihatnya, padahal ia selalu lewat di depan kelasnya saat berangkat maupun pulang sekolah, perasaan Aldo pun ikut cemas, kemana cewek ini, makanya Aldo menceritakan masalahnya ini ke sahabat-sahabatnya.
   Arini dan Setya sih akan ngebantu asal traktirannya masih berjalan seperti kemaren, aslinya mereka berdua minta untuk di dua kalilipatkan traktiran mereka, tapi Setya dan Arini tidak tega, masak ke sahabatnya sampai gini.
   Semua yang ada di meja dudah termakan dengan habis, mereka semua langsung pergi ke kelas, Aldo memutuskan untuk lewat depan UKS siapa tau Sella sedang jaga. Pas nyampek UKS ternyata tempat itu tutup, Aldo mengajak untuk ke kelas Sella saja. Saat mereka mau ke depan kelas cewek itu, mereka membatalkan rencana ini, karena bel sudah berbunyi.
   "Besok aja Al" kata Arini dengan menepuk pundak cowok itu. Aldo mengangguk, mereka langsung ke kelas.
   Pada jam kelima, Setya merasa ngantuk, ngantuknya kali ini lebig berat dari tadi pagi, Setya merasakan lelah, ngantuk yang sangat berat kali ini buatnya. Dari sebelum shubuh ia sudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi, berangkat sekolah sangat pagi-pagi sekali, sesampai di sekolah ia langsung bermain basket sampai jam masuk, di jam pertama sampai jam istirahat pertama pelajaran yang berhasil menguras tenaganya, terutama otak dan kali ini ia dalam keadaan kenyang, tampaknya Setya bakalan gak kuat kali ini.
   "Eh Set, kenapa lo, menguap saja dari tadi mulut lo" tanya Aldo, wajahnya sangat terheran-heran, ternyata Setya yang anak rajin, pintar bisa ngantuk di kelas, tampaknya dia akan tidur malah.
   "Ngantuk gue Al, sekarang waktunya mapel sejarah lagi, boring sangat" ucapnya dengan menaruh kepalanya di atas meja yang di pangku dengan tangannya. Benar saja, waktu di tengah-tengah proses pembelajaran, Setya tiba-tiba sudah tertidur pulas, untung saja gurunya bukan tipe guru yang mudah mondar-mandir, jadi Setya bisa aman.
   Ngeliat Setya tertidur pulas, Aldo meliriknya di dalam hatinya ia berkata "dulu aja ngomong kalau, mau UAN ni, sudah kelas tiga kita itu, masih malas-malasan saja kau itu, ketinggalan pelajaran syukur kau, tapi kenyataanya sekarang cowok itu yang kali ini tertidur" seketika saja ia ingat perkataan itu.
   "Eh Ar! lihat Setya ini, dia sedang ngapain?" pemberitahuan Aldo ke sahabat ceweknya, pertama Arini sangat terusik atas pemberitahuan ini, tapi saat meoleh ke belakang Arini kaget kalau Setya sedang tidur, dia langsung mengerutkan keningnya, merasa sangat-sangat heran, masak sih seorang Setya sedang tidur di kelas saat jam pelajaran.
   "Eh tidur beneran ni, si Setya?" tanya Arini dengan menatap Aldo dan dengan kerutan di keningnya.
   "Menurut pandangan lo gimana, masak cuman akting sih, ya beneran lah!" jawab Aldo dengan mengerutkan keningnya juga.
   Aldo dan Arini mau membangunkan Setya tapi mereka berdua merasa kasian, wajah Setya sangat terlihat sangat kecakpean, gak biasa-biasabnya ia kayak gini, kedua sahabatnya memutuskan untuk membiarkannya, entah sampai kapan.
   Jam kelima dan keenam sudah habis, tapi Setya terlihat masih pulas tidurnya, yang mengetahui hal ini tidak hanya Arini dan Aldo, tapi juga seluruh kelas. Semua juga terheran-heran kok bisanya anak yang rajin, pintar, yang selalu juara kelas, selalu dapat beasiswa secara rutin ternyata lagi ngorok di kelas, saat pembelajaran lagi, ternyata dapat di simpulkan bahwa anak pintar juga sama seperti manusia biasa pada umumnya.
   "Eh Ar, gimana si Setya ini, sebentarlagi waktunya agama, di bangunin apa gak?" tanya Aldo sambil meniggikan alisnya.
   "Biarin aja, waktunya pak Ari ajalo, dia orangnya kan enak an" jawab Arini.
   Mereka membiarkan Setya tetap dalam keadaan tertidur, mereka tidak tega untuk membangunkan. Pak Ari segera datang ke kelas, dalam pengulangannya orang ini banyak ceritanya, jadi Setya masih bisa aman, dia tampaknya beruntung karena tertidur pada saat guru yang sabar-sabar.
   Sebentar mau sampai jam istirahat kedua berbunyi Setya terbangun, dengan mata yang masih terlihat berat, tangan dia mengucek-ngucek matanya yang masih terlihat merah. Arini dan Aldo yang mengetahui hal itu tersenyum ke arah Setya, Setya yang mengetahui hal itu tersenyum kegelian.
   "Sudah jam keberapa ini?" tanya Setya ke Aldo dengan suara yang tidak jelas.
   Aldo membohongi sahabatnya itu "Sudah mau pulang, tinggal lima belas menitan mungkin" jawab Aldo dengan wajah yang terlihat serius.
   Setya kaget, ia langsung terbangun dan melihat ke depan kelas, ia langsung tersenyum dan melirik ke wajah Aldo, Setya yang mengetahui kalau dia lagi di bohongi langsung memukul pundak cowok itu, Aldo pun tersenyum kegeliaan.
   "Jam pelajaran tertidur, kenapa lo? kok gak biasa-biasanya" ungkap Aldo dengan agak menyinggung.
   Tak lama berselang bel istirahat kedua berbunyi, Setya dan Aldo bergegas keluar dan menuju ke musholla untuk jadwal sholat rutin. Sedangkan Arini tetap menunggu di kelas.
   "Enggak ke kantin Ar?" tanya Aldo
   "Kita kesana bareng-bareng aja" ungkapnya
   Kedua cowok itu menganggukan kepala dan segera berangkat ke musholla. Setelah selesai dengan kewajiban mereka, mereka menuju ke kelas, dan sekarang mereka yang menunggu Arini untuk gantian yang ke musholla.
   "Ya gini dong, muka lo jadi enak di pandang dari pada tadi" sindir Aldo, melirik tajam ke wajah Setya, Setya membalas lirikan itu dengan tatapan yang lebih tajam sambil kdning yang mengerut.
   "whatever!"
   Setalah menunggu cukup lama, Arini yang sudah di tunggu oleh Setya dan Aldo segera menyusul mereka ke kelas.
   "Ayo Set, Al" keburu masuk nih.
   Setya dan Aldo yang duduk langsung berdiri dan menyusul Arini yang sedang memanggil mereka di pintu kelas. Di kantin Setya hanya memesan sebuah minuman sedangkan Aldo dan Arini memesan makanan maupun minuman juga.
   "Loh, gak makan Set?" tanya Arini dengan nada yang terheran-heran.
   "Enggak, masih kenyang aku, cuman pesan minuman aja aku" jawabnya dengan sebuah senyuman di bibirnya, padahal saku Setya sekarang lagi kering, dia sedang belajar untuk lebih berhemat, tanpa menceritakan ke sahabatnya, ternyata Setya menyimpan rahasia, dia tidak ingin terlalu boros. Setya tidak ingin terlalu memberatkan orang tuanya, dia berpikir kalau dia menceritakan ke Aldo dan Arini pasti mereka akan membantu aku, entah akan sering mentraktir atau apalah, tapi dia tidak ingin merepotkan kedua orang itu, Aldo dan Arini sudah terlalu baik ke aku, aku tak mungkin memelas ke mereka, mereka berdua sudah ku anggap keluarga, seorang teman yang selalu ada buat aku baik saat aku di atas maupun sebaliknya, ungkap Setya di hati yang terdalam ia berkata.
   Bel masuk sudah berbunyi, mereka semua bergegas untuk ke kelas. Di jam terakhir kali ini Setya kembali ke jati dirinya yang asli, sebagai anak yang clever. Cowok itu terlihat sangat fokus ke pelajaran, walaupun sekarang jam terakhir, waktu menunjukkan kalau sudah jam satu, suasana begitu panas, tapi dia tidak terlihat kalau sedang mengantuk apa capek, sangat bersemangat dalam jam segini memang sangat sulit.
   Aldo melihat Setya dengan terheran-heran "Tadi tidur nyenyak banget, sekarang begitu semangatmya" Aldo cuman bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, padahal semua sudah terlihat lemas, kali ini Setya yang terlihat sangat antusias ke pelajaran.
   Sampai bel pulang berbunyi, Setya masih sangat kelihatan fresh, sangat semangat. Kali ini Setya pulang bareng Aldo, mereka berdua harus berpisah dengan Arini dan akan bertemu besok pagi laginya.

***

   Di kamarnya Setya sedang melihat selembar foto yang diambilnya dari cermin, foto itu ia letakkan di selempitan cermin, di atas kasurnya ia terus melihat-lihat dengan perasaan yang sedih, foto itu berisi dirinya sendiri beserta keempat sahabatnya, Setya, Aldo, Arini dan Rina. Mereka berfoto saat itu pas di taman yang  di depannya ada danaunya.
   Dia menghayati foto tersebut, suasana begitu hening di kamarnya, tidak ada kata-kata terucap dari bibirnya, tapi di hati ia terus berkata-kata
   "Lo cantik juga ya Rin kalau pas pake baju warna putih itu, apalagi kalau sedang tersenyum gitu, jadi kangen aku sama lo, kenapa harus pergi secepat ini sih, mungkinkah kita bisa berjumpa lagi, adakah kesempatan aku bisa jumpai engkau lagi Rin, betapa bahaginya aku kalau semua ini dapat terwujud? MUNGKINKAH?" bentak Setya di dalam hatinya. Dengan tetesan air mata yang menetes ke foto itu dan senyum lirih di bibirnya, cowok itu lalu merubah posisinya dengan tiduran lalu meletakkan foto itu di dadanya, tangan kanannya memegangi benda itu yang berada pas di dadanya, sedangkan tangan kirinya memegangi jantungnya yang berdetak sangat-sangat cepat. Dengan suasana kamar yang hening tidak terdengar kata-kata apapun yang terdengar dari luar kamarnya, mungkin saja karena sekarang jam di kamar Setya sudah menunjukkan angka satu labih seperampatan. Setya mengeluarkan kata-kata tidak terlalu keras. dia mengatakan
   "GUE CINTA LO RIN!!!" 
   Setelah mengucapkan perkataan yang menurutnya jelas aneh ini tak lama kemudian Setya tertidur. Setya baru menyadari kalau dia punya rasa yang seharusnya tidak boleh ia miliki, tapi dia mengetahui kalau dia punya rasa setelah kepergian Rina, apa yang terjadi kalau Aldo dan Arini mengetahui hal ini, tentu Setya akan bungkam tentang perasaanya, dan kenapa ia baru menyadari setelah perginya Rina, Setya tidak mengerti sama sekali ini, persahabatannya pun di rasanya kan baik-baik saja karena Rina pun sudah tiada.
   Cowok itu menyerakan kepada yang di atas, tak tau apa yang nanti akan terjadi pada perasaanya mendatang.


BAB V 


   Di taman yang menjadi tempat mereka biasanya berkumpul pas saat ada Rina juga, di sana Arini menceritakan sebuah rahasia tentang Rina dan dirinya, kalau dia bertemu Rina selepas satu minggu kepergiannya.
   Rina menghampiri Arini lewat sebuah mimpi, dia memberikan sebuah pesan tapi ia tidak tahu pasti apa maksud dari pesan itu. Arini mencoba mengingat-ingat mimpi itu, setelah sekian lama, dalam kurun waktu satu mingguan ia baru berhasil apa yang terjadi di dalam mimpinya bersama Rina.
   Sehabis ia dapat memingat pesan Rina, Arini segera mengajak Setya dan Aldo untuk berkumpul di tempat biasanya. Walaupun sudah cukup lama ia memendam sendiri, dan di hantui rasa untuk segera ingin harus menyampaikan isi pesan tersebut ke sahabatnya.
   Arini menceritakan seingat-ingatnya mimpi itu yang terkandung dalam memory otaknya, dia menceritakan mulai awal sampai akhir, berusaha sama persis yang ada di mimpinya itu bisa tersampaikan, tapi ternyata tidak bisa. Akhirnya Arini menceritakan semampu ingatannya.
   Di saat itu Arini sedang ada di sini sendirian, di taman yang di depannya ada danau tersebut. Arini termangu sendirian, ia melempar kerikil-kerikil kecil yang ia dapat di sekitar tempatnya ia duduk ke danau yang ada di depannya. Dengan tatapan kosong ia melempar batu-batu kecil tersebut dengan wajah lemas, dengan mata yang memancurkan air mata. Setelah cukup lama, dia menghentikan melempar karikil, cewek itu menyadari kalau kerikil-kerikil yang ada di sekitarnya telah habis. Arini menengok kanan kiri, dengan tatapan mencari-cari sebuah benda yang sekiranya bisa ia lempar, tapi tanpa dia sangka-sangka, ada seorang cewek menghampirinya, semakin dekat, semakin mendekat menghampiri Arini, setelah ia melihat wajah cewek itu sontak dengan kaget dan juga perasaan yang agak takut, Arini mengetahui kalau wajah ia kenal, sangat kenal, itu adalah Rina. Tubuhnya pun langsung dingin, tak bisa di gerakkan, wajahnya pun pucat karena ketakutan, di hatinya ia berkata itu sahabatku, santai saja jangan takut Ar, kau akan menyapa dan berbicara dengannya kembali.
   Setelah Rina berada tepat di samping Arini duduk, Rina langsung menyapa Arini, sahabatnya.
   "Halo Ar, boleh aku duduk" tanya Rina dengan senyuman yang ada di bibirnya, yang membuat air mata Arini semakin deras, Arini tidak bisa membuka mulutnya, ia terus menatapi sahabatnya itu, Rina yang melihat hal itu langsung duduk di samping kanannya Arini, dia mengusap air matanya dan memeluk Arini.
   "Gimana keadaan lo, juga gimana keadaannya Setya dan Aldo" sambil megusuk-ngusuk punggung Arini, "Aku akan bersama kalian semuanya kok, tenang saja" terus Rani
   Arini mengangguk-anggukan kepalanya, dengan suara pelan dan terbata-bata ia mengatakan "Iya, kamu jangan pergi lagi ya" tetesan air matanya pun semakin bercucuran "plisss, jangan tinggalin kami lagi" Arini pun mendekap Rina dengan lebih kuat lagi.
   Dengan sanyuman, Rina menjawab dengan anggukan kepalanya. "Kamu semua jangan sampek berantem ya, selalu bersama apapun yang terjadi, jangan sampai bubar persahabatan kita".
   "He'em Rin"
   Dengan mendengar jawaban itu, Rina langsung melepaskan tangannya dari Arini, lalu mengusap air mata yang sudah membasahai pipinya, Rina tersenyum ke sahabat ceweknya itu. Setelah mengusap air mata Arini, Rina pun bangkit dari duduknya, dengan cepat tangan Arini memegang erat Rina.
   "Mau kemana Rin, jangan pergi"
   Rina pun tetap dengan tersenyum melihat ke arah wajah Arini, dia melepaskan perlahan-perlahan tangan Arini, dengan hati-hati Rina melepaskan genggaman Arini dan melangkahkan kakinya menjauh dari sahabatnya itu,.
   "Rin! jangan pergi, jangan tinggalin kami, plisss!!!" Arini mencoba mengejar sambil dengan teriakan tangisannya, Arini yang berusaha menyusulnya tapi tidak bisa, sampai akhirnya ia kehilangan langkah sahabatnya Rina tersebut.
   Arini pun langsung terbangun dari tidurnya, matanya pun sudah meneteskan air mata, terlihat sudah sangat basah di pipi-pipinya, ini menandakan bahwa ini bukan hanya sekedar mimpi.
   Aldo dan Setya yang menyimak cerita tadi tertegun, mereka terdiam sejenak.

***

   Sama persis di sini dulu, saat Rina duduk bersama, berkumpul dengan ketiga sahabat lainnya. Membicarakan tentang sebuah persahaban, seorang sahabat adalah orang yang selalu ada waktu dengan kita, selalu share apapun yang terjadi, baik itu saat senang maupun senang
   "Kadang lita merasa bahwa kita seorang diri di dunia ini, alone, tapi kita tidak tahu kalau bahwa tuhan memberikan dan mengirim seorang teman, bahkan bukan hanya sekedar teman, seorang teman yang akan selalu ada jika kita menghampirinya dan setia akan membantu setiap waktu jika di saat kita sedang membutuhkan sebuah bantuan atau sedang menghadapi sebuah masalah!" ungkap Arini, kata-kata inilah yang selalu teringat di pikiran Setya, Aldo dan Arini.
   Setya pun langsung meneruskan perkataan Rina itu "Sahabat itu temen yang mau mendengarkan ketika kita dalam kebimbangan, membantu kita ketika dalam kesusahan".
   "Tapi terkadang dari sahabat timbul rasa untuk saling ingin memiliki. oleh karena itu harus ada batasan antara persahabatan dan percintaan" di hatinya ia meneruskan perkataannya sendiri.
   Semua berjanji untuk saling ada, melewati sebuah masalah dengan bersama, selalu kompak, persahabatan ini tidak akan pernah putus, apapun yang terjadi.
   Kenangan pada saat ini tidak akan pernah terlupakan di pikiran Setya, Aldo, Arini maupun Rina. Tidak hanya saksi taman ini, mereka semua, tapi juga tuhan, Mereka semua akan selalu ada, dan kalau ada masalah akan setia berbagi, sampai kapanpun.
  
***

   Di suatu pagi, saat Setya dan Aldo berada berangkat sekolah,  Sella terlihat sedang termangu sendirian, di depan kelasnya, segera kedua cowok itu menghampirinya.
   "Kenapa Sel?" tanya Aldo, dengan memukul pundak cewek itu.
   Sella pun kaget, "Eh gak pa pa".
   "Kok sendirian? ngelamun pula! ati-ati kesambet" 
   Sella pun hanya bisa tersenyum malu.
   "Eh lusa keluar ayo Sel, sama temen-temen aku, sama si Setya juga" ujar Aldo dengan tiba-tiba. Setya yang mendengar itu kaget dan mengerutkan keningnya, dia membisikan kata-kata ke Aldo.
   "Maksudlo?!" dengan kening yang masih rapat. Aldo membisikan balik ke cowok itu.
   "Ssst ! diam aja kamu, nurut aja, nanti tak teraktir kok" dengan melirik ke wajah Setya. Setya pun langsung tersenyum, lalu ia menyuruh Arini untuk ikut, mandukung Aldo karena ada apa-apanya.
   "Iya Sel, ayo ikut, nanti ada Arini kok, tenang aja". 
   "Iya Arini, temen deket kita juga, kalau gak ada acara, mau ya?!" ungkap Aldo dengan memohon. Sella pun mengangguk-anggukan kepala dan juga dilanjutkan dengan senyuman. Langsung di hati Aldo pun kegirangan 
   "Yes, yes !" di hatinya ia meloncat-loncat kegirangan.
   "Thx ya Sel, boleh minta nomer kamu gak?" permintaan dengan wajah yang memelas Aldo berikan kepada Sella. Cowok itupun mendapatkan nomer hpnya semakin bahagianya si cowok itu. Bel masuk pun berdering Setya dan Aldo terpaksa harus cabut ke kelas mereka.
   "Nanti tak kabarin kalau jadi Sel" ungkapan terakhir Aldo sebelum pergi ke kelas. 
   Di perjalan menuju kelas wajah Aldo sangat cerah, hatinya sekarang sangat bahagia, dengan penuh semangat ia menjalani petualangan hidup hari ini.
   "Ada yang bakalan gak bisa tidur tuh nanti malem" lirik Setya dengan lebaran tipis mulutnya. Setya pun melirik cowok itu dengan tersenyum, sampai di kelas Aldo langsung menuju ke Arini. Dia mengajak sahabat cewek itu, Arini pun mau-mau aja, asalkan dia juga di traktir sama dengan Setya. Mendengar hal itu, Aldo langsung kaget, ia langsung melihat dengan tatapan tajam ke wajah Setya. Setya pun dengan santainya tersenyum manis ke wajah Aldo dengan menaik-turunkan alisnya.
  Aldo pun dengan terpaksa akan membayari ke Setya, Arini dan begitupun dengan Sella, bagaimana tidak, Sella yang di ajak Aldo masak gak mau membayari cewek yang ia suka itu.
   "Wah bakalan segera kering nih uang bulanan aku, padahal tanggal satu masih sangat jauh, bakalan harus minta mama papa atau bobol celengan biar bulan ini gak miskin-miskin amat" di hatinya ia memikirkan biar sampai akhir bulan uang sakunya tidak kosong melompong.
   Di jam pelajaran ia mendengar, menyimak pelajaran tapi juga sambil memikirkan cara untuk bisa jajan sampai akhir bulan, sampai mau jam istirahat pertama berbunyi ia akhirnya dapat akal, Aldo tidak akan jajan sama sekali sampai tiga harianlah minimal, rencananya akan ia mulai hari ini juga.
   Jam istirahat pertama pun berbunyi, Setya dan Arini langsung berdiri tapi tatapan mereka langsung ke arah Aldo yang pada saat itu dia masih terdiam duduk, padahal yang biasanya ngajak ke kantin duluan adalah si Aldo.
   "Ayo Al!" ajak Arini
   "Aku di kelas saja, aku enggak laper" 
   Setya dan Arini langsung terheran-heran, kok tidak biasa-biasanya dia gak bersemangat waktu istirahat, Arini dan Setya langsung duduk dan menanyakan kenapa, apa yang terjadi dengan Aldo. Sebenarnya saat di tanyai Setya dan Arini, Aldo tidak mau mengaku kalau sedang dalam proses penghematan, setelah beberapa menit Setya dan Arini mengapa Aldo tidak jajan di jam istirahat ini. Kedua sahabat Aldo memutuskan untuk di kelas juga, mereka mengerti perasaan Aldo sekarang. 
   Di pelajaran setelah pertama setelah istirahat, ternyata perut Aldo sudah agak berbunyi, kelaparan sudah mulai muncul. Sampai jam ke tujuh, delapan tangannya sudah mengusuk-ngusuk perut, Setya yang dari tadi mengamata cowok itu geleng-geleng, dia tersenyum melihat hal itu. Terus Setya melempar sebuah kertas ke Arini, mereka berdua merencanakan sesuatu untuk Aldo pada jam istirahat ke dua. 
   Sampai akhirnya bel pun berdering, Aldo dan Setya segera untuk memuju ke musholla dulu, sampai selesai kini saatnya Arini untuk ke sana. Setya menunggu Arini di kelas bersama Aldo, setelah cukup lama Arini muncul dan lalu mengajak Aldo untuk ikut mereka, awalnya Aldo tidak mau, Aldo tidak tahu akan di bawa kemana karena Setya dan Arini tidak memberitahukan ini. Dengan paksa mereka menyeret Aldo, cowok itupun menyerah.
   Sampai akhirnya dia menyadari kalau Setya dan Arini manuju kantin.
   "Pesan apa Al?" tanya Setya 
   "Gak laper aku, aku ke kelas saja" dengan wajah cemberut dan kesal Aldo mengatakan kata-katanya. Arini dan Setya memaksanya untuk duduk.
   "Soto aja ya?" tanya Setya ke Aldo. Kening Aldo pun langsung rapat. "Ya udah kalau gak mau jawab, aku pesenin pilihan aku" terus Setya.
   Aldo pun merasa semakin bingung, Arini yang di sampingnya pun tersenyum-tersenyum sendiri dari tadi "Ada apa sebenarnya ini?" tanya anak itu di hatinya.
   Setelah Setya mengambil makanan dan segelas botol aqua, dia meletakkan di depan Aldo. 
  "Nih! makan, jangan khawatir, aku sama Arini yang neraktir, dari tadi di kelas keliatan megang-megangi perut, tapi katanya gak laper" 
   Aldo pun tersenyum malu, "Thanks ya Set, Arini !" Aldo pun langsung menyantap makanan yang di traktir sama kawan-kawannya, begitupun dengan Arini dan Setya, mereka yang juga sudah memesan langsung mengambil pesanannya dan mulai makan bareng Aldo.
   Di hari-hari keesokannya, Aldo tetap saja memegang prinsip hematnya. Walapun ia terlihat tersiksa tapi ia dapat mengambil hikmahnya, dia bisa belajar lebih irit, belajar untuk tidak terlalu memberatkan beban orang tuanya, belajar untuk masa depan, menabung sedikit-demi sedikit.

***

   Hari sudah sore, jam menunjukkan pukul empat lebih lima belas menit, Setya, Arini, juga Aldo sudah berkumpul di rumah Arini, mereka akan nonton bersama Sella, cewek kesukaan Aldo. 
   "Eh Al, sudah siap ni aku" kata Arini.
   Setelah ke menyusul Arini, mereka akan bergegas ke menjemput Sella. Mereka semua segera mencari rumahnya, setelah bertanya-tanya setelah cukup lama, rumah cewek itu ketemu juga. Terlihat Sella sudah di depan rumahnya menuggu kedatangan mereka bertiga.
   "Maaf, sudah nungguin lama ya, sorry-sorry lumayan susah juga cari rumah kamu" ungkap Aldo.
   Aldo dan lainnya segera meminta izin ke orang tua ceewk itu, dan langsung bergegas menuju tempat nonton. Arini di bonceng Setya, sedangkan Aldo yang membonceng Sella melaju dengan speed agak perlahan.
   Dengan laju perlahan tapi pasti mereka menyusuri jalan-jalan kota, sampai akhirnya tiba di tempat tujuan. Mereka langsung ke tempat loket, Aldo langsung membelikan tiket untuk semua, dan langsung masuk untuk menonton film, kali ini mereka sepakat untuk menonton film yang lucu, komedi. Aldo bersebelahan pas dengan Sella, wajah cowok itu tiba-tiba menjadi sangat tegang, terasa detakan jantungnya begitu cepat, Aldo begitu nervous, "padahal tadi pas saat bonceng Sella tidak terlalu tegang-tegang gini", Di sela-sela film tiba-tiba Sella bertanya ke Aldo. Aldo pun kaget dan rasa tegangnya semakin menjadi saat melihat wajah Sella. Mereka berbicara dengan saling tatap-menatap.
   "Eh, aku ganti ya uang tadi" sambil melihat ke wajah Aldo, Sella merasa tidak enak ke cowok itu. Tapi Aldo menolaknya.
   "Gak usah, lagian yang ngajakin nonton juga aku, pokok jangan di kembaliin, aku ikhlas kok" jawab Aldo dengan kata-kata yang
   Sella menjawab dengan anggukan dan sebuah senyuman kecil. Dengan keadaan masih deg-degan, sesekali Aldo menengok ke arah Sella, terlihat wajahnya dia yang begitu cantik, lucu, imut yang bisa membuat perasaan Aldo tenang, setiap kali ia melihat wajah dia, cowok itu tersenyum sendiri, rasa kasih sayangnya sangat terlihat pas pada saat itu, apalagi pas saat Sella senyum, terlihat begitu tambah cantik, dia begitu sangat sempurna bagi Aldo.
   Filmpun akhirnya selesai, mereka berniat untuk makan terlebih dahulu, kali ini Setya, Arini dan Sella yang akan mentraktir Aldo, aslinya cowok itu ingin menolaknya, tapi karena Sella yang meminta Aldo pun mengikuti saja.
   Dengan santai dan agak perlahan mereka memakan santapan yang sudah mereka pesan, dengan obrol-obralan kecil mereka meramaikan tempat makan yang sudah mereka pilih. Terlihat tawa dari semua, termasuk juga Sella, walaupun yang ada di samping dia termasuk teman-teman baru dan kakak kelas tapi Sella merasa nyaman terhadap mereka.
   Mereka sangat asyik buat si ajak ngobrol, mereka juga sangat baik ke Sella, cewek itupun sudah cepat akrab ke semua. Tak jarang Aldo mengguyoni Sella, dan membuat Setya dan Arini yang melihat itu merasa senang.
   Setelah semua selesai, perut merekapun sudah terisi kenyang, mereka langsung bergegas pulang, dengan posisi yang sama seperti waktu berangkat. Setya menggonceng Arini dan begitu juga sebaliknya. Di tengah-tengah perjalanan hal yang tidak diinginkan turun, lagi-lagi hujan, mereka tidak membawa hujan jas dan terpaksa meneduh di sebuah tempat ibadah. Aldo yang melihat Sella kedinginan karena kebasahan, cowok itu memberikan dan memakaikan jaketnya ke tubuh cewek itu.
  "Thx Al!" dengan melirik ke Aldo dan sebuah senyuman yang di berikan Sella ke cowok itu. Aldo dan Arini yang melihat kejadian itu tersenyum ke Aldo, cowok itupun memberikan senyuman balik, dengan senyuman malunya.
   Mereka semua berharap agar hujan tidak turun terlalu lama, tapi tampaknya harapan itu sia-sia, sudah beberapa jam, keempat orang ini kedinginan karena hujan yang turun sangat lebat, menunggu dengan kesabaran diiringi dengan doa, tapi tetap saja hujan itu tak mau berhenti. Tak jauh dari tempat mereka berteduh, di seberang sana, Setya melihat ada warung, penjual itu seperti menjual goreng-gorengan, Setya mengajak untuk membeli goreng-gorengan tersebut, untuk menunggu berhentinya hujan dan juga sambil mengurangi rasa dingin ini dengan memakan yang panas-panas, kali ini mereka membayar dengan patungan dari tiap orang, setelah uang terkumpul, sekarang bagian yang cowok, Setya dan Aldo yang pergi ke seberang sana untuk membeli. Dengan baju yang belum kering, mereka bergegas lari menuju tempat itu. Arini dan Sella pun menyemangati mereka seperti ikut perlombaan lari. Terlihat ke dua cowok itu sudah sampai di seberang jalan sana. Ke dua cowok itu segera kembali, Aldo dan Setya membawa gorengan tersebut dengan lari dan juga dengan berhati-hati agar gorengan tersebut tidak terkena air.
   Setelah sampai mereka tidak sabar untuk membuka dan lekas memakan cemilan panas tersebut, terlihat keakraban mereka menjadi sangat lengket, di bumbui dengan canda tawa dari mereka, suasana pun jadi semakin agak rame, semua menyantap makanan itu sangat lahap, betapa enaknya cemilan itu, sudah dingin-dingin dan juga rasa lapar yang menyayat tubuh.
   Makanan pun habis, mereka memutuskan untuk menunggu sebentar lagi, semoga saja kali ini tuhan mendengar doa mereka. Lima belas menitan hujan masih turun dengan deras, ke empat orang ini memutuskan untuk menghadapi hujan tersebut, dengan terpaksa mereka harus melawan hujan ini, karena waktu juga semakin malam.
   Dengan kecepatan yang lumayan tinggi Aldo dan Setya mengendarai motornya, dengan keadaan kedinginan dan di terpa hujan yang turun dengan deras, sedangkan orang yang di bonceng, Arini dan Sella terlihat sangat cemas dan sangat begitu kedinginan.
   Terlihat karena sangat kedinginannya Sella tanpa sadar sudah memeluk badan dari Aldo, cewek itu sudah kedinginan tidak karuan, Aldo yang merasakan itu tersenyum, detakan jantungnya pun berdebar sangat tidak karuan, dia juga merasa kasian, tak tega melihat si Sella, Aldo pun segera menyelesaikan perjalanan pulang yang masih-masih sangat jauh.
   Sesekali badan Aldo menggigil, Sella yang merasakan itu tertawa, Aldo pun juga ikut tersenyum melihat moment ini.
   Menyusuri perjalanan pulang yang sangat berkesan ini, tampaknya setelah pulang, nanti malam ia tak akan bisa tertidur, begitu bahagianya dia, tak ada dugaan bisa sedekat ini dengan Sella, rasa dingin ini pun bisa terbayarkan.
   Tak terasa lama bagi Aldo, mereka sudah sampai di rumah Sella. Sella segera turun, Aldo dan juga ke dua sahabatnya turun sebentar untuk memberi izin ke orang tua Sella. Cewek itu menyuruh Aldo, Setya dan Arini untuk masuk dulu, tapi mereka segera meminta izin pamit, untuk segera pulang karena mereka sangat kecapekan.
   Ketiga orang itu bergegas pulang, kali ini ke rumah Arini dulu, dengan cepat-cepat mereka menyambar jalanan yang masih hujan. Sampai juga di rumah cewek itu, Arini pun juga menyuruh kedua cowok ini masuk dulu, tapi mereka memang sudah terlalu capek dan sudah kedinginan yang luar biasa, Setya dan Aldo bergegas cabut ke rumah masing-masing, mereka tak sabar untuk segera sampai, mengendarai dengan kecepatan yang tidak biasa mereka melaju, segeralah mereka hampir tiba di tujuan akhir. Dengan tidak sabar mereka ingin menghilang dari runtuhan hujan yang menghantam mereka berdua dari tadi.
   Tiba juga akhirnya di rumah, mereka pun berpisah. Setelah sampai rumah masing-masing, Setya dan Aldo langsung memasukkan motornya dan segera pergi ke kemar mandi. Kedua cowok ini begitu sangat kecapekan, kuhujanan dari tadi, hari-hari yang seharusnya have fun malah jadi hari yang sangat-sangat melelahkan.
   Setya langsung makan sehabis ia keluar dari kamar mandi, setelah makan pun ia langsung ke kamarnya, dia sangat lelah, sambil mendengarkan sebuah lagu dari handponenya tak lama kemudian mata Setya tertutup, dia tertidur sangat pulas.
   Di lain hal, sama persis, Aldo yang sehabis mandi juga langsung menuju ke meja makan itu langsung memakan yang ada di depannya tanpa memilih-milih, dia ingin segera ke kamarnya, dia juga sangat lelash, dengan lemas ia menyantap makanannya perlahan demi perlahan, hingga akhirnya ia menghabiskan nasi dan lauk yang ada di piringnya. Setya langsung meletakkan piring itu di meja makan sambil menghabiskan segelas air putih yang berada tepat di depannya ia makan tadi dan bergegaslah ia menuju ke kamarnya.
   Di kamarnya ia mengambil handponenya dan menaruh di sampingnay ia akan terlelap tidur. Aldo mengingat-ngingat kejadian tadi, begitu mesrahnya dia dengan Sella, karena hujan dia semakin dekat sekali dengan cewek itu, dia begitu sangat bahagia hari ini, walaupun dia dari tadi kehujanan, tetap saja rasa lelah terlihat di wajahnya, mata Aldo sudah berat, dengan mengingat-ingat dan juga dengan keadaan setengah tertidur ia tiba-tiba terkaget, dia keingat Sella, langsung ia ambil benda yang ada di sampingnya, dia mengirim pesan ke Sella. Namun setelah beberapa menit tak ada balasan darinya.
   "mungkin dia sudah tertidur pulas disana".
   Ungkap cowok itu di hatinya, Aldo pun terus menunggu-menunggu balasan, sesambil ia mengirim ulang pesan yang sudah ia kirim tadi, tapi tetap saja tak ada balasan dari cewek itu. Malam semakin larut, mata Aldo pun sudah tak kuat menahan, dia akhirnya tertidur, tertidur sangat-sangat pulas, tanpa doa yang biasanya ia ucapkan sebelum berangkat ke alam mimpi.


BAB VI


   Di atas awan, pilot Aldo sedang menyetir pesawat boeing 747-200 Garuda yang akan menuju ke Bandar Udara Internasional Narita, dari awal-awal meluncur perjalanan masih mulus-mulus saja, setelah ada di atas Samudra Pasifik ada kabar bahwa akan ada badai besar kurang lebih masih berjarak lima puluh kilometer. Segera pilot Aldo dan co-pilotnya memberi tahu ke semua penumpang bahwa akan ada badai besar yang akan menghalang kita. para penumpang segera mempererat sabuk pengamannya, menyiapkan keamanan-keamanan lainnya. Semakin dekat ke wilayah badai tersebut, terjadi beberapa goncangan tapi tak terlalu besar, pesawat masih bisa melanjutkan perjalanannya, semua berharap-harap cemas, dan doa yang selalu di panjatkan oleh semua isi penumpang pesawat. 
   Tak lama berselang, guncangan datang lagi, kali ini lebih besar dari yang pertama, tapi untung saja pesawat masih bisa melaju dengan normal, tiba di saatnya, pesawat itu melaju di wilayah badai yang di dapatkan dari pusat. Tak selang lama terasa guncangan besar sangat terasa, guncangan kali ini datang sangat lama dan bertubi-tubi. Pesawat yang di komandani pilot Aldo ini tak bisa menahan lebih lama lagi, pesawat itu jatuh karena kerusakan di sayap kiri pesawat tersebut, pesawatpun langsung dalam keadaan mati, semua mesin tak bekerja, semua penumpang panik begitu juga dengan pilot Aldo.
   Pesawat jatuh ke laut, pas di tengah-tengah Samudra Pasifik, sebagian besar penumpang panik, tak tau harus berbuat apa, ada yang juga pasrah, mereka terus berdoa kepada yang memberi hidup dan mati, tampaknya semua akan mati tak akan ada yang bisa selamat, hanya keajaiban yang bisa menolong mereka.
   Byurrrrrrr!!!
   "Bangun Al, sudah jam berapa ini nak" kata sang ayah sambil mengoprak-ngoprak tubuh Aldo.
   Aldo pun kaget dan langsung terbangun, air yang ada di wajahnya ia usapi, baju-bajunya pun basah karena dengan terpaksa sang ayahnya membangunkan dengan cara menyiram anaknya itu dengan air dingin.
   "Sudah berapa kali mamamu membangunkan, semua orang di rumah sudah berusaha membangunkanmu tapi ternyata kamu masih tak bangun-bangun...." dengan keadaan marah, papanya terus mengomeli Aldo.
   Ketika Aldo melihat jam yang ada di atas pintu kamarnya, langsung ia kaget dan langsung pergi ke kamar mandi dan meninggalkan papanya yang masih bercerita.
   Aldo terbangun kesiangan, bel alarmpun berfungsi pada jadwalnya, semua orang sudah membangunkan dengan semaksimal mereka tapi hasilnya hanya dengan siraman air Aldo bisa terbangun dari mimpi tingginya tadi, menjadi seorang pilot, walaupun akhirnya pesawatnya itu jatuh ke dalam tengah-tengah samudra.
   Dengan tergesah-gesah cowok itu melakukan tugas biasanya sebelum mau berangkat ke sekolah, salah kali ini ia tidak membawa motor, Aldo dengan terpaksa minta antar papanya. Aldo benar-benar masih kebingungan, pasti ia telat sampai di sekolah, dengan sarapan hanya sama sepotong roti dan segelas susu yang itupun tidak sampai ia minum semua, cowok itu bergegas minta pamit ke ibu dan orang dirumah, papanya sudah ada di depan rumah, sudah mau berangkat. Aldo berlari kencang menuju mobilnya, dan segera masuk.
   Di tengah-tengah perjalan ke sekolah perasaanya sudah sangat tidak enak, dia mencoba mengkontak Arini dan Setya tapi tak ada balasan dari mereka, Aldo sangat kebingungan, dia menyuruh agar ayahnya lebih cepat memacu mobil, papanya tidak menghiraukan, ayahnya melaju dengan kecepatan yang standard, dia ingin anaknya bisa bertanggung jawab atas kelakuannya, kalau pun terlambat dia harus menerima resikonya. Karena waktu semakin sangat mepet, Aldo tak tau harus berbuat apa, dia berdoa agar waktu bisa mundur atau berhenti sejenak. Cowok itu terlihat sangat gelisah, papanya yang melihat itu merasa kasian, dia mempercepat laju mobilnya.
   Sampai juga di depan sekolah, Aldo langsung pamit ke papanya dan segera turun, cowok itu lari dengan tergesa-gesa, ayahnya yang melihat itu menggeleng-gelengkan kepalanya, dia juga pernah melakukan hal yang sama persis seperti yang di lakukan anaknya. Dengan penuh rasa gelisah, detakan jantung pun juga menjadi sangat kencang, ketika waktu masuk sekolah sudah sangat mepet, bahkan sudah melebihi waktu dalam aturan yang sudah di tetapkan sekolahan.
   Aldo pun sampai di gerbang, dia langsung lemas dan mengembil nafas sejenak, dia juga kecewa melihat gerbang yang sudah tertutup rapat, dengan perasaan gelisah ia menghampiri gerbang itu dan terlihat lah di situ ada satpam dan juga guru piket, pak satpam segera membukakan gerbang untuk Aldo.
   Dengan kepala tertunduk ia menghampiri guru piket tersebut, lalu ia di suruh untuk berkumpul bersama teman-teman sekolahnya yang juga telat, dengan keadaan kepala masih mengarah ke bawah ia menolehkan pandangannya, karena ada salah satu dari temannya yang memanggil nama Aldo. Cowok itu kaget ternyata itu adalah Setya, Aldo tersenyum geli ternyata sahabatnya juga ikut telat. Setya menunjuk jarinya ke arah samping, dengan spontan ia mengikuti arah jari tersebut, Aldo sangat kaget, dia labih kaget dan juga terheran-heran karena jari itu menunjuk ke arah Arini dan Sella, kedua cewek itu melambai-lambaikan tangannya ke arahnya, Aldo pun mengusuk-ngusuk rambutnya dan juga sambil tersenyum malu, gak nyangka, kenapa ini kok bisa terjadi kayak gini.
   Dulu juga pernah, aku, Setya, Arini dan Rina juga terlambat secara bersamaan kayak gini, mereka semua terlambat karena kesiangan, dan semua harus berangkat menggunakan bus, kalau dulu mereka sampai di sekolah secara bersamaan, kerena mereka juga satu bus, dengan keadaan tegang, semua berharap-harap agar waktu sampai ke sekolah bisa pas, tidak telat. Sesekali dari Setya dan Arini melihat jam tangan mereka masing-masing, dengan keadaan cemas, mereka selalu menatapi jam itu dengan penuh harapan, biar per detik atau menitnya bisa jadi agak lamaan, terus mereka melakukan itu dengan keadaan gelisah.
   Sesampai di tempat tujuan, mereka segera turun dan langsung menuju ke gerbang sekolahan, tapi hasilnya sama seperti sekarang saat ini, gerbang itu tutup, dan mereka segera di bukakan oleh pak satpam dan menuju ke gerombolan anak yang telat.
   Kali ini pun hampir persis, tapi posisi Rina terganti oleh Sella. Mengingat hal ini cowok itu tersenyum sendiri di barisan belakang sendiri dari kelompok anak yang telat.
   Gak nyangka moment itu muncul kembali, "ah jadi kangen Rina nih" dari hatinya itu berkata.
   Setelah sekiranya tak ada anak yang telat lagi, segera guru piket, Pak Rudi menghukum mereka, kali ini mereka di suruh untuk membersihkan taman dan juga lapangan basket, karena yang telat lumayan banyak, jadi agak rame, tidak terlalu malu-malu amat kalau ada guru atau siswa lain lewat.
   Semua sekolah harus bersih, kalau tidak bersih mereka semua tidak boleh masuk ke kelas, begitulah kata guru piket tersebut. Dengan berat hati, semua melakukan hukuman ini. Aldo dan Setya kebagian ke tempat yang sama, mereka di suruh untuk membersihkan tanam-tanaman yang ada di samping toilet cowok dan juga wilayah sekitarnya.
   "Eh Set, kenapa lo telat juga" tanya Aldo dengan senyuman bahagia karena dia bisa datang terlambat dengan di temani oleh sahabatnya.
   "Hehe, kesiangan, lo pasti juga, salah telatnya parah banget lo Al" jawab sindir dari Setya.
   "Hehehe, salah yang telat juga bukan kita saja, Arini dan Sella pun juga, bener-bener kompak kita ya" ujar Aldo dengan senyuman malunya.
   Semua bergegas mempercepat hukuman yang di terima dari guru piket tersebut, cepat-cepat supaya dapat masuk kelas, agar tidak ketinggalan pelajaran.
   Selesai juga mereka, dan segera minta izin ke Pak Rudi, dan juga minta kartu izin masuk karena terlambat, mereka semua juga dapat poin hukuman, kali ini benar-banar awal masuk sekolah yang buruk, padahal kemaren semalam moment-moment indah terurai.
   Jadi begitu langkap rasanya hidup ini, ada pahit manisnya.

***

   Taman-taman sudah bersih, sekolah terlihat tambah asri berkat anak-anak yang terkena hukuman akibat terlambat, semua segera masuk ke kelas masing-masing dengan membawa surat izin masuk dari piket. Aldo, Setya dan Arini masuk ke kelas mereka dengan berat hati, karena sekarang waktunya Fisika, Setya memberanikan diri masuk terlebih dahulu, karena dia menganggap kalau tadi sudah kena hukum di lapangan, sekarang urusannya sudah selesai, tak ada yang perlu di cemaskan lagi.
   Demi langkah ia ajukan, dengan yakin dan penuh percaya diri, dia melenggang masuk ke kelas, sedang Arini dan Aldo tertinggal di belakangnya, mereka berdua segera lari menyusul Setya, tapi setelah ketiganya sudah masuk kelas, guru fisika itu tidak menyuruh langsung untuk duduk, pertama-tama di tanya kenapa mereka telat, guru itu ingin mengetahui alasan tersebut.
  Setelah mendengar alasan ketiganya karena terlambat, guru itu memberi syarat bahwa mereka harus mengerjakan soal yang ada di depan kelas, dia berkata ke siswanya tersebut.
   "Tadi malam sudah belajarkan? sampai larut malam salah, makanya bangunnya kesiangan, saya yakin bahwa mereka bertiga dapat mengerjakan soal ini dengan mudah" ungkap guru tersebut.
   Ketiganya hanya bisa diam, mau menjawab kalau tadi malam mereka nonton, pulangnya malam dan juga kecapekan tapi gak mungkin berani, mereka terpaksa menjawab soal tersebut. Kalau Setya dengan mudahnya anak itu mengerjakan syarat tersebut, Aldo dan Arini masih bingung dalam pikirannya. Setya langsung di perbolehkan untuk duduk.
  Arini dan Aldo masih berusaha mengerjakan soal tersebut, mereka ingin segera menyusul Setya. Setelah agak lama Aldo berhasil selesai tapi dia tidak di izinkan duduk karena jawabannya ternyata salah, cowok itu semakin pesimis, dia mencoba cara-cara yang di anggapnya bisa mengatasi masalah ini, tapi tetap hasilnya salah, Aldo kaget karena Arini sudah selesai dan jawabannya pun betul, dia semakin kebingungan dan rasa pusing sudah menandakan kalau otaknya sudah mulai bekerja, terus berusaha dan tidak akan pernah berhenti. Gurunya memberi waktu tinggal lima menitan, kalau dia tidak bisa maka dia akan kena hukuman fisik, sebuah push up 100 kali, Aldo selesai tapi kata gurunya itu jawabannya masih salah, guru itu pun memberi aturan lagi, jawabannya kali ini harus benar, kalau salah ia langsung kena hukum. semua anak di kelas langsung tertawa, pak Arif terlihat sedang mengerjai anak itu.
   Kali ini ia harus cermat, lebih berhati-hati, waktu pun semakin mepet, tawa dari anak-anak lainnya tidak di gubris sama sekali, dia berkonsentasi penuh ke soal yang ada di depannya, dengan barhati-hati ia memasukkan rumus-rumus tersebut, selalu mengoreksi kalau bagian-bagian awalnya kali ini sudah pasti benar, dia meneruskan ke bagian selanjutnya, dengan hati-hati ia tulis simbol-simbol aneh tersebut, setelah pas bagian akhir, dia menghitung dengan keringat yang bercucuran.
   "Sudah pak!" jawab Aldo dengan jantung yang sangat berdebar-debar, keliatan cowok itu sangat tegang.
   "Beneran, sudah yakin?" pak Arif memberi satu kesempatan buatnya untuk bisa merubah jawaban tersebut.
   Tapi cowok itu menggeleng-gelengkan kepalanya, dia tetap pada jawabannya sekarang dan yakin benar.
   "Sudah pak, gak mau merubah lagi" jawab Aldo dengan nada yang sangat yakin.
   "Sudah duduk sana" jawaban singkat tapi masih tidak jelas, Aldo menghembuskan nafas berat-berat dan juga di ikuti dengan mengerutkan dari dahinya, Aldo di suruh duduk karena emang jawabannya benar atau karena kasian ke anak itu, tanpa kelamaan cowok itu langsung menuju bangkunya.
   Pak Arif menjelaskan satu-satu soal tersebut, di soal Setya emang benar, dan begitupun dengan punya Arini, kali ini ia menjelaskan punya Aldo, dengan kata-kata yang di buat-buat seakana guru itu mensalahkan jawaban milik Aldo tapi ternyata guru itu menjawab kalau hasilnya adalah benar, semua kelas langsung bertepuk tangan, sedang Aldo pun menarik nafas dengan berat-berat sekali dan menghembuskannya dengan perasaan lega, cowok itu sangat lemas, karena rasa tegangnya kini sudah menjadi rasa kegembiraan. Semua teman-teman sekelasnya yang memberi tepuk tangan ke dia, langsung tertawa karena Aldo sudah di buat seperti sama pak Arif, Aldo sangat malu mendengar tepukan itu.
   Palajaran Fisika dilanjutkan kembali, sampai waktu habis, kelas masih dalam keadaan tidak terlalu tegang, tidak seperti biasa-biasanya. Waktu terasa begitu berkesan, tidak seperti biasa-biasanya. Waktu jam pelajaran selanjutnya adalah Matematika, kembali lagi-lagi ngitung-ngitung lagi, seperti hari-hari biasa mereka menjalankannya dengan berat hati, sampai jam istirahat pun berbunyi.
   Aldo segera ke kelas Sella ada yang ingin ia katakan.
   "Eh Set, Arini gue ke kelasnya Sella dulu ya". Sambil bergegas memasukkan alat-alat sekolahannya.
   "Mau ngapain lo?" tanya Setya
   Tapi pertanyaan itu tidak di jawabnya, ia langsung pergi ke kelas Sella, mumpung kelas baru istirahat, dia cepat-cepat agar waktu yang ia gunakan sama Sella jadi agak lamaan. Aldo bergegas, dengan langkah cepat ia menghampiri Sella di kelasnya.
   "Eh Sel, lagi ngapain, ke depan kelas yuk" jawab Aldo dengan sambil menarik tangan Sella. Semua anak-anak di kelasnya memperhatikan kedua orang ini, mereka beranggapan kalau Sella kini sudah punya pacar, dan pacarnya adalah si Aldo.
   Cewek itupun menuruti perintah Aldo, di depan kelasnya Aldo meminta maaf karena kejadian kemarin, cewek itu jadi kehujanan, kedinginan tadi malam, pulangnya juga telat alias kemalaman, dan tadi pagi juga dia juga datang telat, Aldo berpandapat kalau Sella terlambat kaena dia, atas kejadian tadi malam penyebabnya.
   Sellapun lalu tersenyum ke Aldo, dia berterima kasih karena sudah di ajaknya pergi nonton bersama sahabat-sahabatnya, dia meyakinkan kalau dia baik-baik saja, dan masalah yang tadi pagi juga tidak ada kaitannya dengan Aldo, anggap Sella.
  Aldo pun meninggikan alis matanya, dengan rapatnya dahinya terlihat di wajahnya, terus ia merasa senang karena melihat senyum Sella yang begitu manisnya. Dia juga ikut tersenyum, tawa canda di antara mereka terjadi, tak sengaja mereka jadi keasyikan mengobrol, teman-teman Sella tanpa di sadari oleh mereka berdua sudah melihat dari tadi, melalui jendela kelas mereka, tek terasa waktu istirahat sudah habis, bel pun berbunyi, sontak Aldo dan Sella akan bangkit dari duduknya, segera teman-temannya yang telah melihat kedua insan manusia itu langsung bubar, mereka cepat-cepat pergi ke bangku masing-masing, sedangkan Aldo dan Sella yang mendapati baru tadi kalau mereka sudah menjadi tontonan merasa aneh, kenapa teman-teman Sella bisa sampai segitunya.
   Aldo dan Arini segera berpisah, Aldo bergegas masuk ke kelasnya, sedang Sella yang akan masuk ke kelasnya merasa gugup, karena teman-temannya tadi sudah merespon yang tidak-tidak ke dirinya dan juga Aldo.
   Ketika masuk ke kelas, Sella langsung di sambut meriah, ada yang merayakannya denga tepuk tangan,\ dan berbagai kata-kata yang tidak jelas.
   "Ceiiiiilllllllle, Sella sudah punya pacar baru, traktirannya dong"
   "PJ PJ PJ"
   "Wah selamat Sel, sudah dapat pacar baru, jangan lupa PJ nya y"
   Itu versi kebanyakan dari para kebanyakan temannya, Ada juga yang cewek-cewek berkata
   "Wah, pacar baru, kenalin dong"
   Sella langsung mengerutkan dahinya, semua tanggapan ini tidak di gubrisnya sama sekali, dengan memaksakan agar langkahnya tetap seperti biasanya pas saat ia berjalan, dengan santai ia menuju ke bangkunya, dan tak lama di susul dengan langkah dari Bu Tatik yang terdengar, semua kelas menjadi hening, mereka semua segera menyiapkan buku-buku dan juga perlengkapan lainnya..
   Di sisi lain, di kelas Aldo terlihat cowok itu sangat behagia, karena dia sam`kin dekat sama Sella, dia masuk dengan wajah yang semringah. Setya dan Arinipun tersenyum ke Aldo, melirik dengan tatapan yang seolah-olah mau narget, mereka berdua mau narget cerita yang terjadi tadi bersama Sella.
   Aldo menjelaskan dengan penuh semangat tapi tak lama berselang, cerita bersambung karena pak syofyan sudah tiba. Beliau tidak biasa-biasanya, setelah memberi salam ke semua muridnya dia langsung memberikan sebuah catatan, dan guru itupun izin untuk meninggalkan kelas, tapi cuman sebentar saja.
   Setelah guru itu pergi, Aldo dan Arini menagih cerita tadi. Aldo pun melanjutkan dengan menulis catatannya, dia menerangkan dengan wajah yang riang, yang membuat sahabatnya juga jadi ikut larut dalam bahagia. Pas di akhir-akhir cerita yang saat teman-teman Sella menonton kejadia dirinya dan cewek itu, Aldo pun juga langsung merasa malu, walaupun padahal mereka masih batas teman, teman yang akrab. Setya dan Arini yang mendengar cerita itu tertawa, Aldo pun mengerutkan keningnya.
   "Kok malah ketawa se?" jawab dengan perasaan herannya.
   Setya dan Arini terus tertawa hingga membuat hati sahabat satunya itu menjadi gusar, dia masih tidak tahu apa maksudnya dari tawa mereka, Aldo pun juga merasa kebingungan, dia memutuskan untuk melanjutkan menulisnya.
   Arini dan Setya menghentikan tawanya dengan pelan-pelan. Setya menjelaskan mengapa mereka bisa tertawa seperti ini.
   "Yaiayalah mereka jadi kayak gitu temen-temen Sella, lo di depan kelas, tempatnya sanhat terbuka, cuman lo sama Sella lagi yang gobrol, salah lo sama dia pasti tadi deket banget, kiranya temen-temennya pasti lo cowok Sella, bego' lo, pas pulang aja kalau mau ngomong berdua di tempat yang agak sepian" ungkap Setya dengan sambil menahan senyum gelinya. Aldo pun cuman bisa mengangguk-anggukan kepala, juga dengan tersenym malu. Ketiga sahabat itu meneruskan mencatatnya, mereka sudah ketinggalan sangat jauh.


BAB VII


   Di kamarnya Aldo sedang memikirkan perasaanya ke seseorang, "perasaanku sudah tidak sabar untuk menjagamu selalu dirimu, aku sayang kamu Sel" ungkap dirinya dengan melihat ke atas kamarnya. Anak itu bingung mau mengungkapkan perasaan ini ke Sella, tapi dia masih baru saja mengenal aku, tapi berbeda dengan aku yang mengenal dirimu dari dulu, ungkapnya.
   Di dalam kamarnya ia tidak bisa berpikir lebih tenang, karena suasana rumah yang rame, Aldo memutuskan untuk pergi keluar rumah, tanpa mengajak Setya maupun Arini, just alone!
   Dia masih bingung mau kemana, Aldo langsung mengambil kontak motornya, dia langsung pergi, entah kemana ia akan berhenti. Mencari-cari tempat yang sekiranya tak ada gangguan dari luar, Aldo memutuskan untuk menuju ke taman, tempat ketika ia dan sahabat-sahabatnya berkumpul. Setelah berhasil mendapatkan lokasi yang cocok, ia langsung bergegas menuju ke tempat itu. 
   Terlihat suasana tenang dan masih asri di teman tersebut, ini mengapa sahabat-sahabatnya sering berkumpul disini dan juga bersama dirinya. Taman itu terlihat sepi, tapi ada dua kecil yang main disitu, mungkin anak yang rumahnya tidak terlalu jauh dari taman ini. 
   Aldo langsung menuju ke bawah pohon, lumayan besar yang berada di tengah-tengah taman tersebut. Cowok itu langsung duduk dan tangan kenannya memegangi pohon tersebut. Aldo menatap ke arah danau, melihat aliran sungai yang begitu tenang, tapi tidak setenang hatinya ini. 
   Setelah melihat air di sungai tersebut, dia menatapi, mengamati. Aldo mendapatkan bahwa "Hidup itu bagai air yang mengalir di sungai yang selalu berubah arah arus sungainya, kadang deras, kadang tenang". Dia tersenyum sejanak, lalu memikirkan si Sella, harus aku apakan perasaan ini, aku takut kalau kamu menolak aku, hubungan kita akan menjadi jauh, kalau aku gak mengungkapkan segera hati ini, hidupku akan menjadi tidak tenang, kita sudah sangat dekat, aku masih tidak menyangka kalau aku dan dirimu bisa menjadi seakrab ini, tapi ini membuat perasaan sayang aku ke padamu semakin menjadi-jadi, dulu arusnya masih agak tenang tapi arusnya sekarang menjadi sangat deras, aku ingin selalu ada di sampingmu, setiap saat, kapanpun dan selamanya.
   Aldo melempari kerikil-kerikil dan juga batu-batuan yang lumayan agak besar, apa yang ada di sampingnya ia lempar ke arah sungai, melempar sejauh-jauhnya, dia tidak puas, dia berdiri dan melempar batu ke tengah-tengah sungai, sekuat, semampunya cowok itu melempar, dia kesal harus bagaimana, dengan perasaan yang bingung dan kesal dia melempar batu sekuat-kuatnya, dengan sekali ungkapan dari mulutnya terlontarm dengan sekeras-kerasnya ia lontarkan kata-kata itu.
   "Gue sayang lo Sel"
   "Tau gak kalau gue punya rasa ke lo"
   Perkataan lain yang mengungkap perasaanya, semua ia lontarkan, sekeras-kerasnya sampai ia bisa puas. Setelah merasa lelah dan hatinya sudah agak legaan, dia berhenti sejenak, dia langsung meletakkan tubuhnya di atas tanah taman tersebut, dalam posisi tiduran Aldo menutup kedua matanya rapat-rapat, dengan genggaman tangan yang sangat kuat juga. Cowok itu masih belum puas melontarkan emosi-emosinya dengan melemparkan sebuah batu, dia ingin memukul sebuah benda, tak tau, pokok kalau ada objek ia pun langsung menjalankan keinginannanya.
   Dia lalu berdiri dan memukul tanah yang ada di bawahnya, setelah ia mendapati kalau ternyata itu membuat tangannya terasa sakit dia tidak jadi ingin memukul apa dan siapapun, Aldo langsung menghampiri ke sungai, dia mengusap-ngusapkan air ke wajahnya, terasa dingin, lalu ia ambil air danau tersebut dengan tangan kanannya lalu ia usapkan-usapkan ke tubuhnya, terutama bagian dada, dia jadi lebih agak tenangan, merasakan dinginnya air yang sanggup sampai ke dalam, membuat hatinya menjadi agak tentram.
   Aldo duduk di dekat danau tersebut, dengan melihat cahaya matahari dan arus danau yang sangat tenang, ia tersenyum, bisa aku menjadi seperti ini, tenang, bagaikan mengalirnya arus, walaupun tenang tapi tetap mengalir, aku pingin seperti ini "tapi bisa kah?".
   Di dalam hati paling terdalamnya menjawab pertanyaan itu, tak ada yang mustahil kita mempunyai usaha dan niat untuk merubahnya. Dia langsung mengambil air melalui genggamannya, lalu ia masukkan ke mulut dan meminunya, Aldo langsung berdiri dan beranjak untuk mau pulang. 
   Dengan langkah yang mantap, dan perasaanya kali ini menjadi sedikit agak tenangan setelah yang ia lalui tadi bersama danau dan taman ini dan juga dengan tuhan.

***

   Di tengah malam, Aldo masih terpikiran Sella, aku harus bagaimana untuk membendung rasaku ini, minimal agar perasaan aku ke kamu tidak terlalu menyiksa begini. Aku akan menunggu timing yang pas buat mengutarakan cintaku ini. Berbagai cara telah ia pikirkan, mencari jawaban yang sangat peling sempurna, sampai jam menunjukkan ke arah sebelas malam ia masih belum bisa tertidur. Terus berpikir, sampai akhirnya cowok itu tertidur dalam kebingungan.
   Keesokan paginya, saat jam weker berbunyi sesuai dengan waktunya, Aldo terbangun dan kanannya segera mematikan bunyi berisik, yang mengganggu kenyamanannya tidur.
   Aldo lalu diam sejenak, memikirkan apa yang jadi masalahnya tadi malam dan menjadi masalah hari ini, entah sampai kapan berhentinya. Tak berselang lama, karena dari pada ia memikirkan hal yang belum tentu ia dapatkan jawabannya, ia langsung bengun dan pergi ke kamar mandi.
   Setelah semua selesai, tinggal sarapan, kali ini nafsu makannya cuman sedikit, dia cuman mengambil nasi cuman setengah piring, dan buru-buru ia habiskan santapannya. Makanan yang ada di piringnya sudah bersih, kini saatnya langsung cabut ke sekolah, dia berangkat membawa motor, dan menyusul Setya.
   Setya terlihat sudah menunggu di depan rumahnya, setelah Setya melihat Aldo datang dengan motornya, ia langsung ke memberi salam ke ibunya dan juga yang ada di seisi rumahnya, dan langsung menghampiri sahabatnya itu.
   "Sorry, agak kelamaan nunggunya" ujar Aldo.
   "Halah, gak pa pa, ayo segera berangkat" jawab Setya dengan memukul pundak Aldo. Kedua sahabat ini langsung bergegas pergi, seperti biasa, mengitari jalanan yang panjang menuju sekolahannya.
   Setelah tiba di depan sekolah, Aldo langsung memarkir sepedanya seperti biasa, Setya yang akan berjalan dan menuju jalur ke arah depan kelas Sella tiba-tiba Aldo berteriak.
   "Kita lewat belakang aja, seperti dulu".
   Sontak Setya kaget dan mengerutkan dahinya, ia bingung kenapa Aldo tidak mau lewat ke kelas Sella, ada apa dengannya atau ada apa dengan mereka berdua, Aldo langsung menarik pundak Setya ke belakang dan mengajaknya pergi ke kelas lewat arah lainnya.
   "Ada apa Al?"
   "Maksud lo?" jawab Aldo dengan melangkah dengan santainya.
   "Iya, kenapa kok gak lewat di depan kelas Sella?" tanya Setya dengan melirik ke Aldo.
   Aldo pun melirik wajah sahabatnya cowoknya itu dan tersenyum ceria, dan mengatakan kalau dia ingin lewat melalui arah lain, dia beralasan kalau ingin lewat jalan yang dulu, ia dulu dan Setya selalu melewati ke sisi belakang sekolah saat berangkat dan akan menuju ke kelas mereka. Tanpa ada curiga, Setya menuruti sahabatnya itu.
   Sedangkan Sella yang sudah mulai paham, kalau setiap mau berangkat ke kelasnya, Aldo dan Setya selalu lewat di depan kelasnya, tapi kali ini ia tidak mendapati wajah kedua cowok tersebut, dengan sabar Sella menuggu sampai akan mau masuk.
   Bel berbunyi tapi Sella tidak mendapati sama sekali Aldo dan Setya, dia lalu menuggu sebentar di depan kelsanya, cewek itu beranggapan mungkin saja mereka belum datang. Di halaman dan di depan-depan kelas sudah mulai sepi, semua sudah masuk ke kelas masing-masing, Sella langsung kaget ketika ada temannya yang memberi tahu kalau Bu Isma sudah keluar dari kantor dan akan menuju kesini, Sella pun langsung masuk dan menuju ke bangkunya dengan wajah yang di tekuk sedih.
   Teman sebangku Sella, Arsya namanya. Terheran-heran dengan sikap cewek itu, tidak biasanya dia seperti ini, padahal dia selalu terlihat ceria saat di kelas, apalagi kalau pagi-pagi gini, dia selalu aktif dengan membawa wajah yang ceria pula, menunjukkan kalau keceriaanya buat menyalam dan mengucapkan kepada tiap pagi yang cerah dan juga buat teman-temannya.
   Di kelas Aldo pun tampak cemberut juga, dia merasakan rasa kegalauan sama seperti yang di rasakan Sella saat ini, dia juga bingung mau ngelupain Sella untuk sementara di otaknya, tapi tidak bisa, dia terus kepikiran cewek itu, semakin dia ingin melupakan, semakin kuat rasa sayangnya ke cewek itu, Aldo hanya bisa meratapi hal yang di anggapnya bodoh ini.
   Di jam pelajaran ia pun terlihat tak fokus sama sekali, pandangannya kosong, di pikirannya hanya tentang Sella, sampai jam istirahat berbunyi, ia hanya memutuskan untuk di ruang kelas saja. Setya dan Arini melihat Aldo pun tak berani mengganggunya, tak mengapa kedua anak itu merasa sangat kasian sekali.
   Sedangkan Sella, di kelasnya ia juga tak fokus sama sekali, cewek itu juga memikirkan Aldo, di jam istirahat ia terus menuggu kedatangan cowok itu ke kelasnya, berharap akan seperti kemarin, dia datang ke sini. Menunggu dengan harap-harap cemas, tapi Aldo hanya bisa duduk merenung di bangkunya, tak ada usaha untuk ingin melihat Sella.
   Jam istirahat telah habis, kedua anak ini semakin galau, mereka berdua merasakan hal yang sama, saling memikirkan satu sama lain tapi tak ada usaha dari mereka untuk menghilangkan rasa itu dengan saling menemui.
   Kata si Sella di hatinya "masak aku harus ke sana duluan, aku kan cewek hanya bisa menunggu, aku cuman bisa berharap engkau tau rasa aku saat ini".
   Sedangkan Aldo tidak mau ke kelas Sella karena ia ingin bisa melupakan dia sejenak, dia merasa kalau dirinya sudah terlalu dekat, sehingga yang ada di pikirannya cuman si Sella, tapi tujuannya untuk melupakan Sella tidak berhasil sama sekali, hasilnya nihil, malah sebaliknya, ia malah kepikiran terus, cintanya semakin kuat, ALdo pun semakin down ! bingung mau ngelakuin apa.
   Sampai jam pelajaran kedelapan, mereka tetap saja seperti itu, kali ini Sella yang akan bertindak, pas waktu istirahat ke dua, ia akan kelas Aldo, dia tidak mementingkan lagi, dia cowok atau cewek, asalkan hatinya bisa senang dan nyaman kalau bersama Aldo.
   Bel pun akhirnya berbunyi, Sella langsung memasukkan semua perlengkapan sekolahnya. Cewek itu langsung buru-buru ke kelas Aldo, dengan keadaan cemas dan rasa deg-degan ia terus menghampiri kelas cowok itu, lagi-lagi hatinya semakin down, wajahnya tambah lemas, setelah ternyata Aldo tak ada di bangkunya, cowok itu seperti biasa sudah pergi ke mushollah sekolah untuk melakukan kewajibannya. Sella melihat ke dalam kelas, tak ada yang ia kenal, baik itu Arini, karena sahabat cewek Aldo itu juga pergi ke kantin duluan bersama teman-teman ceweknya. Dengan berat hati ia melangkah balik ke kelasnya, dengan langkah yang tertatih dia kembali, merasakan kesedihan yang sangat mendalam.
   Setiba di kelas, cewek itu langsung duduk termangu di bangkunya. Sella tak tau kenapa dirinya jadi seperti  ini padahal dirinya dan juga Aldo hanya teman.
   "Apakah aku sedang jatuh cinta, padahal aku sama dia juga barusan kenal, tapi kenapa aku merasakan hal ini secepat ini pula"
   "Aku tak tahu apa yang ingin aku ucapkan, aku jatuh cinta ke kamu Al, apa kamu juga merasakannya? aku sangat sedih dan sangat kacau kalau tanpamu, aku hanya bisa menuggu dan berharap, katakan LOVE for me, just me" Terus Sella.


BAB VIII


   Sella tidak tahu harus di apakan rasanya ini, jam sudah menunjukkan jarum pendeknya ke angka sebelas, tapi dia maih belum tertidur, memikirkan Aldo, memikirkan hal yang di anggapnya cuman hal yang bodoh, karena Aldo pun tak mungkin merasakan hal yang sama ke dia, ungkapnya.
   Cewek itu sudah menghabiskan banyak tisu untuk megeringkan air matanya yang membasahi pipi-pipinya. Cewek itu hanya bisa meratapi kesedihanya dengan tangisannya. Sampai air matanya telah tak bisa keluar dia langsung meletakkan badannya dengan posisi seenak mungkin, matanya tertutup sesekali ia menarik nafasnya dengan berat-berat, terus seperti itu, sampai cewek itu terlelap tertidur.
   Di keesokan paginya, Aldo yang baru bangun dari tidurnya langsung bergegas menuju ke kamar mandi, dan melanjutkan aktivitas selanjutnya seperti biasa.
   Setiba di sekolah Aldo yang bersama Setya akan menuju ke kelasnya, mereka berdua lewat depan kelas Sella, mereka melihat-lihat ke dalam kelas tapi tak ada sesosok wajah Sella yang terlihat. Aldo pun cemas, kenapa ini, biasanya anak itu datangnya pagi-pagi, tapi kok gak ada ya? padahal bel masuk sudah tinggal lima menitan lagi, tanya Aldo dengan menengok-nengokan kepalanya ke dalam kelas Sella melalui cela cendela yang terbuka tak lebar.
   "Mungkin sakit atau telat dikit, jangan terlalu cemas" sambil menepuk bahu Aldo, Setya mengajak Aldo untuk ke kelas langsung.
   Aldo pun langsung mengeluarkan HP-nya segera ia ketikan pesan-pesan untuk menanyakan kabar ke kontak Sella. Cowok itu cemas, tak tau mau berbuat apa. Aldo yang ada di sampingnya menepuk-nepuk bahu dengan kedua tangannya, dan menyuruh untuk si Aldo menarik dan menghembuskan nafasnya sevara perlahan-lahan, sampai dia terlihat agak tenangan.
   Sedangkan Sella baru sampai di depan sekolah, pas dia turun dari mobilnya, terdengar bel masuk dan juga getaran dari ponselnya yang berada di saku celana kanannya. Sella langsung lari masuk, karena gerbang akan segera di tutup oleh pak Satpam.
   "Tunggu-tunggu pak" teriak Sella ke pak Tatang.
   Pak satpam itu menghentikan dorongan tangannya, setiba melewati gerbang Sellau langsung mengucapkan terima kasih sambil dengan senyum gelinya.
   "Thx pak Tatang" ujarnya.
   Satpam itu cuman menggeleng-gelengkan kepala, lalu segera ia lanjutkan mendorong gerbang sekolah sampai tertutup.
   Sella terus berlari sampai menuju ke kelasnya, dengan nafas yang terengah-engah, ia berlari secepatnya dan langsung masuk ke kelasnya, untung saja masih tak ada guru di kelasnya. Segera ia menuju ke bangkunya.
   "Eh kok tumben jam segini baru tiba" tanya Arsya.
   Dengan nafas yang masih terengah-engah, cewek itu tidak langsung menjawab pertanyaan dari teman sebangkunya, lalu ia mengambil nafas dan mengeluarkan secara perlahan-lahan, sampai keadaan nafasnya kembali normal.
   Dia menjawab pertanyaan itu dengan singkat, yaitu dengan sebuah tawa dan kata "mau tau aja!", Arsya yang mendengar itu tampak kesal, ia sudah nunggu lama-lama, tapi jawabnya santai amet, Arsya langsung melirik tajam ke wajah Sella, dengan seperti tidak punya salah, ia malah melebarkan senyumannya.
   Sella lupa kalau di handpone-nya ada pesan yang dikirim dari Aldo, cewek itu pun mengikuti pelajaran dengan biasa.
   Pada waktu istirahat, Aldo tiba-tiba ke kelas Sella, dan mengajaknya ke kantin, cuman berdua tanpa mengajak Arini dan Setya. Aldo sudah memberi tahu ke kedua sahabatnya itu, kalau mereka ke kantin, kesana aja sama Arini, pokok jangan gangguin, ujar Aldo.
   Aldo menyeret tangan kanan Sella, cewek itu pun bingung, dia hanya bisa mengikuti saja, tapi di hatinya ia juga tersenyum, akhirnya kecapaian juga, bisa sama Aldo lagi. Sesampai di sana Aldo memesankan Sella mau makan apa sekarang. Aldo langsung segera ke tujuannya mengapa mengajak Sella ke sini.
    "SMS aku kok gak di bales?" jawab Aldo dengan agak kesal.
   Sella mengerutkan dahinya, lalu ia ambil handpone-nya, lalu ia lihat di layarnya, saat dia menyadari kalau ada pesan darinya, Sella pun tersenyum manis ke Aldo, juga itu sebagai tanda permintaan maafnya. Sella  lalu menjelaskannya.
   "Oh iya, aku ingat!" sambil memukul dahinya dengan telapak kanan tangannya.
   "aku tadi kan berangkat nyampek di sekolah mepet banget, pas aku turun dari mobil aku langsung mendengar bel masuk dan juga sms dari kamu juga, karena aku liat pak Tatang mau menutup gerbang sekolahan, aku langsung tergesah-gesah dan lari menuju ke gerbang. G mungkin kan aku baca sms dari kamu dulu, setelah sampai dan melewati gerbang aku terus berlari sampai ke kelas, dengan secepatnya aku berlari, pas masuk aku langsung ke bangkuku, dan menarik nafas sebentar, eh ada gurunya suah datang, aku pun juga lupa kalau ada sms di hp aku tadi, hehe, maaf ya" jelas Sella panjang lebar.
   Aldo tersenyum mendengar semua cerita panjang lebar dari Sella. "hmm, gitu ya, ya udah gak pa pa" ujar Aldo.
   Bel masuk tiba-tiba masuk, padahal makanan Aldo dan Sella masih banyak di atas meja, mereka kaget mendengar bunyi itu, dan bergegas untuk menghabiskan semua makanan yang sudah di pesan. Makanan sudah habis tapi suasana kantin sudah agak sepi, mereka cepat-cepat kembali ke kelas masing-masing.
   Mereka berdua sampai di kelas, dan keberuntungan masih berpihak ke mereka, tak ada guru terlihat di kelas, mereka berdua segera masuk.
   Dengan penuh semringah Aldo menuju bangkunya, saat dia melihat kedua sahabatnya Setya dan Arini merasa biasa-biasa aja, mereka berdua malah asyik ngobrol sendiri. Aldo yang melihat hal itu, merasa keanehan, lalu ia duduk di bangkunya dan berkata "Eh ! gak ada yang pingin tau hasil ngobrol aku sama Sella kah ?".
   "Sudah tau" jawab bersamaan Setya dan Arini.
   Aldo pun langsung mengerutkan keningnya, lalu ia mengerti kalau Setya dan Arini memantau dirinya di kantin tadi, Aldo pun tertawa terbahak-bahak, dan mengguncang badan Setya.
   "Lo berdua tadi di kantin ya, memata-mata i aku" ungkap Aldo.
   Setya dan Arini tidak menjawab, mereka meneruskan percakapan yang terjadi di antara mereka. Tetapi Aldo memaksa mereka untuk ngomong, Arini dan Setya pun cuman bisa tersenyum ke Aldo. Cowok itu langsung memukul pundak Setya sambil tersenyum ke Setya dan Arini. Setya yang mau membalas tidak jadi karena sudah ada guru yang datang ke kelasnya.



   BAB IX


   Terjawab sudah semuanya !!!
   Di kamar Aldo, Setya dan Aldo sedang membicarakan Sella. Aldo masih bingung ke perasaannya, tak tau apakah dia akan menembak atau menunggu sampai agak lamaan lagi. Aldo cuman takut kalau dia di tolak, hubungan sama cewek itu pasti akan jauh jadinya.
   "Tapi perasaanku tidak bisa di bohongi, aku ingin mengungkapnya" ungkap Aldo dengan memandangi ke langit-langit kamarnya. Dengan posisi tiduran, Setya juga terlihat gusar dengan masalah yang di hadapi oleh si Aldo, sedangkan Aldo pun juga bingung mau di apakan lagi perasaan ini.
   Berbeda dengan Aldo, Setya malah berpikir kalau Sella juga punya perasaan sama Aldo, hal itu terlihat dari kantin tadi pagi.
   Setya dan Arini yang mengintai Aldo dan Sella mendapatkan sebuah opini, mereka berdua merasakan hal yang sama, kalau Sella juga ada perasaan yang positif ke Aldo, itupun terlihat kalau cewek itu merasa nyaman bila di samping sahabatnya Aldo.
   Aldo yang mendengar itu hatinya tambah gusar, antara percaya dengan tidak, antara senang dan tambah down. Tak ada kata dari dia, cowok itu malah kebingungan, hatinya saat ini begitu galau, dengan perasaan cemas dan dengan tubuh yang seakan tidak bisa tenang, cowok itu tak tau apa yang harus ia lakukan. Setya yang mengetahui kondisi sahabatnya terus menenangkan hati cowok itu, dengan keadaan sedih melihat sang sahabat terisak sedih, mencoba semampunya ia bisa, dengan berbagai cara dan juga dengan kesabaran, beribu-ribu kesabaran supaya sang sahabat bisa kembali tersenyum.
   Setelah di pertimbang-timbangkan dengan Setya, Aldo masih bingung dengan antara dua pilihan, yaitu tembak langsung atau menunggu lebih lama lagi.
   Kalau dia memilih untuk menuggu, Aldo dan Setya bingung, karena mau menunggu apaan, mau nunggu sampai Sella kelas dua atau tiga atau bahkan setelah ia lulus. Aldo pun mengangguk-anggukan kepalanya, dengan keadaan yang gusar, cowok itu di antara dilema, keputusan yang harus ia jawab, secepatnya !
   Agar hatinya pun bisa kembali fokus ke ulangan akhir sekolah maupun ujian nasional, dengan belajar yang segiat-giatnya. Aldo berpikir kalau nunggu aku lulus baru nembak cewek itu, aku sekarang bisa fokus ke belajar dulu, tapi masalahnya, bagaimana rasa cintaku ke Sella tidak mengganggu fokus jam belajarnya.
   Sekarang kalau ia nembak langsung ke Sella, pilihannya pun juga ada dua lagi, pastinya di terima atau sebaliknya. Sekarang Aldo berangan-angan keduanya satu-satu, dengan Setya yang siap membantunya.
   Bila aku di tolak Sella, maka aku akan sedih dan sangat terpuruk, kata Aldo. Perkataan tiba-tiba pun datang dari cowok yang ada di sampingnya.
   "Lo pasti down, terpuruk tapi sampai kapan, kita kira-kira saja, mungkin sekitar paling lamaan ya semngguan, setelah itu lo bisa bangkit kembali dan tak usah mendekati Sella lagi dan fokus belajarmu pun akan kembali normal".
   "itu perkiraan kita, masih belum tentu benar, masih bisa saja meleset jauh dari perkiraan kita dan mungkin aja bisa lebih parah jadinya". terus Aldo.
   Setya pun mengangguk-anggukan kepalanya. Lalu cowok itu berkata "Kalau seandainya lo di terima gimana Al?"
   Aldo hanya bisa terdiam, dia berpikir sejenak, lalu terucaplah kata-kata dari dia "Menurut lo Set?". Setya langsung mengerutkan keningnya, dan memikirkan apa yang akan terjadi nanti. Cowok itu akhirnya dapat, dengan perkataan yang mulanya agak pelan tapi tambah lama semakin pasti
   "Mungkin lo bisa lebih semangat lagi, hidup akan semakin indah, belajar sih bisa labih giat dan rahin menurut aku, TAPI !".
   Setelah mendengar kata TAPI Aldo pun mulai agak cemas, "Tapi apa?" terus Aldo tidak sabar menuggu jawaban dari Setya.
   Setya langsung melanjutkan dengan nada yang serius "Tapi lo akan kayak gini lagi, bila ada masalah dengan dia, dan atau saat ternyata lo putus sama Sella, yang bahaya itu kalau putusnya di dekat-dekat hari ujian nasional, lo pasti akan gak mood ngapa-ngapain, hanya memikirkan masalah yang ku anggap belum waktunya buat kita".
   Aldo menerima opini dari sahabatnya, tapi dia bertanya "kapan waktu yang tepat ?".
   "Ya saat kita sudah lulus dari kuliah dan siap mau menikah, namanya bukan pendekatan untuk ke pacaran tapi langsung nikah, Ta'aruf, lo tau kan?".
   Aldo mengangguk-anggukan kepalanya, dia tersenyum karena sudah ada kesimpulan darinya yang ia dapat. Aldo juga tersenyum bahagia karena mempunyai sahabat yang sangat bijak baginya, Setya begitu terlihat kejeniusannya saat ngomong tadi, Aldo akan memutuskannya malam ini juga, dia juga tidak ingin menyia-nyiakan saran dari sahabatnya itu.
   Aldo berkata kalau sudah dapat putusan akhir dari semua yang di bicarakannya bersama sahabatnya itu. Setya yang mendengar itu kaget dan lega juga karena dia juga sudah capek mengurusi masalahnya si Aldo yang satu ini.
   "Apa?" satu kata yang di tanyakan Setya, tapi akan mencakup semuanya.
   Aldo berpikir sejenak, tapi masih tidak terlalu yakin dengan jawabannya, cowok itu terus berpikir sampai benar-benar hatinya mantap. Lumayan lama, sampai Setya sudah mulai agak ngantuk, matanya sudah terasa begitu berat. Akhirnya terdengar kata-kata yang terlontar dari mulut anak itu. Setya langsung membuka matanya lebar-lebar.
   "Aku akan tunggu dia sampai aku lulus, pas aku dinyatakan lulus aku akan mencari dia, dan mengungkapkan perasaan aku kepadanya, dia nanti sudah jadi lebih agak dewasaan, ku tunggu dia saat di  kelas dua SMA" ungkap Aldo dengan nada yang lantang dan mantap.
   Setya kaget, dia langsung membangunkan badannya dan melihat si Aldo. "Beneran lo?" tanya Setya.
   "Iya tapi sekarang aku masih tidak tahu bagaimana caranya biar agak jauh sama si Sella, dan juga aku memikirkan perasaan dia" terus Aldo.
   "Tapi lo yakin kan, kalau lo bener-bener pingin jauh dari dia?!" unkap Setya dengan suara yang lantang.
   Aldo meyakinkan sahabatnya, dengan kata-kata "Aku sudah memikirkan ini dari tadi, dan perasaanku sudah mantap dengan keputusan yang aku ambil ini".
   Setya tersenyum lega, cowok itu mengajak untuk tidur dulu, karena dia sudah ngantuk berat,"Besok kita omongin lagi" terus Setya dengan mengambil sebuah guling dan lalu memeluknya secara rapat-rapat.
   "Sebelumnya thx ya Set, lo emang sahabatku yang terbaik deh" kata-kata pujian yang terlontar dari Aldo buat cowok yang ada di sampingnya.
   "He'em" dengan suara yang pelan dan juga tidak agak jelas.
   Aldo pun tersenyum, dia menyampingkan badannya menghadap Setya, lalu memeluk tubuh sahabatnya itu, dan menyusul Setya ke alam yang penuh dengan mimpi.


BAB X


   Pencarian solusi !!!
   Dengan kecepatan yang cepat, Aldo memacu sepeda motornya, dengan keadaan tergesa-gesa, mereka berdua melaju.
   "Ayo Al, tinggal lima menit ini!" suruh Setya dengan menepuk-nepuk bahu Aldo.
   Aldo mempercepat laju motornya, begitu cepatnya mereka menelusuri jalanan aspal yang keras. Mereka sampai juga di depan sekolahannya. Kedua anak ini segera turun, dan melewati gerbang sekolahan. Bel sudah berbunyi tapi karena merasa kasian pak Tatang membukakan gerbang itu.
   Dengan berlari Aldo mendorong motornya menuju parkiran, sedangkan Setya menunggu sahabatnya di depan sebuah kelas. Setelah selesai menempatkan motor, Aldo bergegas berlari menuju ke arah Setya, setelah sampai mereka berdua segera menuju ke kelasnya, dengan kebingungan dan juga kecemasan mereka berlari secepatnya.
   Hampir sampai di kelas, hal buruk terjadi, ada suara yang terdengar tidak enak memanggil nama mereka, seorang guru yang senang sekali menghukum siswa yang bermasalah, guru itu memanggil Aldo dan Setya.
   "Sini kamu berdua, telat?!" tanya guru tatib.
   Kedua anak itu mulai cemas, mereka mau menjawab tidak, tapi sudah jelas tas mereka masih tergantung di punggung mereka, kalau ketauan bohong hukumannya pasti tambah parah, dengan terpaksa mereka mengaku kalau telat, dengan wajah menunduk yang seakan-akan salah dan menyesal mereka mengaku kesalahannya
   Kedua anak itu langsung di giring ke lapangan basket, dan di suruh untuk membantu tukang kebun dengan menyapu daun-daun dan sampah-sampah yang ada di depan-depan kelas dan juga yang di lapangan basket itu. Tanpa banyak omong mereka segera melakukan perintah, dengan wajah yang menyesal karena bulan ini jadi sering telat.
   Pekerjaan mereka sangat banyak, yang telat cuman anak dua ini salah, baru pertama ini hanya mereka berdua secara bersamaan kena hukuman telat. Dengan mempercepat usaha mereka, mereka ingin segera masuk, tampaknya sudah lelah, kalau mereka di suruh nyapu-nyapu terus.
   Setelah terlihat semua bersih, Setya dan Aldo segera lapor le guru tatib yang menghukum mereka tadi. Setelah di cek kalau sudah benar-benar bersih, guru itu menyuruh untuk mengisi buku laporan anak yang bermasalahSetelah semua selesai, mereka kembali ke kelas dengan membawa lembaran kertas izin masuk.
   Karena bel ganti pelajaran sudah mau berbunyi, kedua anak itu berjalan dengan pelan-pelan. Sambil mengobrol, tak lama berselang, mereka akhirnya mendengar sebuah bel yang barusan mereka bicarakan. Guru yang ada di kelas mereka akhirnya keluar dan kedua anak ini pun masuk dengan santai pula.
   Dengan begitu entengnya, mereka berdua menuju ke bangkunya. Semua mata terlihat menuju ke arah anak  yang sudah seperti tidak punya dosa, padahal sudah terlambat, dengan langkah yang santai masuk ke kelas. Dengan situasi seperti itu, mereka berdua tidak menghiraukan mereka semua. Terus berjalan begitu santainya, sampai mereka tiba di bangku masing-masing, lalu segera mereka duduk.
   Arini yang melirik Aldo dan Setya hanya bisa terdiam, sedangkan kedua cowok itu dengan santainya membalas senyuman itu. Kerut di dahi Arini semakin menjadi rapat, sementara senyuman dari kedua sahabatnya semakin melebar.
   "Aneh, santai banget lo, kenapa telat?" Arini terus bertanya.
   Kedua cowok itu mengangkat pundaknya dan di sertai dengan angkatan dari alisnya. Mereka tetap tersenyum ke Arini sampai ada seorang guru yang masuk ke kelas mereka. Sedangkan Arini semakin mengerutkan dahinya, cewek itu tambah jeolus, dengki ke kedua sahabatnya itu.
  Dengan hati yang gembira, kali ini Aldo mengikuti proses pembelajaran. Tidak seperti kemarin-kemarin yang terus mengingat-ingat Sella di otaknya. Walaupun ia sebenarnya masih ada rasa, tapi setidaknya bisa berkurang dan yang baiknya lagi, cowok itu dapat mengikuti pelajaran dengan fokus.
   Tapi tanpa Aldo sadari, Sella yang kali ini merasakan kegalauan yang amat mendalam, cewek itu sekarang yang menjadi sangat sayang ke Aldo, yang menjadikan sekolahnya tak dapat fokus. Dengan hati yang sangat gusar pula ia lewati jam-jam yang penuh dengan ke galauan darinya. Arsya yang menjadi teman paling dekat Sella mencoba menenangkan hati kawannya itu. Arsya sudah merasakan hal yang berbeda dari kemaren-kemaren, tapi dia tidak berani bertanya, karena Arsya melihat cewek itu sedang tidak bisa di ganggu.
   Di hatinya Arsya pun juga bertanya-tanya, biasanya kalau ada masalah dia selalu cerita kepada dirinya, tapi sejak ia tahu kalau Sella kenal di Aldo, dia berprasangka kalau semua ini karena cowok itu, Arsya pun menganggap kalu dia dalah pacar dari Sella, begitupun dengan semua penghuni siswa di kelasnya.

***

   Tampaknya mereka semua sudah salah paham, entah dari mana gosip itu bersumber. Perkiraan mereka semakin kuat dengan keadaan Sella yang selalu ingin menangis dan hampir tidak bisa memperhatikan pelajaran dengan benar.
   Arsya yang memang tipe seorang pendiam, mula-mula ia tidak berani mengganggu Sella, tapi dia tidak tega dan tidak ingin kalau sahabatnya terus-terusan kayak gini. Akhirnya Arsya akan menemui Aldo, tapi dia tak tahu siapa dia, dimana kelasnya berada, yang ia tahu cuman cowok itu kelas tiga. Arsya berencana akan mencari bersama kawan-kawannya, mencari informasi selangkap mungkin kalau bisa.
   Setelah pulang sekolah, Arsya sudah memberi tahu kalau teman-temannya, khususnya yang dekat sama dia, kalau mereka akan berkumpul di rumah Arsya sendiri tanpa sepengetahuan Sella yang pasti.
   Di sisa-sisa jam pembelajaran, Arsya terus mensupport Sella, kali ini cewek itu tidak bisa membendung rasa tangisnya. Sella menangis di dekapan pelukan Arsya, begitu sedih pula Arsya yang melihat kejadian yang sangat tidak mengenakan ini.
   Semua mata menuju ke arah Sella dan Arsya, semua kelas ikut prihatin dan turut sedih. Mereka semua ingin Sella menjadi seperti kayak dulu, cewek itu sangat periang dan penuh dengan senyuman ketika berada di kelas. Mereka semua mengharapkan dia kembali seperti kayak dulu.


BAB XI


   Persahabatan yang selalu bersama!!!
   Di rumah Arsya, banyak teman-temannya yang berkumpul di kamarnya, sekitar ada enam anak, semua dari satu kelasnya. Tujuan mereka untuk mendiskusikan tentang temannya, siapa lagi kalau bukan Sella.
   Arsya sengaja mengumpulkan mereka untuk mencari tau tentang si Aldo yang telah membuat sahabatnya jadi kayak gini. Kelima temannya ini juga teman akrab Sella, semua juga ingin kalau Sella kembali lagi seperti kayak dulu. Namun ternyata dari kelima teman Arsya ada yang tidak setuju dengan rencana ini, masalahnya karena semua masih tidak tahu apa benar kalau yang membuat Sella jadi sering sedih saat berada di kelas adalah cowok itu, Aldo.
   Arsya langsung tidak terima dengan semua ini, cewek itu ngotot kalau semua ini jelas salah anak cowok kelas tiga itu. Dengan kesabaran Mitha memberi tahu Arsya, karena dia pun tau kalau Arsya sekarang ini sedang tidak labil kondisinya, dan Mitha tau kalau Arsya pun mengambil keputusan dengan cepat tanpa memikir-mikirkannya kembali, kalau yang adalah Aldo, titik!. Perdebatan antara Arsya dengan Mitha berlangsung agak tegang.
   Namun pendapat Mitha ternyata di dukung oleh keempat teman-temannya yang ada di kamar itu. Mereka juga berpendapat kalau semua ini masih belum tentu kalau Sella kayak gini karena seorang cowok, mereka juga tidak terlalu percaya kalau Arsya jadi kayak gini, agak egois. Semua teman-temannya juga menyadari kalau memang cewek itu masih agak sedih dan kondisinya pun masih kacau.
   "Kata-kata temen-temen emang benar, semua ini masih belum tentu, tenangkan hatimu dulu Ar, jangan kebawa emosi, santai ya" Mitha mencoba menenagkan cewek itu, dan dengan mengusuk-ngusuk pundak Arsya.
   Arsya mengangguk anggukan kepalanya, dirinya sudah mulai mengerti, kalau dia sudah kebawa emosi dari kemarin.
   "Kita tanya dulu coba ke Sella, kenapa dia jadi kayak gini?"
   "kamu tidak sendirian kok, masih ada kita-kita yang siap membantu"
   Setelah mendengar ini, Arsya pun tambah menangis terharu juga sedih, lalu cewek itu memeluk semua teman-temannya.
   "Thx ya semua, lo memang teman yang terbaik bagiku, sekali lagi terima kasih ya!".

***

   Di taman yang sering mereka singgahi untuk menyelesaikan sebuah masalah dan terkadang juga untuk menenangkan diri, Setya, Aldo dan Arini duduk bersebelahan di sana. Kali ini yang mengajak ke sini adalah Aldo, dia ingin menyelesaikan masalah tentang Sella secara clear, tapi masalahnya ini terlalu rumit bagi Setya dan Arini, begitupun dengan Aldo. Cowok itu mau kalau dia masih sayang ke Sella, tapi dengan tidak terlalu memikirkannya atau tidak dengan cara melupakannya ia bisa fokus belajarnya, tapi juga dengan menjaga perasaan Sella. 
  Khusus buat Setya dan Arini, mereka sangat kebingungan dengan maksud dari Aldo, begitu enaknya cowok itu ngomong, seenaknya sendiri, dengan wajah melas, Aldo pun meminta agar keduanya bisa membantu dan menyelesaikan masalahnya ini, kalau bisa hari ini juga.
  Setya dan Arini semakin mengerutkan dahi mereka, tapi mereka berdua juga sadar kalau sahabatnya itu sedang kebingungan dengan masalah ini. Mereka berdua siap membantu dengan semaksimal mungkin dan dengan berbagai cara.
   Suasana sempat terhenyak ketika mendengar kata-kata Aldo yang tampak semaunya sendiri. Tapi dengan bersama mereka yakin akan bisa melewati semua masalah, termasuk masalah ini yang menurut Setya dan Arini aneh, sangat-sangat aneh bagi mereka berdua.
   "Tampaknya semua ini tak akan berhasil seperti yang kau inginkan Al!" Kata Arini.
   "Maksudnya?" Jawab Aldo dengan langsung melirik ke wajah cewek itu dengan tatapan wajah yang cemberut.
   "Kalau yang kau harapkan itu sangat sulit, semua tampak hanya keinginan di pihak kamu saja, hampir imposible semua ini, aku tak mungkin bisa membuat jalan keluar yang kau harapkan" Jelas Arini.
   "Aku juga mikir gitu Al, semua hanya terbuat dari keegoisan lo saja, tapi santai saja, kita pasti akan dapat jawaban yang lebih baik lagi".
   "Tapi gue yakin ke kalian berdua kawan, kalian bisa memberikan yang terbaik kepada aku" Jelas Aldo dengan senyuman yang percaya diri.
   Ketiga anak itu memikirkan di hati masing-masing, dengan keheningan, hari pun terlihat cerah, suasana yang mendukung, seharusnya dapat mandapatkan hasil yang memuasakan.
   Usul pertama terdengar dari mulut Setya, "Gimana kalau lo Al, tetap berteman seperti biasa dengan Sella, tapi tidak terlalu setiap hari ketemuan pastinya, hubungan lewat sms saja, lo jangan mencoba memikirkan cewek itu, fokus ke pelajaran, fokus ke sekolah".
   Aldo berpikir sejenak, anak itu terus berkata "Tapi terus bagaimana rasa sayang aku ke dia?". Setya langsung kebingungan, cowok itu terdiam.
   "Tanya aja soal itu ke cewek, ke Arini tuh" jawab Setya dengan santai ia melempar pertanyaan Aldo ke Arini.
   Arini pun terlihat serius sedang berpikir, agak lumayan lama ia memikrkannya, tapi akhirnya muncul juga kata-kata dari dia. "Aku kira Sella akan sakit hati, dia juga terlihat sangat sayang ke kamu Al, tapi biasanya kalau cewek itu, kalau sudah sakit hati dan tak ada harapan lagi, dia akan mencoba melupakanmu, tapi tergantung orangnya juga masian".
   Hati Aldo semakin gusar dan tambah bingung, cowok itu kembali memikirkan tentang perasaan Sella. "Kurang waktu agak lamaan kalau aku nunggu lulus, masih sekitar setengah tahun, enam bulanan aku bisa nembak si Sella"
   "Tapi benar dia emang suka sama aku?" ucap tiba-tiba Aldo.
   Kedua temannya melihat ke arah dia, "Iya Al, aku yakin Sella itu suka sama elo, iya gak Set?".
   "Iya Al, kita berdua tidak asal ngomong biar lo senang aja, ini semua terlihat saat Sella sangat terlihat bahagia bila ada di samping lo" ungkap cowok itu dengan melempari kerikil ke arah danau.
   Aldo pun merasa kasian ke Sella, tapi ini masih antara percaya dan tidak percaya kalau cewek itu akhirnya bisa jatuh cinta ke dirinya, tapi yang jadi masalahnya adalah Aldo masih tidak siap untuk pelajaran, dia akan berjanji akan menembal langsung sesudah ia menyelesaikan tugasnya di jenjang SMA ini.
   Terus dan terus mencari solusi, semua mencoba segera menyelesaikan masalah Aldo ini, dengan penuh hati-hati mereka berpikir.
   "Semua ini tergantung lo kayaknya Al" ucap Setya tiba-tiba.
   "Maksudnya" ujar Aldo.
   "Kamu berteman seperti biasa, seperti teman-teman lainnya, kalau masalah perasaan ke Sella, lo harus bisa jaga perasaanmu sendiri, jangan sampai lo terjebak ke hati Sella lebih dalam lagi, semua kembali ke lo nya saja".
   Aldo mengangguk-anggukan kepalanya secara perlahan tapi pasti.
   "Tapi cewek butuh kepastian!" saut Arini.
   Setya pun semakin bingung, dia harus berpikir lagi tampaknya. Dengan waktu yang agak lama, mereka semua terdiam bisu dalam pikiran masing-masing.
   "Gimana kalau lo ngungkapin perasaan lo ke Sella, tapi kalau lalu ia nerima lo, lo nya ngomong kalau kita mulai pacaran enam bulanan ke depan, setelah lo lulus"  ungkap Setya.
   Aldo merasa kalau pemikirarn dia sangat-sangat aneh, dan kayaknya hampir tak mungkin dirinya ngelakuin ini.
   "Iya kalau Sella ngerti posisi aku sangat ini" jelas Aldo.
   "Tapi kalau dia emang bener-bener cinta, dia akan ngelakuin apa saja buat lo" ungkap Arini.
   Aldo semakin bingung, di hatinya berkata kalau dia nerima terus aku bilang gitu, kayaknya Sella akan gimana ke aku, yang aku masih belum terlalu percaya adalah kalau Sella mempunyai  rasa juga ke aku. Terus merenung dan sambil memikirkan terus, mencari jalan keluar yang paling terbaik dengan kepala yang sudah agak puyeng, mereka semua terus mencoba, try try try sampai si Aldo bisa puas.
   Semakin sore waktu berjalan, hingga semuanya sudah terlihat sudah kecapekan. Suara kali ini lagi-lagi terdengar dari Setya.
   "Aku capek Al!" ungkap cowok itu dengan muka yang lesu.
   "Bentar Set, aku ingin menyelesaikan ini sekarang juga" kata Aldo.
   Setya yang mendengar kata itu dia terlihat males mau mikir lagi, "sudah di bantuin dari tadi, gak ada makanan, minimal cemilan atau minuman apa gitu" ungkap cowok itu di hatinya. Setya kali ini menyerah dia menerlantangkan tubuhnya, dia menarik nafas berat-berat dan mengeluarkannya dengan hembusan yang sangat kencang, dia sudah pusing dia ingin mengistirahatkan otaknya yang di buat untuk mikir persoalan Aldo. Setya melihat ke arah Aldo, dia masih terlihat serius memikirkan, Setya cuman bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Setya sudah bosan, dia ingin tiduran sebentar, melepas hal yang di anggapnya tidak terlalu penting sekali.
   "Aku akan berteman seperti biasa ajalah, aku yakin aku bisa jaga hatiku ini, kalo' masalah perasaan Sella kita lihat nanti sajalah, liat respon dari dianya, lagian aku juga masih belum percaya benar tentang Sella suka ke aku" Ungkap Aldo.
   "Terserah kamu ajalah Al, aku sama Setya juga sudah capek, kalau kamu sudah mantap dengan keputusan itu ya lakuin saja" ungkap Arini.
   "Iya Al, aku sama Arini sudah pusing bener ini, kalau menurut lo emang tepat, lakuin aja" ungkap Setya untuk meyakinkan.
   "Sip lah, nanti bantuin aku lagi ya kalau ada apap-apa" ungkap Aldo dengan sambil membangunkan tubuhnya. "Ayo kawan, kita pulang sudah akan mulai gelap nih" lanjut Aldo.
   "Alhamdulillaaah, akhirnya selesai juga, ayo Ar kita pulang" sambil mengulurkan tangannya ke Arini.
   Awan semakin gelap, cahaya matahari sudah semakin rapat tak terlihat sinarnya, segera mereka bergegas pulang. Ketiga anak ini khususnya Setya sangat terlihat begitu puas dan juga lega akhirnya bisa kembali ke rumah, setelah dari tadi berpikir untuk membantu sahabatnya Aldo, sekarang si Aldo juga terlihat puas juga dengan hasil hari ini. Mereka bertiga pulang dengan sebuah kelegaan masing-masing, dan kepuasan bisa bantu seorang sahabat.


BAB XII


   Kasih sayang kakak ke seorang adik,!
   Pukul sepuluh malam, Setya masih berada di meja belajarnya, di depannya masih ada sebuah buku, dia sedang terlihat serius mengerjakan tugas rumah yang di berikan pak Sofyan.
   "Ah sial ! gara-gara tadi ngebantuin Aldo sampai pulangnya sore-sore amat, jadi tugas numpuk, bakalan lembur lagi nih" ungkap cowok itu dengan menggeleng-gelengkan kepalanya. Cowok itu sudah sangat lelah, tapi tugas masih belum selesai, terpaksa dia harus menyelesaikannya dulu. Setya tak mungkin mengerjakan sebuah PR di sekolahan, dia sangat rajin, kalau ada tugas yang belum ia selesaikan, hari ini tugas itu harus selesai, sekarang juga. Dia tidak terbiasa menunda-nunda sebuah masalah yang menurut dia semua itu akan menumpuk dan tambah menjadi berat. Walaupun matanya sudah berat dan kondisi yang kecapekan tapi dia tidak mengeluh sama sekali, semangatnya memang sangat luar biasa.
   Di sekolahan Setya sangat berprestasi. Prestasinya sudah mencapai tingkat nasional, bahkan sekolah dia dari kelas satu sampai kelas tiga sekarang ini selalu dapat beasiswa. Tidak di dukung dari rajinnya saja, Setya memang seorang yang bertanggung jawab dan tegas, ibadahnya pun tak kalah baiknya. Hidup di keluarga tak mampu, tidak membuat dirinya lemah, malah dia ingin membahagiakan keluarganya, khususnya ibunya yang selalu mendukung dan berdoa atas kesuksesannya.
   Setya sangat di banggakan oleh bapak ibunya, juga adik-adiknya. Semua di sekolahan juga sangat bangga atas kerja yang di buatnya selama di sekolah. Oleh guru-guru dia sangat di banggakan dan sangat di sayang begitupun dengan teman-temannya yang juga sangat sayang ke dia. Semua hasil kerjanya yang di peroleh dengan tidak gampang selama ini sangat berbuah, tidak sia-sia, akhirnya semua begitu bisa membuatnya bahagia.
   Dengan ketiga sahabatnya, Aldo, Arini dan Rina. Mereka sangat kompak dalam menghapi setiap masalah yang ada, selalu bersama baik itu saat senang maupun susah, walaupun kadang-kadang juga ada konflik di antara mereka, tapi tak membuat mereka menjadi bermusuhan dan bertengkar. Kehidupaanxa semakin bahagia dan lengkap ketika dia mempunyai seorang adik cewek, Setya sangat sayang ke adiknya itu, namanya Fitri, masih kelas satu SD, umurnya masih enam tahunan, adiknya sangat cantik dan lucu, kadang-kadang Setya juga menceritakan sebuah pengalamannya, baik itu cerita lucu dan horor yang bisa membuat anak itu merasa ketakutan.
   Tak kadang pula mereka juga bertengkar, sampai-sampai si adik perempuannya menangis, tapi setelah itu Setya dan adiknya Bunga juga langsung baikan, tak lama mereka habis bertengkar mereka berdua sudah bercanda, terlihat kedekatan dari seorang kakak ke adik yang sangat erat. Ibunya yang melihat kejadian itu biasanya juga ikut tersenyum senang melihat anak-anaknya saling tertawa bahagia.
   Malam semakin larut, Setya sudah selesai dengan tugasnya, kini saatnya dia waktunya tidur, hari yang sangat melelahkan tapi juga sangat berharga juga.
   Pagi harinya Setya terbangun dari mimpi indahnya di sepanjang tadi malam tadi. Setya segera mematikan alarm yang bunyinya menyebabkan ke usikan telinganya, tangan kirinya mencoba menggapai alarm itu, yang berada pas di sebelahnya ia tidur. Setelah berhasil mematika, Setya melihat ke atas atap-atap dinding kamarnya, sambil sesekali ia memuletkan tubuhnya.
   Lalu Setya membangunkan tubuhnya dari kasur yang sangat menggoda ia untuk tidur kembali, ia melangkahkan kakinya menuju ke sebuah kalender, tangannya lalu menunjuk ke sebuah angka merah, dan angka itu telah di lingkarinya dari kemarin-kemarin.
   "Tinggal satu minggu lagi adiku ulangtahun, kado apa ya" dengan menunjuk-nunjuk tanggal lahir adiknya yang pas hari libur.
   "Kak bangun, cepetan mandi, di suruh ibu tuh" ujar Bunga dengan mengetuk pintu kamar kakaknya.
   Setya kaget lalu ia tersenyum dan berjalan menghampiri ke pintu itu "Iya adeku sayang" jawabnya dengan mengelus-eluskan rambut adiknya. Bunga pun tersenyum lalu ia pergi, menjauh dari kakaknya.
   "Ah nanti bisa di pikirin, sekarang mandi dulu aja" di hatinya ia berkata.
   Dengan perasaan ceria, Setya akan memulai hari ini dengan wajah yang ceria pula, penuh semangat!.
   Setelah sarapan dan kegiatan lainnya untuk mempersiapkan diri berangkat sokalah sudah selesai, Setya menunggu Aldo, kali ini mereka berdua berangkat dengan naik bus, karena motor kakak Aldo yang biasa di kenakannya untuk berangkat ke sekolah masih di servis, gak tau sampai kapan mereka harus berangkat seperti kebiasaanya mereka dulu saat masih ada Rina.
   Arini pun kali ini juga tidak mau di antar, dia memilih naik bus juga, bersama Setya dan Aldo. Mula-mula Setya dab Aldo naik duluan, karena rumah mereka juga dekat dengan halte bus, sedangkan Arini menunggu di seberang jalan dekat rumahnya, tapi cewek itu hanya mau menyetop bus yang di naikki Setya dan Aldo.
   "Kalau sudah dekat kamu SMS aku ya!" kata Arini lewat ponsel miliknya ke Setya.
   Setelah bus yang mereka naiki sudah dekat dengan tempat Arini biasanya untuk menyegat, Setya segera memberi tahu cewek itu.
   "Busnya sebentar lagi Ar!" bunyi SMS Setya.
   Setelah menerima SMS dari Setya, Arini segera bersiap-siap untuk melambai-lambaikan tangannya ke sebuah bus yang sebentar lagi menuju ke dia. Benar, tak lama kemudian ada bus yang terlihat, segera ia menyetopnya. Segera berhenti, cewek itu segera naik, Arini lalu mencari posisi duduk Setya dan Aldo. Arini berjalan ke posisi kursi belakang dan terlihat lah Setya dan Aldo yang enak mengobrol.
   "Kok gak berdiri sih, aku kan gak tau kamu berdua duduknya posisi mana" dengan wajah yang cemberut dengan mengerutkan keningnya.
   "La ini tau tuh" jawab Aldo
   "Yaiyalah!!!" dengan wajah yang jutek ke kedua cowok itu, lalu Arini duduk di samping Setya dan Aldo.
   Ketiga sahabat ini terlihat saling bercanda tawa saat di dalam bus, mereka terlihat paling ramai di bus itu, tapi mereka tetap biasa-biasa saja, karena bus yang di tumpangi mereka tak terlalu penuh, masih agak sepi, karena mereka berangkat sangat pagi-pagi sekali.
   Perjalanan terasa begitu cepat, tiba-tiba mereka sudah dekat dengan sekolah mereka. Mereka pun segera berdiri dan bersiap-siap akan turun. Sesampai di depan sekolah pas, mereka melihat suasana masih sepi, dengan santai mereka turun dan menuju mendekati gerbang sekolahan. Saat mereka melewati gerbang ada pak Tatang yang sedang melihati mereka.
   "Kok tumben jam segini sudah datang, gak mimpikan ini" sindir satpam itu.
   "Kalau masuk pagi salah, kalau telat juga salah, gimana orang ini" jawab Aldo dengan melirik satpam itu.
   Satpam itu meringis, mereka bertiga tidak langsung masuk ke dalam sekolah, ketiga anak itu menempati ke pos satpam yang berada dekat di samping gerbang, mereka menemani satpam itu sebentar. Mengobrol dan saling bercanda, satpam sekolah mereka masih muda, gagah, tapi sangat lucu, gokil, suka bercanda, anak-anak lain pun sering menggoda satpam itu, dan kalau di ajak buat bercanda pun orang itu sangat asyik banget.
   Di pos satpam pun sering ada anak-anak yang berada di situ, walaupun sebenarnya oleh guru kesiswaan tidak boleh ada seorang siswa yang bermain di tempat itu, tapi kenyataanya masih banyak siswa yang suka nongkrong di situ saat waktu istirahat, ada yang main catur, dan ada juga cewek-cewek yang sering menggoda dan mengajak ngobrol, wajah pak tatang pun juga lumayan, tidak terlalu ancur-ancur amat. Sudah gagah, muka lumayan ganteng, humoris, wah idaman banyak kaum hawa tuh.
   Setelah cukup lama nongkrong pagi-pagi sama pak Tatang, mereka sekarang akan menuju ke kelasnya. Setya melihat ke jam tangannya, bel masuk masih kerang lima belas menitan, mau di dalam kelas tapi akan bosan, dia milih untuk mencari tempat yang nyaman dan ada pemandangannya yang sedap untuk di pandang. Setya mengajak Aldo dan Arini ke atas, ke tingkat dua, ke lokasi ke tempat yang masih mau dibangun masian, mereka duduk di situ, dan melihat ke belakang sekolah, terlihat hamparan sawah yang hijau, dengan angin yang sepoi-sepoi menghantam mereka, wah enak bener, kata Setya.
   Setelah cukup lama, akhirnya bel terdengar.
   "Wah masuk! Set, Ar, ayo balik" kata Aldo
   Mereka semua segera masuk ke kelas. Setya, Aldo dan Arini segera menuju ke bangkunya masing-masing.
   "Wah berangkat pagi-pagi enak juga ya, bisa nyantai pas mau berangkatnya" ujar Aldo dengan mengeluarkan perlengkapan-prelengkapan sekolahnya.
   "Iya juga ya, besok lagi ayo, tapi kita langsung ke atas, liat sawah aja enak dengan hembusan angin sepoi-sepoi, enak banget, sejuk, bikin tenang jadinya" kata Arini, dengan menggoyang-goyangkan tangan Setya.
   Setya yang merasakan itu, tersenyum "Iya-iya, biar kita juga gak telat lagi, capek aku ngebersiin lapangan basket, sudah kapok" ujarnya.
   Arini pun tertawa meringis "Salah siapa telat, akhir-akhir ini kalian berdua kok sering banget telat, kenapa gitu".
   Tak terjawab pertanyaan Arini oleh kedua cowok yang ada di depannya, karena guru matematika sudah masuk ke kelas, dan mereka segera bersiap-siap mengikutinya dengan baik.
   Ketiga orang ini mengikuti pelajaran pertama dan kedua dengan sungguh-sungguh, tampak keseriusan mereka dalam belajar, khususnya Aldo, dia ingin berubah menjadi siswa yang giat, semanagat selalu saat proses pembelajaran, fokus selalu, walaupun pemikiran tentang Sella sudah agak reda, itu karena ada sahabat-sahabatnya yang selalu ada buat dirinya, dan Aldo berkomunikasi dengan Sella kali ini hanya dengan SMS lewat handpone saja, mereka di sekolah pun juga jarang ketemu akhir-akhir ini, tapi tampaknya si Sella juga baik-baik saja.
   Pelajaran pertama dan kedua selesai, di ganti dengan Fisika, ketiga sahabat ini masih terlihat fresh, waktu pun masih pagi, masih tak ada rasa lelah yang terlihat dan itu masih dalam kondisi yang umum. Sampai jam istirahat pertama mereka tetap seperti ini.
   Bel berbunyi, Setya memasukkan buku-bukunya dan perlengkapan lainnya. Lalu tiba-tiba teringat masalah yaitu tentang adiknya, dia ingin membelikan kado buat bunga, lalu ia keluarkan dompet dari kantong celana kanannya, lalu ia buka perlahan-lahan, dan di intipnya isi dalam dompet itu, berharap akan menemukan keajaiban atau keberuntungan dompet pria itu bisa terisi dengan uang yang tebal.
   Semakin lebar dan lebar, tapi pas saat terbuka dan tau isinya cowok itu kaget, kaget karena bukannya keajaiban datang tapi karena dianya tidak menyangka kalau uangnya juga sangat kering, dia bingung mau gimana untuk mencari uang. Aldo dan Arini yang melihat cowok itu bertanya-tanya.
  "Kenapa Set ? kita ke kantin apa gak nih?" ujar Aldo sambil melihat si Setya dengan agak penasaran.
  "Kalian duluan aja ke kantin, uangku sudah tinggal dikit nih, aku juga mau melbelikan adiku kado, tinggal satu mingguan lagi dia ngerayain ulang tahun, tampaknya selain aku harus dapat uang dengan cara cepat tak tahu bagaimana caranya aku juga harus pandai-pandai berhemat" ujar Setya.
  Aldo dan Arini yang sudah berdiri dan siap ke kantin, mereka berdua malah duduk kembali, mereka jadi tidak ingin pergi buat jajan.
   "Kalo' kalian lapar, pergi saja ke kantin" kata Setya dengan wajah yang lesu karena dia harus pandai-pandai mengatur keuangannya sekarang, tapi kedua sahabatnya tidak jadi pergi ke kantin, mereka di dalam kelas saja, untuk menemani Setya. Mereka akan bersama selalu kalau ada masalah, menyelesaikannya secara bersama-sama.
   "Mau ngado apaan lo Set ?" kata Aldo
   "Masih mikir, pokok uang yang aku punya masih bisa beli barang itu y aku beli, cari-cari barang yang bagus dan berharga tapi juga dengan harga yang standar" jawab Setya.
   "Gimana kalau Aku sama Aldo bantu kamu buat cari uang, itung-itung kita juga pingin bantuin" kata Arini "Boleh kan ?" lanjutnya.
   "Kalian mau dan gak pa pa ?" kata Setya dengan melihat ke Aldo dan Arini.
   "Tenang sajalah, kita kan kalau ada masalah selalu kita hadapi bersama-sama, gak usah sungkan lah Set!" jawab Aldo. "Lagian lo kemarin sore juga sudah ngebantuin aku di taman sama Arini juga, jadi khususnya aku juga hagus bantuin kamu, boleh ya ?!" terus cowok itu.
   Setya tersenyum, dia mengangguk-anggukan kepalanya dan berkata "Thanks ya Al, Ar, kalian emang sahabat aku yang paling T.O.P banget".
   "Yaiyalah" ujar Arini.
   "Tapi kita omongin nanti saja, karena bentar lagi bel juga mau bunyi, sebentar lagi salah waktunya bahasa indonesia, nanti aja, pas istirahat ke dua atau pas pulangnya" kata Setya.
   "Kita ngumpul di rumahku aja atau ngumpul dimana ?" tanya Aldo.
   "Apa kata nantilah" jawab Setya, dan langsung bel masuk berbunyi, ketiga sahabat ini langsung bersiap-siap dan sambil mengeluarkan perlengkapan alat-alat sekolahnya.
   Pak Syofyan masuk, suasana langsung hening, setelah dari tadi suasana kelas yang gaduh saat waktu istirahat. Kali ini wajah serius dibawa guru bahasa indonesia itu, sebagian murid ada yang menjadi tegang dan ada juga yang merasa biasa-biasa saja. Di keluarkannya sebuah notebook dari tasnya, lalu beliau mengucapkan salam ke murid-murid, di susul dengan kata-kata yang terucap dari mulut beliau.
   "Maaf semua, kali ini saya akan tinggal sebentar, kalian di kelas mencatat salah satu seketaris kelas atau siapa, tolong catatkan halaman ini".
   Seorang murid perempuan langsung maju, namanya adalah Arsil, dia seketaris kelas pertama di kelas mereka, tubuhnya lumayan tinggi bagi seorang perempuan, wajahnya pun masih unyu-unyu gitu, banyak kakak kelas dulu yang naksir kepadanya, tapi sayang dia tak pernah pacaran, karena dia masih tidak ingin yang namanya pacar-pacaran itu. Selain tinggi, cantik, manis, dia juga pintar, khususnya dalam soal kegiatan dalam menulis-menulis, dia sudah banyak memenangkan lomba cerpen dan semacamnya, baik itu tingkat kota madya maupun juga nasional.
   Setelah memberi taukan apa yang harus di catat, halaman berapa dan s`mpai berapa kepada Arsil, guru itu membawa pamitan terlebih dahulu sebelum mau keluar kelas dan sambil menggendong notebooknya.
   "Saya keluar dulu ya, saya tinggal sebentar, ingat jangan ramai, saya ada di ruang guru, awas sampai terdengar suara-suara yang tidak saya harapkan terdengar dari sana, semua akan menanggung akibatnya walaupun yang ramai cuman satu orang, gak tau dia ngomong-ngomong atau teriak-teriak sendiri, pokok jangan sampai ramai, ada guru piket yang mengawasi dan berkeliling!" ujar guru tersebut, dengan nada yang serius tapi juga ada guyonannya.
   "Iyaaa pak!!!" jawab kompak semua anak di dalam kelas tersebut.
   Setelah guru tersebut keluar, langsung ada bunyi obrolan-obrolan kecil dari dalam kelas, tapi tidak menimbulkan kelas mencapai gaduh, masih aman dan terkendali. Dengan mencatat dan di selangi obrol-obrolan kecil dari Setya dan Aldo dan anak laki-laki bangku belakang. Biar tidak terlalu jenuh, mereka bercanda tapi dengan ketawa yang tidak menimbulkan suara terdengar keras, walaupun ada anak yang sangat lucu. Mukanya saja sudah bisa bikin orang ketawa apalagi pas saat cowok itu ngomong yang lucu-lucu dan aneh, wah harus bisa pintar-pintar menjaga mulut ini agar tidak ketawa sampai terbahak-bahak.
   Teman-temannya sering memanggil anak itu dengan nama Kosim, namanya belakangnya memang agak aneh, tapi artinya mereka masih tak tahu apakah mengandung makna yang baik dari nama yang lumayan aneh tersebut, semoga saja begitu.
   "Oh iya, Al , Arini?!" panggilan dari Setya ke kedua sahabatnya itu "Gimana tentang kadonya nih?" terus cowok itu.
   Kedua sahabatnya memikirkan dan sambil dengan mencatat, begitu dengan Setya.
   "Gimana kalau boneka saja Set?" usul Arini.
   "Boneka apaan Ar?" tanya Setya.
   "Barbie atau boneka binatang gitu, kalau yang populer sekarang ini ya Shaun The Sheep kalau warnanya aku gak tau, sebaiknya ya kesukaannya Bunga itu warna apa?" jawab Arini
   "Kalau perempuan kebanyakan ya ping, merah muda, begitu pun dengan adik kecilku" kata Setya memberitahu ke Arini.
   "Iya Set, mending boneka domba itu saja, itu kan tokoh di film animasi tv kan ?" kata Aldo.
   "Iya Al, aku suka dengan film animasi tersebut, bonekanya pun aku juga sudah punya, tapi yang warna pink aku masih belum punya, soalnya sulit banget nyarinya" ujar cewek itu.
   Setya berpikir sebentar, dia pun memutuskan membelikan adiknya boneka domba shaun the sheep berwarna merah muda, walaupun sulit mencarinya, kakak itu akan berusaha demi adiknya yang tercinta.
   "Eh pak Syofyan sudah keluar dari kantor, tampaknya arahnya mau ke kelas kita" ujar anak yang ada di bangku belakang dekat dengan jendela.
   Semua anak kelas langsung diam, mereka meneruskan mencatatnya. Tampak keseriusan dari Setya dan kawan-kawan, mereka sudah agak ketinggalan jauh, "Serly nulisnya cepet banget sih" gerutu Aldo.
   Pak Syfyan pun datang kembali ke kelas, kali ini tanpa membawa notebooknya, beliau langsung duduk. Setelah menunggu sampai Serly mencatat, guru itu menerangkan tetapi pertama-tama pak Syofyan meminta maaf telah meninggalkan mereke, guru itu harus menyiapkan soal buat try out mereka, karena kelas tiga sebentar lagi akan melakukan try out yang pertama.
   Pak Syofyan menerangkan dengan gaya biasanya, selalu memasukkan cerita di antara saat-saat menerangkan. Ini yang membuat siswa yang diajarnya tak merasa ngantuk, karena beliau menerangkan kisah  yang benar-benar bermakna saja, baik itu dari pengalamannya sendiri maupun dari buku-buku atau kitab agama.
   Tak terasa waktu bel sudah berbunyi, guru itu terpaksa menghentikan ceritanya, murid-murid lainnya meminta agar di lanjutkan di pertemuan berikutnya, tapi pak Syofyan tidak mau janji.  Walaupun guru itu sangat menakutkan kalau marah, tapi beliau sangat dekat dengan anak-anaknya di sekolahan, mereka juga sangat suka dengan guru tersebut, dengan leluconnya baik juga cara pengajarannya yang enak, dapat di mengerti, namun sayangnya guru itu cuman mengajar di kelas Unggulan terutama, termasuk di kelas Setya juga.
   Di jam selanjutya ada pelajran agama, "semoga saja Sholeh banyak cerita lagi" kata Aldo
   "Iya kalau gitu enak, tapi gimana kalau hafalan nanti" ujar Setya
   "Ya jangan bilang gitu Set, doakan saja cerita mulu pelajarannya" saut Arini.
   Pak sholeh memasuki kelas, pertama-tama mereka di suruh mengerjakan tugas yang ada di LKS, semua mematuhi perintah guru tersebut. Segera mereka membuka dan memulai tugas mereka. Dengan rasa lelah yang sudah kebanyakan siswa rasakan, tapi semua masih semangat, dengan ikhlas.
   Terus mengerjakan sampai akhirnya selesai juga. Setelah semua muridnya selesai, Pak Sholeh menyuruh untuk menukarkan buku tugas mereka dengan teman sebangkunya. Arini yang duduk sendirian menukarkan bukunya ke Dhia.
   Ini yang mereka tunggu-tunggu, sambil mengoreksi pak Sholeh sambil menerangkan dan juga dengan bercerita tentunya, kalau pelajaran agama pasti ada yang merasa bosan, jadinya ngantuk, sama saja mendengarkan orang ceramah saat datang di pengajian-pengajian. Tapi pak Sholeh berbeda, guru itu adalah seorang ustad juga, sering berceramah di masjid-masjid besar, orangnya sangat sibuk banget, jamnya di sekolahan pun hanya ada hari sabtu, lain hari itu beliau ada di luar jam sekolah.
   Kalau cerita biar tidak terlalu boring-boring amat, pak Sholeh sering memberi guyonan pas di cerita-ceritanya.Jadi cerita pun juga akan lebih menarik dan tidak terlalu menjadi bosan-bosan amat.
   Tak terasa bel tada istirahat kedua sudah berbunyi, Setya dan Aldo seperti biasanya pergi ke musholla, dan bergantian dengan waktunya anak-anak perempuan untuk sholat dzuhur disana. Selepas selesai melakukan kewajiban mereka, Setya dan Aldo menuju ke depan kelas mereka, melihat teman-temannya bermain sepakbola di lapangan basket. Karena tak ada yang mereka lakukan, dari pada cuman nonton doang. Setya mengajak Aldo untuk bermain sepakbola, walaupun mereka sedang dalam keadaan yang lumayan lapar tapi mereka masih kuat lah untuk main sepakbola sampai jam istirahat kedua masuk.
   Cuacanya pun lumayan mendukung, suasananya tidak terlalu panas. Ini juga cara biar Setya bisa tidak agak menghemat kantongnya, dan tampaknya harus segera bisa membiasakan diri. Dengan semangat Setya cowok itu bermain, walaupun dia tidak jago dalam bidang olahraga. Sampai bel masuk semua yang berada dalam lapangan basket menghentikan aktivitas bermainnya, termasuk Setya, segera ia masuk ke kelas dengan keringat yang membasahi kening dan juga tubuhnya, begitupun dengan Aldo, cowok itu juga terlihat sangat kelelahan.
   "Kok keringetan?" ujar Arini. cewek itu yang dari tadi istirahat bersama teman-teman ceweknya pergi ke kantin, jadi tidak tahu kalau Setya dan Aldo habis bermain sepakbola.
   "Aku sama Aldo, habis bermain sepak bola, aku sedang menerapkan prinsip hematku, gak akan jajan di sekolahan, uang sakunya aku celengin buat kado Bunga" ujar Setya.
   Mengikuti sisa-sisa proses pembelajaran hari ini, dengan rasa lapar dan capek, Setya menjalani dengan ikhlas dan mencoba tetap semangat. Dia masih mencoba agar bisa fokus ke depan, walaupun sering kali ia memegangi perutnya.
   Waktu sudah menunjukkan pukul dua siang, tangan Setya yang terus memegangi perutnya terus mencoba bertahan. Di sela-sela pembelajaran, guru yang mengajar mereka memberikan tugas paket dan meninggalkan muridnya sebentar. Kesempatan ini tidak di sia-siakan Aldo, dia juga lapar, dia mau keluar untuk mencari makanan yang bisa menjagal perutnya.
   "Ke kantin ayo Set!" ajak Aldo. Tapi Setya menggeleng-gelengkan kepalanya, dia optimis masih bisa bertahan, karena Setya tidak mau maka Aldo mengekak Arini, Segera lereka berdua pergi keluar kelas menuju ke koperasi, mereka membeli kue dan air minum, juga membelikan sahabatnya Setya. Mereka membelikan Setya satu gelas aqua dan makanan-makanan ringan buat di makan bersama.
   Selepas kembali masuk ke kelas, Aldo menyodorkan satu gelas aqua ke Setya.
   "Wah thanks Al" ujar Setya.
   Lalu Arini yang ada di belakang Aldo menyodorkan sebuah plastik yang isinya makanan-makanan ringan untuk di makan bersama-sama.
   "Wah enak nih, boleh ambil gak ?" pinta Setya.
   "Ya boleh lah, kan ini juga buat kamu" ujar Arini
   "Hehe sekali lagi thank you ya Arini, Al !" ucap Setya, dengan mengambil sebungkas kue yang ada di dalam plastik warna hitam yang berada di depannya.
   Kini cowok itu tidak perlu memegangi perutnya lagi, karena sampai pulang nanti, dia tidak akan merasakan lapar yang sangat menyiksanya dari tadi. Kurang satu jam waktu bel pulang akan berbunyi, sebelum pulang mereka harus menyelesaikan tugas yang di berikan guru mereka. Setelah mendapat energi lagi, Setya kini langsung tambah bersemangat, setelah makanan-makanan yang ada di meja habis, cowok itu langsung mengambil bukunya dan mulai melanjutkan mengerjakan kembali. Sampai jam berakhir, bel pulang berbunyi, tugas yang tadi pun sudah selesai semua, Setya segera berkemas-kemas, segera memasukkan perlengkapan-perlengkapannya ke dalam tas, dan siap untuk pulang.
   Mereka bertiga pulang bersama-sama, dengan berjalan kaki mereka bersama-sama menuju halte terdekat dari sekolahan, walaupun lumayan jauh, mereka tetap saja selalu menunggu di halte tersebut, tanpa menunggu di depan sekolah. Daripada menunggu lebih baik sambil jalan, karena menunggu itu sangat membosankan, menurut mereka.
   Dengan canda tawa dan obrolan mereka menyusuri setiap jalanan. Di tengah-tengan perjalanan mereka membicarakan tentang keinginan Setya buat membelikan sebuah kado buat adiknya, Bunga.
   "Eh Set, gimana ? tadi katanya mau ngumpul untuk bicarain tentang Bunga" ujar Arini
   "Target buat kadonya kan sudah dapat, tinggal akunya yang harus bisa cari cara untuk mendapatkan uang dalam waktu seminggu ini, tapi juga usaha untuk mendapatkan boneka tersebut" ujar Setya "Kan katamu barangnya sulit Ar, tapi tak apalah anggap saja rintangannya juga gitu" terus Setya.
   "Oh ya udah, aku nanti berarti turun seperti biasanya" kata Arini.
   Tak terasa mereka sudah sampai, ketiga anak itu lalu duduk dan menunggu bus untuk akan muncul dan segera menghampiri mereka. Mereka beruntung, karena tak lama mereka menunggu ada bus yang sudah terlihat, mereka bertiga segera bangkit dari kursinya masing-masing dan bersiap-siap untuk masuk ke dalam bus.
   Lalu mereka mencari tempat, seperti biasa mereka mencari di belakang, kalau ada yang kosong.
   "Eh di situ, belakang nomer dua" kata Aldo
   Mereka semua menuju ke tempat itu dan segera duduk. Setelah duduk mereka langsung diam, karena terlihat mereka semua begitu kelelahan dan tak sabar untuk mau pulang, segera sampai rumah tercinta.
   Di dalam bus pun mereka tidak terlalu banyak ngobrol, bus terlihat sepi saat mereka tidak bergurau, mungkin karena mereka sudah malas dan capek seharian mengoceh di sekolahan. Bus mendekati tempat pemberentian Arini, cewek itu segera berdiri. Selepas berhenti, Arini mengucapkan kata-kata perpisahan hari ini.
   "Sudah ya Al, Set, aku duluan, sampai ketemu besok lagi" ujar Arini dengan bersenyum dan lambaian tanganny, segera itu pula Setya dan Aldo memberikan senyuman pula dan membalas lambaian tangan Arini.
   Setelah menunggu cukup lama, akhirnya tiba juga, mereka segera turun dan cepat-cepat untuk sampai rumah.
   "Eh Set, nanti malam ke rumahku ayo, tidur disana di rumahku lagi" Ujar Aldo
   "Okelah, sambil kita omongin tentang kado buat Bunga" jawab Setya "Tapi nanti aku juga akan bawa buku, gue belajarnya di rumah lo aja" terus Setya.
   "Siiiip!!!" kata Aldo dengan mengangguk-anggukan kepalanya, "Gue duluan" terus Aldo sambil membelokan arah jalan kakinya, cowok itu sudah ada di depan rumahnya.

***

   Di kamarnya, Setya sedang duduk di depan meja belajarnya, anak itu masih mengerjakan tugas rumahnya. Setelah selesai Setya buru-buru ke meja makan, sebelum pergi ke rumah Aldo. Sehabis makan Setya pergi ke kamarnya untuk menyiapkan buku-buku untuk besok, setelah semua di yakin sudah, dia membawa tasnya, dan akan melanjutkan belajar di kamar Aldo. Cowok itu menuju ke ibunya, Setya berpamitan untuk mau nginap di rumah Aldo.
   "Bu aku ke rumah Aldo, aku tidur di sana" ujarnya, sambil memegangi tangan ibunya lalu mencium tangan itu. Cowok itu bergegas keluar dan menuju ke rumah sahabatnya. Di lihatnya jam tangan di tangan kirinya, waktu menunjukkan pukul tujuh malam.
   "Assalamualaikum, Set?!" teriak Setya setelah ada di pintu rumah Aldo, dan sambil mengetuk pintu. "Assalamualaikum" ulangnya. Tapi masih saja pintu itu tak ada yang membukanya, mencoba dengan suara yang lebih keras lagi "Assalamualaikum" tapi masih aja tak ada tanggapan dari dalam rumah. Setya mengambil handphonenya, lalu ia telepon ke nomer Aldo.
   "Eh dimana lo?" tanya Setya.
   "Di rumah lah" jawab Aldo dengan tenangnya.
   "Gue udah ada di depan rumah lo sudah lama, dari tadi aku salam tapi gak ada yang bukain" ujar Setya.
   "Oh masak? ya udah aku tak kebawa dulu" kata Aldo, dan lalu putuslah pembicaraan mereka dari keduanya.
   Pintu terbuka "Eh iya, hehe maaf-maaf Set, aku gak denger kamu dari tadi" kata Aldo dengan senyum lebar dari mulutnya.
   "Kemana semua Al, kok sepi amat" tanya Setya dengan menengok-nengokan  wajahnya ke kanan dan ke kiri.
   "Semuanya pergi, ada undangan apa gitu, lupa aku, ke pernikahan mungkin" jawab Aldo.
   "Hmm..." dengung Setya. Mereka berdua langsung menuju ke kamar.
   Setelah di ada di dalam, Setya lalu menaruh tasnya yang berat, lalu ia keluarkan buku-bukunya dan melihat-lihat lagi, apa kira-kira ada tugas yang belum di selesaikan atau ada PR yang terlewatkan. Cowok itu membolak-balik bukunya satu persatu, sedangkan Aldo masih terlihat mengerjakan tugas yang di sudah di kerjakan Setya tadi saat di rumahnya.
   "Kyaknya gak ada deh, ada PR apa saja besok Al?" tanya Setya dengan membolak-balikan kertas yang ada di bukunya.
   "Gak tau!" jawab Aldo, dengan sibuk mengerjakan tugas yang ada di depannya saat ini.
   "Tapi emang kayaknya gak ada lagi, baca-baca pelajaran yang lain saja lah" kata Setya sambil mengambil tasnya, lalu ia membukanya dan mengambil buku yang lain.
   Semula Setya yang duduk di atas kasur Aldo, lalu ia menyandarkan punggungnya di atas kasur. Sambil menunggu Aldo selesai anak itu membaca-baca pelajaran buat besok. Lalu ia melihat jam tangannya, jarum jam sudah menunjuk ke angka Delapan lebih tujuh.
   "Belum selesai Al?" tanyanya
   "Sebentar, kurang sedikit" jawab Aldo sambil tetap mengerjakan.
   Setya meneruskan membaca, tapi lama kelamaan dia mulai agak bosan, ia mengambil tasnya kembali dan memasukkan buku miliknya yang dia pegang, lalu ia mengambil buku yang lainnya, yang sekerinya paling menarik, dia tidak memilih buku mata pelajaran buat besok malah mengambil sebuah novel, yang berjudul Chronicle of  The Fallen. Dengan mengucek-ngucek matanya lterlebih dahulu, alu Setya membuka dan mencari halaman sambungannya, meneruskan membaca kisah novel tersebut.
   Terlihat Aldo langsung berdiri dari kursi belajarnya, ia membawa buku yang sudah ia kerjakan dan memasukkan ke dalam tasnya. Lalu ia segera mengambil laptop miliknya dan naik ke atas kasurnya. "Baca apaan Set?" tanya Aldo.
   "Novel Chronicle of The Fallen, karya Tasya A. Thalib" jawab Setya.
   "Emang menarik ? tentang apa tuh ceritanya?" kata Aldo sambil mengetik.
   "Ceritanya tentang sisi lain dari hubungan antara malaikat dan iblis" terang Setya.
   Aldo mulai tertarik, "Besok pinjam ya" kata Aldo.
   "Jangan besok, kapan-kapan saja, aku masih baru dapat lima puluh halaman, nanti kalau sudah aku pinjamin langsung"  tutur Setya.
   "Okelah" respon Aldo dengan sambil melihat ke arah layar laptop miliknya.
   Jarum jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, mereka sudah menghentikan semua aktivitas mereka tadi, mereka bersiap-siap tidur dan juga sambil mengobrol.
   "Eh ! Gimana Al tentang kado buat adikku" tanya Setya.
   "Yang kamu permasalahkan tuh apanya sih, katanya tadi pas pulang kadonya mau boneka domba yang ada di tv itu, warnanya yang merah muda kan ?" kata Aldo
   "Iya, kalau target buat kadonya sudah, tapi aku gak punya uang, aku harus cari cara biar dapat dengan secepatnya, yaitu dalam jangka waktu seminggu" kata Setya.
   "Oh makanya kamu pas istirahat gak mau jajan, gimana ya, aku juga gak tau, bentar-bentar" ujar Aldo sambil berpikir.
   "Uang aku sekarang tinggal dua lima ribuan, gak tau berapa harga boneka itu kira-kira" kata Setya
   "Kamu tanya Arini dulu coba Set, sms dia aja, mungkin dia belum tidur"
   Tidak berpikir lama Setya mengambil handpone miliknya yang ada di meja samping dia. Segera ia ketik kalimat-kalimat buat Arini.

   Mlm Ar, smoga sj blm tdr kmu
   eh hrg boneka shaun d'sheep itu brapaan y kira2 ???
   ukuranx yg sedang2 sajaan sjalah

  Tak lama balasan langsung datang, di lihatnya layar ponselnya dan ternyata emang dari Arini, segera Setya membukanya, langsung Setya agak kaget, lalu ia membacakan sms itu, "Harganya kira-kira ya tujuh puluh limaan Set".
   "Lumayan juga ya, lo harus dapat lima puluh ribu dalam waktu satu minggu, aku kira bisa lah" kata Aldo.
   Aldo pun terdiam sejenak "Yang terpenting itu bagaimana caranya biar dapat uang dengan cepat, kerjaan dimana kira-kira yang bisa membantu aku" ujar cowok itu.
   "Ya nanti aku sama Arini akan bantu lo pastinya, tenang saja pasti bisa, yakin aku" kata penyemangat dari Aldo.
   Lalu Setya menoleh dan tersenyum ke arah Aldo, "Thanks ya bro"
   Aldo tersenyum balik, "kita akan hadapi semua ini secara bersama-sama Set, pasti semua akan bisa kita taklukan kawan" kata cowk itu sok bijak.
   Setya tersenyum dan mengangguk-anggukan kepalanya, "sekali lagi thank you bos" ujar Setya
   "Kalau begini saja di bilang bos, coba dari dulu saja, pasti seneng aku" sindir Aldo sambil melirik wajah Setya. Setya pun cuman bisa meringis.
   Setya melihat ke jam yang berada di dinding kamar Aldo, "Sudah malam ternyata, gak kerasa sudah jam setenga sebelas, aku mau tidur Al, besok takut ketelatan aku, lagian mata aku juga ngerasa ngantuk berat" Kata Setya. Tapi  tak ada suara jawaban dari Aldo, hanya tersengar suara pelan musik dari radio. Setya membangunkan badannya dan melihat ke arah wajah Aldo, ternyata cowok itu sudah tidur duluan.


BAB XIII


   Di dalam kelas, suasana sangat gaduh, karena tak ada guru yang datang, karena ada guru yang mendengar suara tersebut, guru itu menghampiri ke dalam kelas. 
   "Kok gak ada gurunya, waktunya siapa?" tanya guru tersebut.
   "Waktunya pak Sutris, PKN" jawab Vina, yang duduknya ada di depan pojok sendiri di sebelah pintu. 
   "Mana ketua kelasnya?" tanya guru itu lagi.
   Setya langsung mengacungkan tangannya dan menghampiri guru tersebut, walaupun tidak di suruh. "Iya pak?" kata Setya.
   "Sudah ke piket ?" tanyanya lagi.
   "Masih belum pak" ujar ketua kelas itu.
   "Pergi ke piket sana, barangkali ada titipan tugas, kalau tidak ada ya kamu minta tugas buat temen-temenmu" suruh guru itu.
   Teman-teman sekelasnya yang mendengar itu langsung ramai, mereka menolak kalau meminta tugas. Tapi guru itu tidak menghiraukan mereka
   "Sana ! cepat pergi" suruh guru itu ke Setya.
   "Iya pak" sambil Setya mengangguk-anggukan kepalanya, "Ayo ben ikut!" ajak Setya untuk Benny biar dia menemaninya ke piket.
   Benny langsung bangkit dan segera mengikuti langkah Setya yang ada di depannya. 
   "Maaf pak, pak Sutrisnya ada ?" tanya Setya.
   "Oh pak Sutris, beliau tadi menitipkan tugas, sebentar-sebentar" kata guru piket itu sambil membuka lemari mencari lemnaran dari pak Sutris.
   Setelah akhirnya dapat, "Ini dia" sambil menyodorkan kertas itu ke Setya. Cowok itu menerimanya dan langsung segera pergi ke kelas, tak lupa ia berterima kasih ke guru tersebut.
   "Terima kasih pak" ujar Setya.
    "Iya sama-sama" balas guru piket tersebut.
    Setya dan Benny segera kembali ke kelas mereka. Setiba di kelas, cowok itu memberitahukan kabar yang dianggap sebagian besar teman-temannya adalah kabar yang tidak enak, bahwa ada tugas dari pak Sutrisno, begitu nama lebih lengkapnya.
   Setya langsung menghampiri Arsil, "nih ada tugas PKN, satu sampai sepuluh, catetin ya" suruh ketua kelas itu. Arsil pun langsung bangkit dan menuju ke papan tulis untuk mencatatkan tugas tersebut. 
   "Set, gimana?'' tanya Arini saat cowok itu akan menghampiri dan akan duduk di bangkunya. 
   "Gimana apanya?" tanya balik Setya dengan kerutan di dahinya, dia tak mengerti maksud dari pembicaraan cewek itu.
   "Shaun The Sheepnya ituloh" jawab Arini dengan sedikit kesal.
   "Ow, itu..." Setya menjelaskan apa yang terjadi tadi malam bersama dirinya saat membicarakan tentang kado buat adiknya.
   Setelah tau kalau Setya sedang butuh pekerjaan cewek itu berpikir, tapi tak dapat usul kalau Setya mau di saranin kerja dimana, "Tapi gimana kalau kita nanti cari bonekanya tersebut, kita lihat-lihat dulu, berapa kira-kira sisanya" kata Arini. 
   "Iya Ar, sip!" Setya langsung setuju .
   Setelah sekolah mereka langsung pergi ke sebuah mall, dan sambil melihat-lihat barang yang akan mereka beli atau pesan. Di lantai paling bawah mereka tak mendapati boneka tersebut, lalu mereka bertiga naik keatas, lantai dua, terus mutar tapi tetap saja tidak ada, terus ke tingkat tiga, tapi tetep saja mereka tidak menemukan boneka domba yang mereka inginkan, jangan kan warnanya yang merah muda, boneka Shaun The Sheep pun mereka tak melihat sama sekali, mereka mulai putus asa.
   Setya mengajak ke tempat terakhir, tempat tertinggi yang ada di mall itu, mereka naik ke tingkat empat, dengan harapan bisa menemukan target tersebut.Baru ada di tingkat empat, ada toko yang menjual boneka Shaun The Sheep, tapi sayangnya mereka liat dari luar tidak ada warna merah muda, semua terlihat berwarna seperti biasanya, yaitu kolaborasi warna putih dan hitam. Mereka mencoba masuk, dan menanyakan apakah ada boneka Shaun The Sheep berwarna merah muda.
   "Misi mbak, ada boneka Shaun The Sheep berwarna merah muda gak?" tanya Arini ke penjaga tokoh tersebut, dengan harap-harap cemas, mereka ingin penjaga cewek itu supaya menjawab iya. 
   "Maaf dek" kata cewek penjaga toko itu, seketika itu wajah Setya dan lainnya langsung lemas "Kemarin sudah ada, tapi emang stok kita cuman sedikit, cuman ada tiga mungkin boneka yang kamu inginkan" ujar terus penjaga toko yang terlihat sangat raman dan sabar dalam menghadapi setiap pembeli.
   "Apa sudah habis? telat berarti kita, nanti pesan lagi apa gak mbak ?" tanya Setya dengan harap-harao cemas.
   "Waduh gak tau aku dek, kamu kesini aja lusa atau kapan, insyaallah ada" kata penjaga itu. 
   Setya langsung berpikir sejenak, "Iya mbak, nanti aku akan kesini lagi" ujur Setya.
   "Buat apa emang, buat pacarnya ya?" tanya penjaga cewek itu menggoda Setya.
   "Hehe, enggak mbak, buat adik aku, kurang satu minggu lagi adik aku ulang tahun, dan aku sebagai kakak yang baik harus membelikan kado yang bisa membuat adik aku senang" ujar Setya.
   Penjaga itu tersenyum tipis dari mulutnya yang terlihat sexy itu. "Hmm, aku boleh minta nomer handpone kamu gak? nanti kalau ada kakak hubungin" kata sang pegawai. Setya pun menerima dan memberikan nomer ponselnya, lalu cowok itu pamit dan berterima kasih sudah membantunya.
   Mereka bertiga meneruskan memutari mall pada lantai teratas, tapi ternyata mereka tak dapat apa-apa, hasilnya mengecewakan, mereka cuman dapat satu tokoh yang menjual boneka domba itu, yang warna merah muda emang sulit, ujar Setya, sambil langkahnya menuju ke bawah lagi, dengan menggunakan eskalator.
   "Kita terusin atau gimana Set ?" tanya Arini.
   "Udah lah, kita pulang dulu, hari sudah lumayan sore, kita sampai rumah jam beraan ini" kata Setya sambil melihat jam tangannya.
   Mereka memutuskan untuk pulang, sebelum berpisah Setya memberitahu mereka sekali lagi, kalau ada kerjaan tolong hubungi aku, kata cowok itu.
   Mereka semua pun akhirnya berpisah, dengan tetap memakai seragam sekolah Setya pulang ke rumah di jam enaman, ibunya menanyakan kemana saja dia dari tadi, kok barusan pulang.
   Setya menjawab dengan "Ada urusan bu, maaf telat pulangnya" ucap Setya sambil mencium tangan ibunya yang sangat dingin.
   "Urusan apa?" tanya kalem ibu Setya.
   Setya cuman tersenyum merenges, dia tidak menjawabnya, cowok itu langsung menuju ke kamar mandi.
   Setelah selesai mandi, lalu ia makan, perutnya sudah keroncongan, cowok itu mengambil nasi begitu banyak, di tambah lauknya yang enak hari ini, sudah lapar benar di atas meja makan ada masakan ibu yang aku sukai, ujarnya dengan membuka tutup makanan.
   Dengan lahap cowok itu menghabiskan makanan yang ada di piringnya. Setelah selesai, perut sudah kenyang lalu ia pergi ke kamarnya, dia ambil dan melihat layar ponselnya yang ada di atas kasur. satu pesan masuk dari Aldo, segera cowok itu membukanya dan isinya ternyata

   Gue Kangen Sella Set
   Gimna nih ??!!!

   Setya tertawa, lalu ia balsa sms itu dengan kata-kata "Ternyata lo masih suka ya sama Sella, tenang Al, tinggal tidur aja lah, biar gak terlalu mikirin dia" ujar Setya
   Tak lama ada balasan dari Aldo "Ya masih ada lah, kalau aku tinggal tidur kayaknya gak bisa deh, soalnya aku gak bisa tidur gara-mikirin dia, gak mungkin aku paksa buat tidur, hasilnya akan percuma" katanya.
   "Waduh gak tau Al, aku juga sudah ngantuk nih, kamu telepon aja, kali aja dia masih belum tidur" balas Setya.
   Tak lama lagi ada balasan kembali dari Aldo, tapi Setya ternyata sudah tidur. 
   Aldo yang menunggu-nunggu balasan dari Setya sudah lama, tapi tetap saja tak ada balasan, Aldo pun memutuskan untuk menelepon Setya, berulang-ulang dia lakukan, tapi cowok itu tak bangun-bangun. Aldo pun menyerah dan berganti mengkontak Arini, tapi hasilnya juga sama, tidak ada balasan sama sekali dari cewek itu. Aldo pun terpaksa menelepon Sella, tapi sia-sa juga, tak ada balasan jua dari cewek itu. Kini Aldo semakin galau, dia tidak bisa meminta saran ke sahabat-sahabatnya, mereka semua sudah tidur, terus mencari cara hingga tapi tetap saja yang ada di pikirannya malam ini adalah Sella, penuh dengan Sella. Tak tau harus bagaimana, cowok itu menarik nafas dengan berat-berat dan menghembuskannya kembali, secara berulang-ulang, hatinya sudah agak menjadi lebih tenangan, terus melakukan itu sampai akhirnya matanya merasakan kelelahan juga, dia merasa ngantuk, dengan suara radio yang pelan dan juga lagunya yang slow-slow gimana gitu, akhirnya Aldo tak kuat lagi menahannya dan tertutuplah matanya.

***

   Pagi yang dingin, Setya yang terbangun dari tidurnya karena alarm rutinnya, dia tidak mau membuka selimut yang menutupi seluruh badannya, karena pagi ini udara sangat dingin sekali tidak dingin seperti hari-hari biasa, tapi dinginnya bagaikan sampai menusuk tulang hari ini.
   Karena Setya tidak keluar-keluar dari kamanya, ibunya memanggil dia, dengan terpaksa Setya membuka selimutnya dan langsung terasa betapa dingin udara yang masuk ke dalam kamarnya. Dengan langkah pelan cowok itu menuju ke kamar mandi, dia menyentuh airnya, terasa sangat dingin pula, juga berbeda dengan hari-hari biasanya.
   Tanpa banyak berpikir Setya langsung menggebyorkan air itu ke badannya. Keluar-keluar dari kamar mandi badan Setya sangat gemetaran. Dengan cepat-cepat lalu ia menuu ke kamarnya dan bergegas ganti baju. 
   Setelah sarapan sudah dan kewajiban lainnya untuk mempersiapkan sebelum berangkat ke sekolah, Setya mengambil jaket, dan langsung pamitan ke ibu dan ayahnya, juga tidak lupa dengan Bunga, adik perempuannya.
   Dia menunggu Aldo untuk menjemputnya, dengan udara luar yang tambah dingin ketimbang di dalam rumahnya tadi, cowok itu sampai menggigil, tiupan anginnya sangat deras, menunggu dengan tidak sabar. Akhirnya muncul juga cowok itu, segera ia berlari dan menuju ke motor Aldo, terlihat Aldo juga memakai jaket hari ini.
   "Lama banget lo, gue kedinginan tau nunggu lo lama banget di depan rumah" ucap Setya dengan kedinginan.
   "Hehe maaf-maaf, emang hari ini dingin banget udaranya" kata Aldo.
   "Sudah sembuh motor lo?" tanya Setya.
   "Sudah, kemarin sore aku ambil sama kakak" jawab Aldo.
   Dengan terjangan angin yang sangat dingin, Aldo dan Setya terus melaluinya. Samapi tiba juga di sekolahan, mereka segera masuk ke dalam sekolah dan memakirkan motornya. Kabut masih terlihat di jalan-jalan, di lapangan basjet pun juga ada, matahari dari timur tidak terlihat begitu terang, karena kabut yang menutupi cahayanya.
   Padahal sekarang sudah jam setengah tujuh, tapi kabut masih terlihat jelas, dan udara dingin masih belum menghilang. 
   Bel tanda masuk sudah terdengar, semua siswa segera masuk sebelum ada guru piket yang datang untuk melihat kondisi setiap kelas. Dengan rasa dingin mereka mencoba mengikuti pelajaran dengan penuh semangat. Tapi tak lama, di jam delapanan kabut sudah menghilang dan cahaya matahari sudah bisa menghangatkan mereka, walaupun masih terasa dingin tapi agak mendinganlah.
   Sampai jam istirahat berbunyi, lalu Setya mengajak untuk keluar, tidak ke kantin tapi ke lapangan.
   "Kita main sepakbola yuk Al" ajak Setya
   Aldo pun juga ingin ikut tampaknya, mereka segera ikut, kali ini mereka berdua satu tim, Aldo di depan sebagai bagian penyerang, sedangkan Setya ada di belakang, menjaga pertahanan timnya agar tidak kebobolan.
   Pertandingan berjalan seru, terlihat penonton yang ramai, membuat pemain yang ada di lapangan basket semakin semangat. Seperti di liga inggris saja, permainan sangat seru dan cepat, membuat yang menonton juga terpanah dan nyaman di lihat oleh mata mereka.
   Tak lama permainan di mulai, tim Setya sudah unggul satu kosong, pencetak gol perdana adalah faris, dia adalah asli pemain dari sekolahan yang ikut ekstra sepakbola, dan kini dia sudah masuk di sebuah akademi klub sepakbola yang terkenal. 
   Pertandingan semakin seru, tim Setya menggandakan keunggulannya menjadi dua kosong, kali ini yang mencetak gol sama seperti yang pertama. Gol dibuat oleh Faris juga, melalui umpan dari Aldo.
   Tim lawan pun tidak mau menyerah, mereka sudah tertinggal lumayan jauh di awal-awal permainan, mereka akhirnya bisa mencetak gol, dan menipiskan kekalahan, skor sementara dua untuk tim Setya dan satu buat tim lawan.
   Tak lama berselang, kembali pertahanan Setya dapat terbobol oleh lawan dan lawan berhasil mencetak gol, sehingga skor menjadi dua sama. 
   Pertandingan semakin sengit, ada pemain lawan yang bersiap menendang, dan Setya pun mencoba segera mengeblok tendangan tersebut, tapi ternyata bola menyentuh tangan Setya, akhirnya terjadi penalti buat tim lawan. Tapi Setya terlihat biasa-biasa saja, dia malah sehabis kena handball malah tersenyum karena menurutnya bola mengenai pahanya, tapi karena kalah suara terpaksa penalti di lakukan.
   Pengesekkusi adalah pencetak gol pertama, adalah Fahmi, juga anak dari eksta kulikuler sepakbola. Dengan santai dan pelan dia mengeksekusi bola tersebut dan masuk, menjadikan skor kini berbalik 3-2. Tim Setya pun semakin menjadi, mereka menguasai lapangan, tapi fatal, karena keasyikan menyerang, pertahanan mereka kosong, dan yang menggiring bola adalah Fahmi, dengan tenang ia menaklukan penjaga gawang, satu lawan satu, dan berhasil, skor malah menjadi 4-2, semakin berat untuk mereka mengejar ketertinggalan. Waktu istirahat pun sudah mau habis.
   Kali ini tim Setya berhasil mencetak gol, dan kali ini Setya sendiri yang berhasil memasukkan bola tersebut ke dalam gawang musuh, setelah ia maju dari garis pertahan jauh ke depan, tapi untungnya dia berhasil mencetak angka, dan hasil menjadi 4-3 masih tertinggal satu angka lagi.
   Mereka masih yakin bisa menyamakan kedudukan. Tapi guru piket terlihat berjalan dan mendekati tombol bel, dan menekannya, berakhirlah pertandingan bola tersebut, walaupun kalah Setya tetap senang, karena ini cuman pertandingan biasa, bukan sebuah ternamen besar.
   Dengan keringat yang membasahi badan, Setya masuk dan mengamil sebuah buku milik temannya dan mengipas-ngipaskan ke tubuhnya.
   "Eh Set, nanti cari-cari lagi boneka Shaunnya?" tanya Arini.
   Setya menetujuinya, mumpung hari ini mereka pulang siang, jadi bisa lamaan dan pulangnya tidak terlalu sorean. Di sela-sela proses pembelajaran, Setya dapat sms masuk, dia menghiraukannya, dan membukanya setelah bel pulang saja.
   Bel pulang sudah berbunyi, Setya langsung membereskan buku-buku dan perlengkapan lainnya yang berada di atas meja. Selepas keluar dari kelas, cowok itu tidak lupa membuka sms yang masuk dari awal pelajaran kelima.

   Om Amin
   28-Jan-2012 10:13 am


Set, ktanya minta kerjaan,, temen om da yg menawarkan nih
utk lbih lnjutnya setelah kamu pulang scholl, kmu k rumah om langsung


   Setya menghentikan langkahnya dan Aldo juga Arini juga mengikutinya.
   "Eh Aldo, Arini, gue gak bisa cari-cari boneka domba itu, gue tadi dapat sms dari om aku, aku sudah ada kerjaan, tapi gak tau apa itu, dan aku di suruh ke rumahnya selepas pulang sekolah ini, kalian langsung pulang sajalah gak pa pa, besok -besok saja" ujar Setya.
    "Aku pergi sama Arini sajalah, berdua gak pa pa, iya kan Ar?!" kata Aldo sambil menoleh ke arah wajah cewek itu. Arini pun mengangguk-anggukan kepalanya.
   "Waduh jadi ngerepotin nih" ujar Setya.
   "Gak pa pa lah, lo juga sering bantuin aku saat aku ada masalah, ya udah lo pulang duluan sana, semoga sukses, nanti kabarin kalau sudah dapat kerjaan" ucap Aldo sambil mendorong badan Setya. Setya pun meringis, lalu Setya buru-buru untuk pulang.
   Saat mau ke arah halte, ada seorang yang tiba-tiba menghentikan motornya di depan Setya. Setya pun menghentikan langkahnya, dan hatinya sedikit agak deg-degan, di tambah suasana yang agak sepi, cuman hanya dia yang berjalan melintasi trotoar jalan, cowok itu bersiap-siap akan melawan saat orang misterius itu akan menculiknya. Setelah orang itu membuka helmnya ternyata itu temen sekolahnya, yang rumahnya juga sejalur dengan rumah Setya.
   "Bareng aku ayo!" ajak Udin.
   Tanpa berpikir lama, Setya yang juga sedang buru-buru segera naik ke atas motor.
   "Kok sendirian, kemana Aldo?" kata Udin sambil mengegas motornya.
   "Dia ada keperluan, jadinya gue pulang sendiri deh" teriak Setya, karena suasana jalan yang ramai dengan suara motor dan mobil yang simpang siur berlawanan arah.
   Sempai juga di depan rumah Setya, cowok itu segera dan turun dan tak lupa mengucapkan terima kasih, "Thanks Din, makasih banget" ucap Setya. Udin pun mengangguk-anggukan kepalanya, lalu ia akhirnya pergi dari depan rumahnya ia juga segera ingin pelang ke rumahnya. Setya pun bergegas masuk ke dalam rumah.
   "Assalamualaikum" salam ke semua penghun rumah, dia lulu menghampiri ibunya dan tak lupa mencium tangan beliau. Setya langsung pergi ke kamarnya dan segera melakukan kewajibannya untuk sholat dan ganti baju, selepas itu ia langsung makan. Setelah semua beres, cowok itu segera berpamitan.
   "Bu aku ke rumah om Amin" kata Setya.
   "Mau ngapain ke sana?" tanya ibunya.
   "Ada urusan penting bu" sambil berjalan menjauh dan dengan langkah yang buru-buru. Setya kali ini sangat beruntung, ada motor ayahnya yang tidak nganggur, dia pakai motor itu untuk perjalanannya menuju ke rumah omnya.
   Dengan cepat ia menuju kesana, hanya butuh waktu lima belas menitan ia sudah sampai, segera meletakkan motornya, dan segera masuk.
   "Assalamualaikum" ucapnya sambil mengetuk pintu.
   Pintu pu terbuka, dan terlihat omnya sendiri yang membukakan pintu itu.
   "Sudah aku tungguin lo Set, kita langsung kesana aja ya" ucap om Amin. Setya mau-mau saja, karena dia juga tidak sabar untuk segera melihat apa pekerjaannya.
   Mereka menuju ke sebuah warnet, lumayan besar dan bagus warnetnya, omnya mengajak masuk dan menemui penjaga sekaligus yang punya tempat ini. "Ini dia, namanya Setya" ucap om Setya itu.
   "Oh ini, katanya butuh pekerjaan, ini kerjanya, kamu jaga warnet ini gimana, dari jam dua setelah kamu pulang sekolah dan sampai sekitar mau maghriban, gimana?" ucap temen omnya.
   Setya pun segera mengangguk-anggukan kepalanya, dia menyetujuinya. Dan hari ini Setya langsung kerja, dan Arman , nama pemilik warnet itu segera membelajari si Setya bagaimana kerja dia di sini, dan om Amin pun meninggalkan Setya, karena dia juga mempunyai urusan lain.
   Setelah paham, Setya langsung duduk dan memulai tugasnya, dan pemilik warnet itu menuju ke atas, ke tingkat dua meninggalkan Setya sendirian di temani lagu yang terdengar sangar keras hingga semua tempat di warnet itu terdengar.
   Kerja Setya adalah menjadi kasir, juga menjaga dan mengawasi warnet tersebut. Setya yang juga jago dalam komputer tidak terlalu kesulitan dalam menangani ini.
   Waktu sudah mulai sore, dan di luar sudah mulai petang dan lampu sudah dinyalakan warnet tersebut, Aldo segera berkemas-kemas. Arman turun dari lantai kedua dan menghampiri Setya.
   "Nih ada amplob buat lo" kata Arman sambil menyodorkan amplob tersebut ke Setya.
   "Oh iya mas, terima kasih, terus aku boleh pulang kapan?" tanya Setya.
   "Kamu itu pulangnya saja yang di pikirin, sebelum pulang tolong kamu bersihin dulu tempat ini ya" kata mas Arman.
   Mas Arman pun kembali ke atas setelah memberikan amplop itu. Setelah warnet sepi, dan sebentar lagi juga sudah maghrib, Setya mengambil sapu dan membersihkan warnet tersebut.
   Setelah semua terlihat sudah bersih, Aldo berpamitan ke mas Arman, dan segera pulang. Dengan cepat-cepat Setya memacu motornya. Dia berpikir ibunya akan bertanya dari mana dia, kalau aku jawab dari rumah om, pasti akan di tanyai, ada urusan ada, dan aku harus alasan bagaimana, di hatinya ia berpikir. Setya tidak tahu, lihat nantilah, ucap Setya.
   Setelah sampai di depan rumahnya, Setya langsung memasukkan motornya ke dalam rumah, lalu ia mencoba untuk masuk ke marnya tanpa sepengetahuan ibunya. Dengan langkah yang pelan dan juga mencoba agar tiada yang suara terdengar, sambil menoleh ke kiri kanan, melihat apakah ada ibunya atau tidak. Pintu kamarnya sudah tinggal sepuluh meteran, tapi ternyata di belakang ada suara adiknya yang memanggil namanya "Kak Setya, dari mana saja sih, di cariin ibu dari tadi tuh" dengan suara yang lumayan keras. Setya langsung melototi Bunga
   Pintu kamar ibunya langsung terbuka, dan yang membukanya adalah ibunya sendiri, "Eh ibu" sapa Setya dengan sok manis.
   "dari mana saja kamu?" tanya ibunya.
   "Dari rumah om" jawab Setya sengan tawa meringisnya.
   "Kok baru pulang, ada apa emang" tanya lagi ibunya. Di dalam hati Setya langsung berbicara, "Iya kan!".
   "Gak ada apa-apa kok bu, cuman main saja, maaf pulangnya magrib-maghrib bu" jawab Setya.
   Ibunya percaya saja ke anaknya itu, Setya pun langsung masuk ke kamarnya, dan tak sabar mau membuka amplop yang di kasih dari mas Arman tadi.
   Setya langsung menuju ke kasur, lalu ia buka amplop itu dan isinya ternyata uang berisikan sepuluh ribu, Setya menarik nafas berat-berat, "Ternyata berat juga kerja itu ya, gak pa pa lah aku syukuri yang ada ini, pasti tuhan akan memberi lebih nanti" ujarnya dengan tangan memegang uang sepuluh ribu.
   Uang itu lalu ia masukkan ke dalam bekas kotak wafer yang sudah ia buat menjadi celengannya, di tutupnya sudah ia lubangin. Karena penasaran, Setya membukanya. Penasaran dengan isinya, ia juga agak deg-degan saat mau membukanya, karena semua uangnya ada di dalam sana, uang sisa jajannya tiap hari juga ia masukan ke kotak wafer hitam itu.
    Lumayan banyak, Segera Setya menghitungnya, dan hasilnya pun sudah agak memuaskan, "lima puluh ribu buat hari ini, besok sudah tinggal empat hari lagi, sabar pokok, tuhan akan selalu hambanya yang susah kok" ujarnya.
   Badan Setya sudah kecapekan, ia lalu pergi ke meja makan, perutnya pun sudah lapar dari tadi. Ibunya yang melihat anaknya makan lahap sekali hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Makan sudah kini ia menuju ke meja belajarnya, walaupun sebenarnya dia kecapekan betul dan malas pula, tapi dia membetah-betahkan dirinya untuk belajar walaupun cuman sebentar.
   Setya mengerjakan tugas bahasa inggris, salah tugasnya banyak, dia di suruh membuat cerita minimal lima rstus kataan, dengan berpikir dengan rasa lelah yang mendera tubuhnya, tapi Setya tetep saja bisa mengerjakan tugas tersebut lumayan lancar. Kurang lebih dua jam dia berada di depan meja, mungkin tinggal lima puluh kata lagi, matanya pun sudah merasakan kantuk, dengan berpikir Setya meletakkan kepalanya di atas bukunya, dengan mata yang berat, ternyata cowok itu sudah tertidur di depan kursi belajarnya. Setya sudah tidak kuat menahan rasa lelah plus kantuk ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar